BREAK

BREAK

“Tap – Tap - Tap ” Haidar bersama dengan Henry dan Helena keluar dari ruangan altar, terlihat ruangan tersebut menjadi gelap gulita. Pintu ganda yang mereka ledakan untuk membuat jalan keluar, nampak menjadi seperti sebuah lubang kotak tanpa dasar. "Kyaa-THUD!" di tengah pelarian Helena tersandung oleh kakinya sendiri dan terjatuh, Henry yang melihat itu langsung berbalik menghampiri Helena. Haidar dengan sigap langsung bersiap dengan revolvernya khawatir jika ada ancaman yang datang.

“Kau tidak apa?” Tanya Henry dengan wajah khawatir kepada Helena

Helena mengangguk dan kembali berdiri dibantu oleh Henry sambil seperti menahan sakit pada kaki kanannya ketika mencoba berpijak.

“Maaf, di saat genting seperti ini” ucap Helena nampak kelelahan

“Tidak apa madam, sepertinya tidak ada yang mengejar” ucap Haidar sambil melihat ke arah pintu ganda yang sudah jauh dari posisi mereka

“Apa kau yakin?” tanya Henry serius

“Tidak ada reaksi” jawab Haidar sambil memeriksa kompas pada sakunya

“Makhluk-makhluk itu berhenti begitu saja?” Henry keheranan

Haidar mengerti maksud dari Henry, sedari awal tiap makhluk yang mereka hadapi cukup memberikan kesulitan, tapi entah kenapa makhluk-makhluk itu seperti berhenti pada titik tertentu dan mundur. Haidar menyimpan revolvernya ke dalam slot pada holster namun tetap memegangi kapak miliknya, dia berbalik badan dan berjalan kepada Henry dan Helena.

“Baguslah jika mereka berhenti, tapi kita tetap harus segera pergi dari sini” ucap Haidar

“Jalan ini akan mengarah pada tangga besar itu kan?” tanya Henry serius

“Ya, sepertinya memang hanya berputar, kita akan kembali kepada tangga tempat kita masuk” ucap Haidar menjelaskan

Sambil tetap waspada Haidar berjalan di samping Henry yang sedang menjadi sandaran Helena untuk bergerak, sepertinya kaki Helena sempat terkilir karena terjatuh tadi. Tidak memerlukan waktu lama, mereka sampai pada sebuah ruang luas dengan tangga besar yang mengarah ke atas, sebuah tangga yang sama yang digunakan Haidar dan Henry untuk masuk. Langkah demi langkah dilalui dengan penuh kewaspadaan, meskipun Haidar tidak merasakan adanya indikasi ancaman atau bahaya. Namun segala hal yang telah dilalui terutama yang baru saja terjadi belum lama ini, membuat mereka sungkan untuk menurunkan pengawasan.

Setelah sampai di ujung tangga tanpa ada kendala tidak membuat mereka cukup bahagia, karena mereka masih harus mencari jalan keluar dari ruangan lorong tempat mereka berada sekarang. Berjalan menjauh dari tempat masuk tangga, mereka memasuki lorong besar, bukan pilihan yang terlalu sulit karena hanya satu jalan lurus ke depan.

“Apa kau tahu jalan keluar”  tanya Henry pada Haidar

“kita akan mengecek rute lain di jalan bercabang dan pintu besi di depan menggunakan border compass, tapi kita harus bersiap jika jalan keluar masih jauh untuk di temui ” ucap Haidar menjelaskan sambil terlihat sangat kelelahan

“kau tidak apa?” tanya Henry melihat kondisi Haidar

“Tidak apa, kita harus terus bergerak” jawab Haidar

“Apa kau yakin, kau lebih pucat dari Helena” tanya Henry kembali

“Ya tidak apa, hanya efek samping dari booster yang aku pakai” Jawab Haidar dengan napas yang sedikit berat

Henry pun tidak banyak bertanya kembali, dia mengangguk sedikit menerima jawaban Haidar.

“Kita bisa keluar melalui pintu besi” ucap Helena secara tiba-tiba

Haidar dan Henry melihat pada Helena

“Helena bagaimana kau bisa tahu?” tanya Henry

“Aku sendiri tidak mengerti, hanya saja ruangan ini dan ruangan di bawah tadi terasa familiar, aku seperti pernah berada di sini sebelumnya dan kalau tidak salah pintu besi di depan akan membuat kita keluar” jawab Helena kebingungan

Henry melihat kepada Haidar dengan raut wajah yang khawatir seperti ada yang ingin ditanyakan, Haidar paham maksud dari kekhawatiran Henry.

“Kita memang akan mengecek pintu besi tersebut, ayo lebih baik kita cepat bergerak.” Ucap Haidar sambil berjalan memimpin di depan di ikuti Henry dan Helena.

Tidak banyak yang terjadi pada perjalanan mereka bertiga di koridor yang luas tersebut, kecuali hembusan angin yang masuk dan keluar seperti sebuah napas, serta suasana sunyi yang terkadang samar – samar ada suara bisikan yang menghantui kepala. Tidak memerlukan banyak waktu Haidar, Henry dan Helena sudah berdiri di depan sebuah pintu besi. Haidar memeriksa border compass, terlihat jarum berwarna biru yang awalnya berputar langsung menunjuk lurus kepada pintu besi. “Click” Haidar menutup kompas miliknya dan memasukannya kembali pada saku, dia kemudian memegang gagang pintu besi tersebut yang bertipe pull handle.

“Kalian siap?” tanya Haidar dengan serius

Helena dan Henry berdiri di kedua sisi belakang Haidar bergumam mengangguk, Haidar yang sudah yakin untuk membuka pintu tersebut segera mengalirkan tenaga pada tangan yang menarik gagang pintu, kapak di tangannya yang lain juga dipegang dengan erat bersiap dengan apa yang akan di hadapi di balik pintu. "KREEEK—TANG!" gagang yang di tarik Haidar patah dan terlepas dari pintu, Haidar sedikit terdorong kebelakang hampir kehilangan keseimbangannya.

“Eh!” Haidar kebingungan terkejut

“Baut pada gagang sepertinya sudah rapuh” Ucap Henry sambil melihat pada gagang yang patah tersebut

“Atau ada sesuatu kekuatan yang menghalangi kita keluar” ucap Haidar dengan serius

“Jangan-jangan ada makhluk lain yang datang” ucap Henry sambil memeriksa sekitar

"GRRRNK-KREEEAK…" Saat Haidar dan Henry tiba-tiba bersiaga dengan memperhatikan sekitar lorong, Helena mencoba mendorong pintu besi. Dengan hampir tidak ada usaha dari Helena, pintu besi itu terbuka lebar ke bagian sisi yang lain, Haidar dan Henry hanya bisa terdiam mematung sambil masih berpose siaga.

“Sepertinya pintu ini harus di dorong bukan di tarik” ucap Helena dengan wajah datar

Henry melihat kepada Haidar dengan wajah datar yang serius, terasa sebuah aura seperti tusukan kekecewaan dan keraguan yang keluar dari tatapan Henry pada Haidar.

“Baiklah kalian berdua tetap di belakangku, kita harus bersiap dengan apa yang akan datang” ucap Haidar memimpin masuk ke ruangan di balik pintu besi dengan datar dan tenang

Seolah menghiraukan kejadian sebelumnya Henry dan Helena mengikuti Haidar masuk ke dalam ruangan. Di dalam ruangan tersebut hanya satu yang menarik perhatian mereka, yaitu sebuah tangga menuju ke atas plafon, di ujung tangga itu nampak sebuah pintu kayu yang tertutup menempel pada plafon. Haidar memeriksa kembali kompas miliknya, jarum merah berputar dengan stabil, tidak ada getaran sebagai salah satu indikasi bahaya yang dirasakan dan jarum biru mengarah lurus pada tangga di depan.

“Tidak ada tanda bahaya” ucap Haidar sambil memasukan kembali kompas miliknya

Haidar bergerak menuju tangga di ikuti Helena dan Henry, saat di pertengahan jalan Haidar memberikan isyarat tangan agar Helena dan Henry berhenti. Haidar berjalan di tangga menuju pintu pada plafon, saat dia sudah berada tepat di bawah pintu tersebut, "CLAAANG!" tiba-tiba pintu besi di belakang tertutup dengan keras. Haidar dan yang lainnya terkejut dan langsung bersiaga melihat ke belakang, namun Henry menyadari bahwa pintu tersebut seperti memiliki suatu mekanisme untuk menutup sendiri dalam beberapa waktu.

Haidar menarik napas panjang menggelengkan kepalanya sambil terlihat lega karena bukan serangan musuh, dia kemudian memeriksa pintu pada plafon, nampak pintu itu tidak memiliki gagang atau knop untuk membukanya. Haidar pun mencoba untuk mendorong pintu tersebut. "GRRRT–JINK!" pintu tersebut terbuka sedikit dan tertahan oleh sesuatu, Haidar melihat dari celah yang terbuka ada dua buah rantai yang menahan pintu tersebut untuk tidak terbuka.

“Sudah tidak mengejutkan lagi” ucap Haidar sambil melihat kepada rantai di hadapannya

“Apa kita harus mencari jalan lain?” tanya Henry sedikit panik

“Tidak apa, kita akan keluar lewat sini” jawab Haidar

Haidar kemudian memeriksa situasi pada ruangan yang akan mereka tuju, karena kurangnya penerangan Haidar melemparkan sebuah glow stick sambil waspada khawatir jika ada sesuatu yang menunggu di ruangan tersebut. Tidak terlalu banyak yang bisa dilihat, tapi bisa dipastikan ruangan yang mereka tuju seperti sebuah tempat penyimpanan atau gudang dengan beberapa box tertumpuk di sisi ruangan.

“Sepertinya aman” ucap Haidar

“berita yang bagus, sekarang bagaimana kau akan membuka pintunya?” ucap Henry

Haidar menyimpan kapak yang dibawanya pada holster, kemudian bersiap dengan revolver miliknya.

“Lebih baik sedikit menjauh”  Ucap Haidar dengan serius

Pada ruangan sunyi gelap dengan beberapa tumpukan box di bagian sisinya, terdapat sebuah pintu kayu yang terkunci oleh dua rantai, menghalau pintu agar tidak terbuka. “BANG! – BANG! – BANG!” rentetan peluru menembus keluar, merusak ke dua bagian tumpuan untuk rantai agar bisa terkunci, “BLAM!” pintu di lantai itu kemudian terbuka dengan keras, membuat bagian rantai yang kehilangan tumpuan terpental kedepan dan terlentang di lantai.

Setengah badan Haidar muncul dari ruangan bawah sambil bersiap dengan revolvernya, membidik pada bahaya apapun yang bisa di incar. Haidar berjalan keluar perlahan sambil memastikan tidak ada bahaya, ketika sudah yakin aman Haidar melihat ke arah ruangan di bawah dan memberikan Isyarat tangan untuk mengikutinya. Helena dan Henry ikut keluar dari ruangan bawah, tanpa banyak bicara mereka bertiga langsung memeriksa ruangan tempat mereka berada sekarang.

Selain tumpukan box dan pintu di lantai tidak ada hal istimewa lainnya di dalam ruangan tersebut, beruntung Helena seperti menemukan sebuah saklar lampu. “Click” cahaya kuning oranye menerangi ruangan menggantikan cahaya glow stick yang terbatas, nampak tebaran debu yang terlihat di semua ruangan menunjukkan bahwa ruangan tersebut telah lama tidak digunakan.

“Sepertinya di balik tumpukan box itu sebuah pintu” ucap Henry sambil menunjuk sebuah tumpukan box

Haidar yang dekat dengan tumpukan box tersebut langsung memeriksanya, dia berusaha memastikan bahwa yang di belakang tumpukan box tersebut memang sebuah pintu dan sekaligus memindahkan box yang menghalangi.

“Ya benar ini sebuah pintu” ucap Haidar sambil memindahkan box

Henry langsung bergerak membantu Haidar di ikuti Helena, namun di saat Helena akan mengangkat beberapa box yang berukuran lebih kecil dia tiba-tiba merasa sakit pada kaki yang sebelumnya terluka saat terjatuh.

“Serahkan ini padaku dan Haidar, kau istirahat saja” ucap Henry khawatir

Helena pun menuruti kata Henry dan beristirahat duduk sambil memeriksa kakinya yang sakit. Isi box yang menghalangi adalah peralatan rumah tangga lama dan beberapa pakaian, dengan Henry dan Haidar yang bekerjasama membuat proses pemindahan tidak terlalu memakan waktu yang lama. Saat tumpukan box yang menghalangi sudah dibersihkan terlihatlah sebuah pintu geser kayu, Haidar langsung berusaha membuka pintu tersebut namun seperti yang dikhawatirkan pintu tersebut terkunci.

“Terkunci lagi” gumam Haidar

“Haidar coba kita rusak paksa, sepertinya bagian penyangga dan tumpuan bergesernya sudah rapuh” ucap Henry

“Ya bisa di coba” jawab Haidar

Haidar mengganti revolvernya dengan kapak, berusaha menghantam bagian penyangga rail tempat pintu bergeser, sementara Henry menarik-narik pintu dengan sekuat tenaga agar bisa terlepas dari jalur railnya. Beruntung penyangga yang sudah rapuh mempermudah pekerjaan Haidar dan Henry, pintu geser tersebut ditarik bersama-sama oleh Haidar dan Henry. “BRUAKK!” pintu geser tersebut terlepas dari penyangganya, menunjukkan apa yang ditutupi olehnya. Namun yang menanti Haidar, Henry dan Helena bukanlah sebuah harapan, dengan wajah terkejut mereka melihat sebuah dinding yang menghalangi jalan keluar dari pintu yang telah susah payah mereka buka dengan paksa.

Henry berbalik dengan pose akimbo, mukanya lelah dan kecewa, Helena juga menghela napas sambil memegangi kakinya yang sakit. Sementara Haidar memeriksa dinding yang menghalangi tersebut, Haidar meraba dinding merasakan tekstur dari materialnya, “KLINK-KLINK” Kemudian mengetuk dinding tersebut dengan kapaknya yang mana keluar suara seperti bahan untuk cermin.

“Terlalu cepat untuk menyerah Pak Henry” Ucap Haidar dengan wajah senang

Henry dan Helena melihat pada Haidar, "CLAAANG–KRISHH!" dinding tersebut pecah dihantam oleh kapak, Haidar kemudian menyisir bagian tajam yang masih menempel membuka jalan yang tadinya tertutup. Muncul cahaya lampu yang menarik perhatian Haidar, dia kemudian melihat ruangan baru dibalik dinding kaca yang dia hancurkan, ruangan tersebut bersih, lantainya dilapisi karpet empuk dengan kaca mengitari pada dindingnya, terdapat juga beberapa peralatan olah raga yang tertata rapi.

“Haha, wow sepertinya kita mendapat anti klimaks” ucap Haidar dengan tawa kecil

Bersambung