RED CORRIDOR

"Aaaargh…" Teriak Henry berseluncur ke bawah pada lorong kenyal yang licin

Tanpa menunggu lama ujung lorong langsung terlihat, Haidar dan Henry keluar dan mendarat di lantai, mereka seperti dimuntahkan oleh mulut lorong yang berada di plafon. Mulut lorong itu kemudian menutup dan menyusut menghilang. Haidar dan Henry melihat sekitar, nampak mereka berada di sebuah koridor dengan kondisi yang terabaikan. Dengan lantainya kotor, pada dinding terdapat cairan hitam dan lumut, serta pada satu sisi dinding berjejer jendela yang ditempeli koran-koran bekas yang lusuh menutupi semua kacanya.

Suasana koridor sangat sunyi di hiasi oleh cahaya lampu plafon yang berwarna merah redup, menambah hawa mencekam yang membuat jiwa tidak tenang. Hanya terdapat dua jalan yang bisa dipilih, keduanya adalah perpanjangan koridor yang tidak terlihat ujungnya, ditambah tidak terdapat pintu pada area mereka berdiri.

"Seingatku tidak ada koridor ini" Ucap Henry kebingungan

"Kling-klang!" selongsong peluru kosong berjatuhan ke lantai

"Ya tentu kau tidak ingat, karena kita tidak berada di mansionmu sekarang" Ucap Haidar sambil mengisi ulang revolvernya

"Apa maksudmu?" Tanya Henry serius

"Selamat datang Pak Henry, di tempat para tetangga rumahmu yang bukan manusia berkumpul" Ucap Haidar sambil berpose menyambut tamu dengan senyuman dingin

"Hah? Apa yang kau bicarakan?" Ucap Henry kesal

"Buana Antara, Limbo, Alam Preta-tempat ini punya banyak nama, tapi mungkin lebih sering disebut dengan The Border" Ucap Haidar berjalan menjauh membelakangi Henry

Perkataan Haidar dan situasi yang mereka hadapi membuat Henry gusar, dia tidak mau menerima hal yang tidak masuk akal ini, namun dia mengingat kejadian di aula dan fakta bahwa Helena sekarang telah dibawa oleh makhluk yang tidak pernah dia lihat. Dia bertekuk lutut, lemas dengan semua pengalaman yang asing ini, hal yang selama ini dia sangkal dan dianggap sebagai lelucon telah menampakkan diri dengan cara yang sangat kasar.

"Apa yang kau lakukan Pak Henry?" ucap Haidar sambil melihat ke arahnya

"Semua ini terlalu asing dan membingungkan, aku melompat kemari tanpa berpikir panjang mengejar Helena, tapi apakah kita sendiri bisa keluar?" Ucap Henry sambil melihat kepada Haidar

"Kalau Pak Henry sendirian mungkin mustahil, tapi jika bersamaku sepertinya tidak masalah" Ucap Haidar dengan tenang sambil melihat kepada kompasnya

"Kenapa kau bisa begitu tenang?" Ucap Henry keheranan

"Pengalaman mungkin, dan untuk Madam Helena, sepertinya dia akan baik-baik saja jika kita bergerak cepat." Ucap Haidar sambil memasukkan kompasnya pada saku celana

Henry berdiri dan berjalan mendekati Haidar

"Apakah kau yakin?" Tanya Henry dengan serius

"Hanya intuisi, tapi melihat apa yang terjadi di aula, entah kenapa seperti ada perasaan yang janggal" Ucap Haidar sambil menunjukkan ekspresi berpikir

"Mengingat yang terjadi di aula dan hal yang kau lakukan, siapa kau sebenarnya?" Tanya Henry dengan serius

"Hanya penyidik swasta, lewat sini Pak Henry" ucap Haidar dengan senyum dingin dan berjalan menyusuri koridor

Henry mengikuti Haidar di belakangnya. Setelah beberapa lama berjalan, bentuk sekitar yang nampak mirip membuat mereka merasa seperti berjalan di tempat sepanjang koridor. Henry melihat ke belakang, dia tidak bisa membedakan apakah dia sudah bergerak menjauh dari tempat sebelumnya dan jika melihat ke depan tidak juga terlihat mereka mendekat kepada ujung koridor.

"Kau yakin kita berada di jalan yang benar?" Tanya Henry

"Ya, aku yakin" Jawab Haidar dengan tenang

"Baguslah, Jika kau percaya diri" Ucap Henry dengan nada yang tenang

"Schlurk-schlurk" ditengah perjalanan, samar-samar Henry merasa seperti terdapat beberapa langkah kaki tambahan yang mendekat, namun berbeda dengan suara langkah kaki yang beralaskan sepatu seperti Henry dan Haidar, suara langkah kaki tambahan tersebut terasa seperti kaki telanjang yang menginjak tempat basah dan lengket.

"Schlurk-schlurk" Henry merasa terganggu dan kemudian berhenti, dia berniat untuk membalikkan badan dan melihat, namun suara langkah kaki tambahan itu seketika menghilang. Berseteru di dalam pikirannya Henry pun mengurungkan niatnya untuk melihat ke belakang dan berjalan kembali.

"Schlurk-schlurk" Beberapa langkah ketika Henry mulai berjalan kembali tiba-tiba suara langkah kaki tambahan itu muncul kembali dan kini terdengar sangat dekat. Henry dengan rasa takut langsung memaksakan diri membalikkan badannya, bersiaga dengan cemas memastikan apa yang sedang mengikutinya.

"HAH!" teriak Henry untuk menambah keberaniannya sambil membalikkan badan.

Namun, dia tidak menemukan apa pun kecuali koridor panjang yang telah mereka lalui, yang kosong dan tidak terlihat ujungnya. Tapi ada perasaan bahwa memang ada sesuatu di sini selain dia dan Haidar, dipikiran Henry adalah ketakutannya jika yang muncul adalah makhluk yang sama menyerang mereka saat di aula.

Di sisi lain Haidar yang menyadari perilaku Henry langsung membuka kompas miliknya, dia memperhatikan jarum merah pada Kompas bergetar menunjuk kepada Henry, sementara jarum biru menunjuk kepada arah sebaliknya. Haidar pun bersiaga, mempersiapkan revolvernya dan dengan seksama memperhatikan sekitar.

 "Kau tadi mendengarnya?" Tanya Henry pada Haidar

"Samar" Jawab Haidar mengangguk sambil tetap bersiaga

"Apa kau tahu apa itu?" Tanya Henry gugup sambil berjalan mendekati Haidar

 "Schlurk-schlurk" Tepat ketika Henry mulai berjalan, suara langkah kaki tambahan itu muncul kembali. Henry dengan perasaan takut langsung berhenti bergerak dan suara langkah tambahan pun ikut berhenti. Haidar menatap tajam ke arah Henry, lebih tepatnya pada lantai di tempat dia berdiri.

"Ah, terdengar jelas dan aku tahu apa asalnya" Jawab Haidar serius

"Kau melihat makhluknya?" Tanya Henry gusar dengan situasi mereka

Tanpa banyak bicara Haidar menunjuk kepada lantai di samping tempat Henry berdiri. Betapa terkejutnya Henry ketika melihat disamping kanan dan kirinya terdapat sebuah genangan cairan berwarna merah membentuk sepasang telapak kaki. Henry pun mencoba bergerak satu langkah ke depan.

"Schlurk-schlurk" genangan merah berbentuk telapak kaki tersebut pun menghilang seperti terserap ke dalam lantai, tapi kemudian muncul kembali sejajar dengan kaki Henry secara tiba-tiba. Muncul kembalinya genangan merah tersebut memperlihatkan jika seperti memang ada orang yang berjalan dan meninggalkan jejak di atas lantai. Henry merasa panik dan langsung menatap Haidar.

"Lari" Ucap Haidar dengan pelan

"Splatt!" Haidar terkejut karena Seketika itu muncul sebuah noda merah berbentuk wajah wanita yang tersenyum lebar pada dinding di sebelah kanan Haidar. Dari bagian yang berbentuk mulut mengalir cairan merah dan bagian matanya hitam pekat seperti lubang. Tanpa banyak bicara Haidar dan Henry langsung berlari menjauh ke arah awal ketika mereka berjalan. "Splatt!- Splatt!- Splatt!" tidak menunggu lama setelah mereka berdua berlari, noda-noda merah berbentuk telapak tangan muncul di berbagai titik di sepanjang koridor seperti sedang mengejar mengikuti.

"Splatt!" sebuah noda telapak tangan muncul pada dinding di samping depan Haidar. "Chlurrrk" dengan tiba tiba sebuah tangan kurus yang panjang berbalut cairan merah dengan kuku-kuku yang tajam menyembul keluar, yang dengan cepat berusaha meraih dan mencakar kepala Haidar. Dengan cekatan, Haidar menunduk, menghindari tangan tersebut membiarkan cakarannya melewati atas kepala dan Henry juga ikut berusaha menjauh menjaga jarak dari tangan tersebut. "Splatt!" sebuah noda merah lain muncul pada plafon di atas Henry, "Chlurrrk" sama seperti yang menyerang Haidar sebuah tangan panjang muncul dan kali ini mengincar kepala Henry yang tidak menyadarinya.

Haidar yang melihat tangan pada plafon sedang mengambil ancang-ancang untuk menyerang Henry langsung membidiknya. "Bang!" sebuah peluru langsung menerjang kepada tangan bercakar tajam tersebut, peluru tersebut mendarat pada bagian tengah lengan dan membuatnya terkoyak terputus. Henry yang sudah menyadari keberadaan ancaman di atasnya, berusaha menghindari jatuhan bagian tangan yang terputus tersebut.

Henry dan Haidar berlari dengan waspada, noda telapak tangan merah muncul semakin bervariasi, dan tangan-tangan bercakar tajam keluar seperti gelombang yang mengejar mereka. Dua tangan muncul di kedua sisi kaki Henry dan menangkapnya, membuat Henry terjatuh ke depan, cengkeraman kedua tangan itu membuatnya tidak bisa bergerak. "Bang! Bang!" Haidar menembak kedua tangan tersebut hingga terputus, Membuat Henry lepas dari cengkeraman dan bangkit kembali.

"Cepat, mereka belum akan berhenti,i" Ucap Haidar bersiaga

"Aku pun tahu itu" Ucap Henry langsung berusaha berdiri

"Splatt!-Chlurrrk!" belum sempat Haidar dan Henry berlari, dua buah tangan lainnya menyerang dari arah plafon di atas mereka, dengan cepat Haidar langsung mendorong Henry dan dia sendiri melompat ke belakang untuk menghindar. "Thud!" kedua tangan itu menghantam lantai gagal menyerang targetnya. Haidar memasukkan revolvernya ke dalam holster dan berganti menggunakan kapak, "Chop!" Haidar mengayunkan kapaknya menebas salah satu tangan hingga terpisah dari bagian lengan yang menempel pada plafon. Namun ketika Haidar berusaha menyerang tangan yang satunya, tangan itu bereaksi dan menangkap bagian gagang kapak, menahan serangan Haidar.

"Tch, sial" Ucap Haidar menggerutu.

Tangan itu dengan kuat menahan gerakan Haidar, membuatnya tidak bisa menggunakan kapak. "Splatt!- "Splatt!- "Splatt!" beberapa noda merah muncul di sekitar Haidar, dia yang menyadarinya langsung mengambil revolver dan menempelkan ujung barelnya pada tangan yang mencengkeram kapaknya. "Bang!" Haidar menembak tangan tersebut dan menarik kapaknya dengan keras, membuat tangan yang mencengkeramnya terobek dan terputus. Dengan segera Haidar kemudian menghindar dari posisinya sebelum tangan-tangan pencengkeram lain berhasil menyerangnya.

Henry pun lekas berdiri untuk menghindari potensi serangan kepadanya, dia lanjut berlari ke arah awal disusul oleh Haidar. Gelombang tangan yang bermunculan masih mengejar mereka, setelah berlari beberapa lama nampak pada koridor depan terdapat sesuatu yang berbeda. Sebuah jendela yang terbuka telah terlihat, cahaya terlihat masuk melalui lubang jendela tersebut. Haidar dengan cepat memasukkan revolver pada holster dan mengambil kompasnya. Dia melihat pada kompas tersebut, memperhatikan jarum berwarna biru, yang seketika membuat ekspresi wajahnya menjadi senang.

"Jalan keluar ada pada jendela itu," Ucap Haidar

"Benarkah kalau begitu- Hah!" Ucap Henry yang kemudian terkejut

"Splatt!-Chlurrrk!" beberapa tangan pencengkeram muncul di hadapan mereka, tangan-tangan itu bersiap untuk mencengkeram dan mencakar, berusaha menghalangi jalan Haidar dan Henry menuju jendela pintu keluar. Gelombang tangan yang bermunculan di belakang pun meskipun tidak cepat tapi semakin mempersempit jarak.

"Sialan kita terjepit" Ucap Henry dengan kesal

"Bersiaplah Pak Henry" Ucap Haidar sambil menyimpan kembali Kompas dan mengambil sebuah benda panjang seperti pulpen dari salah satu kantong pada holsternya.

"Alat suntik portable?, apa yang akan kau lakukan?" Tanya Henry

"Kita akan menerobos tangan-tangan itu" Ucap Haidar dengan serius, sambil menggunakan alat suntik portabel pada lehernya.

Entah apa yang disuntikkan Haidar pada lehernya, dia kemudian mencabut alat suntik portabel dan membuangnya. Haidar mengambil posisi bersiap dan menggenggam kapaknya dengan erat menggunakan kedua tangan, dia terlihat menarik napas yang panjang dan menunjukkan wajah yang sangat serius.

"Pastikan kau mengikuti ku Pak Henry, jangan sampai tertinggal atau terlalu jauh" Ucap Haidar memperingatkan Henry

"Ya, fokus pada yang kau lakukan, aku tidak akan berhenti berlari meskipun terluka" Ucap Henry

"MAJU!" teriak Haidar

Haidar dan Henry menerjang ke depan, beberapa tangan pencengkeram muncul untuk menghalau mereka. "Slash!" dengan cepat Haidar memotong tangan-tangan tersebut, membuat mereka tidak bergeming dan dapat terus berlari ke depan. Tidak peduli dari mana tangan itu bermunculan Haidar melakukan serangan balasan yang fatal, memotong tangan-tangan itu seperti sedang merapikan rumput liat yang sudah tumbuh panjang. Ada sebuah tangan yang muncul dari samping dan Haidar menangkap pergelangan tangan itu. Haidar mencengkeram tangan tersebut dan langsung memotongnya seperti seorang yang sedang menjagal daging di toko daging. Banyak cairan merah berceceran dilantai dan dinding, membuat pijakan menjadi licin untuk Henry dan sedikit membuatnya menjauh dari Haidar. Tiba-tiba sebuah tangan muncul menyerang dan berhasil mencakar wajah Henry.

"Aack!!" Teriak Henry kesakitan

"Pak Henry!!" Ucap Haidar sambil memotong tangan yang menyerang Henry

"Bukan masalah" Ucap Henry sambil memegangi bagian wajahnya yang terluka

Mereka berdua terus menerobos penjagaan tangan-tangan pencengkeram. "Slash!" tebasan terakhir Haidar menandakkan mereka sudah berhasil keluar dari mayoritas halangan menuju jendela, tanpa ragu atau melihat kemana-mana lagi mereka fokus berlari menuju jalan keluar.

"Pak Henry apapun yang kau lihat jangan ragu untuk melompat keluar jendela" Ucap Haidar memperingatkan Henry

"Ya aku akan ikuti perkataanmu" Balas Henry

Mereka berdua sedikit lagi sampai pada jendela, semangat mereka memuncak dan menambah kecepatan lari, membuat mereka sedikit lengah. "Splatt!-Chlurrrk!" sebuah tangan muncul dari samping dan mencengkeram tangan Haidar, membuatnya tertahan tidak bisa bergerak. Henry yang terkejut berhenti berlari dan melihat kepada Haidar memastikan apa yang terjadi padanya.

"JANGAN BERHENTI!" Teriak Haidar

Mendengar itu Henry pun membalikkan badan dan langsung berlari kembali menuju jendela. Ketika Henry sampai pada bibir jendela sebelum melompat dia mengingat perkataan Haidar untuk tidak memperdulikan apapun yang dilihat, untuk itu Henry menutup mata mengumpulkan keberanian dan bersiap keluar. "Splatt!-Chlurrrk!" Henry yang berfokus untuk melompat menjadi lengah dan sebuah tangan mencengkeram kepalanya dari belakang. Henry terkejut merasa bahwa hidupnya akan berakhir karena tangan dibelakang telah mendapatkannya.

"Slash!" Haidar memotong tangan pencengkeram yang menahannya, kemudian dia menyadari apa yang terjadi pada Henry. Dengan cepat Haidar langsung mengambil revolvernya membidik pada tangan yang mencengkeram Henry. "Bang! Bang!" dua peluru ditembakkan melesat mengincar tangan pencengkeram, satu peluru menembus lengan atas membuatnya terputus dari bagian yang menempel pada dinding dibelakang Henry. Dan satu peluru lagi menembus bagian lengan bawah dekat dengan sendi pergelangan tangan, menyisakan bagian yang masih mencengkeram kepala Henry.

"LOMPAT!" Teriak Haidar

"Haaah!" Henry berteriak sambil menghempaskan sisa tangan pencengkeram di kepalanya dan mengambil ancang-ancang

Henry melompat keluar melalui jendela sambil terus berteriak dan akhirnya sepenuh tubuhnya pun akhirnya menghilang dari koridor. Haidar juga berlari menuju jendela, memegang bibir jendela dan kemudian ikut melompat mengikuti Henry. Seketika koridor menjadi kosong dan hening, jauh dari tempat jendela berada ujung koridor masih nampak tidak terlihat, namun perlahan suasana yang jauh tersebut terlihat semakin gelap. Satu persatu lampu bercahaya merah yang menerangi koridor padam beruntut, hingga akhirnya membuat area gelap, menyisakan satu cahaya yang muncul dari Jendela tempat Haidar dan Henry Keluar. Samar – samar terlihat sebuah siluet manusia bersembunyi di kegelapan dekat dengan jendela tersebut.

Bersambung