“Bang! – Splat” peluru revolver Haidar menembus kepala makhluk yang terbungkus kantung, membuat makhluk itu terdorong kebelakang dan jatuh terlentang. Tiga makhluk lain menerjang dari arah berbeda menuju Henry dan Helena, dua dari mereka melompat menjulurkan tangan berusaha meraih ke depan dengan cakarnya yang panjang dan tajam. Waktu terasa melebar dan jarak yang pendek seperti menjauh ketika Henry dengan segera berusaha mendekap Helena, dia berpikir untuk memberikan punggungnya sebagai perisai dari serangan. Meski Helena terhalau oleh tubuh Henry dia bisa melihat, tercerminkan di matanya sebuah refleksi dari cakar tajam yang beberapa saat lagi akan menyayat targetnya.
“Bang! Bang!” mata Helena berkedip, seketika tercerminkan kembali cakar yang tadinya menerjang dengan telapak tangan terbuka sedang berusaha menyayat, berubah menjadi cakar yang tampak lesu menjauh dari pandangannya. Berganti kepada gambaran yang lebih luas, dua peluru melesat terlihat mengenai tubuh kedua makhluk yang sedang melompat menerjang, membuat mereka terjatuh kesamping keluar dari jalur serangannya kepada Henry dan Helena.
“MENUNDUK!” teriak Haidar memperingatkan Henry dan Helena
Mendengar teriakan Haidar, Henry dengan cepat langsung merangkul pundak dan kepala Helena untuk segera menunduk bersamaan dengan dirinya. Satu makhluk yang masih menerjang sudah siap untuk melancarkan serangannya, namun Haidar yang bergerak dengan cepat sudah berada di posisi yang siap. Dia mengumpulkan momentum dan mencengkeram kapaknya dengan kuat, satu ayunan kemudian dilepaskan dengan kuat. Mata kapak dengan cepat tertancap pada bagian depan kepala makhluk yang sedang menerjang tersebut, tidak sampai disitu Haidar terus memberikan tenaga pada tangannya, membuat makhluk itu terbawa berayun dan terhempas ketika serangan Haidar sampai pada puncaknya.
Makhluk itu terlepas dari mata kapak, dia jatuh terbanting dan berguling beberapa kali sambil menjauh dari Haidar dan yang lain. Sementara itu dua makhluk yang tadi berusaha menyerang sambil melompat, di berikan serangan fatal tambahan oleh Haidar yang menghantam kepala mereka berdua dengan kapak. Haidar pun sekilas memperhatikan makhluk yang telah terkena serangan fatal dan tidak lagi bergerak langsung mengurai menjadi abu dan menyisakan sebongkah batu logam.
Seolah tidak ingin memberikan waktu untuk Haidar beristirahat dua makhluk baru menerjang kembali pada Henry dan Helena, “Bang! – Bang!” Haidar langsung menembakkan dua peluru yang mengenai kepala dua makhluk itu sebelum bisa mendekat untuk menyerang. “Clank!” tiba-tiba serangan cakar dadakan datang mengincar titik buta Haidar, namun serangan itu berhasil ditangkis oleh Haidar menggunakan revolver yang menahan sayatan dari cakar. Jika diperhatikan ternyata cakar makhluk yang kepalanya terbungkus kantung, adalah sebuah bilah besi tajam yang menyatu langsung dengan ke lima jari makhluk tersebut. Terlihat juga separuh dari bagian jari telah dibuang untuk menempelkan bilah besi.
"SKREEEECH!" Haidar menghempaskan cakar yang tertahan oleh revolver dan langsung menendang makhluk itu kebelakang, sebelum cakar pada tangan yang satunya ikut menyerang. Melihat makhluk itu sedikit goyah keseimbangannya, Haidar langsung menerjang kedepan dan menghantam kepala makhluk itu. Mata kapak Haidar masih tertancap sampai makhluk di hadapannya tersebut menghilang menjadi abu.
“whrrrraaaaghhh…” Haidar sudah cukup kelelahan ketika makhluk pada plafon sedang bersiap-siap menembakkan gumpalan bola daging yang lebih besar. Haidar langsung membidik ke arah makhluk itu, “Clack!” revolver Haidar tidak menembakkan peluru melainkan hanya mengeluarkan sebuah suara yang menjadi pertanda buruk untuk dirinya.
“Sial Habis!” gerutu Haidar
Terlihat senyuman dingin dari makhluk di plafon, yang langsung melemparkan gumpalan bola daging pada Haidar dan yang lain. Haidar dengan cepat berlari menuju gumpalan bola yang meluncur kepadanya, pada waktu yang tepat di melompat dan mengumpulkan momentum sambil mencengkeram kapaknya dengan keras. Saat gumpalan bola sudah berada dalam jangakauan serangnya, dengan segera Haidar mengayunkan tangannya mendaratkan serangan yang kuat. “Chop!” mata kapak menancap pada gumpalan bola, Haidar terus memberikan tenaga pada ayunan kapaknya mengkoyak gumpalan bola, “Fssshhh! - SPLRRAK!” Tangan Haidar dengan cepat membentuk posisi bersilang bertahan menutupi bagian wajah, dia berusaha berlindung dari hawa panas yang terasa membakar di depannya, terlihat juga beberapa potongan daging berukuran kecil menghujani dirinya.
“Accckkk!” Suara Haidar seperti kesakitan
Semburan hawa panas dari gumpalan bola daging yang pecah mendorong Haidar cukup kuat, “Brukkk!” sampai dia jatuh terbanting tengkurap mendarat di lantai. "THUD-CLINK!" revolver Haidar ikut terlepas dari genggamannya dan terbaring di dekat Henry dan Helena. “whrrrraaaaghhh…whrrrraaaaghhh…” makhluk pada plafon berteriak dengan penuh semangat, di ikuti beberapa makhluk dengan kepala terbungkus kantung muncul kembali dari dalam lubang portal daging.
“Oy ini bahaya, injeksi boosterku sudah mulai memudar” gumam Haidar yang berusaha bangun
Tampak tangan Haidar seperti terluka, dia juga terlihat sudah lelah namun masih berusaha berdiri dan kembali bersiap untuk bertarung.
“Helena!” ucap Henry seperti terkejut
“Haidar, lemparkan peluru!” teriak Helena sambil mengambil revovler Haidar
“Hah?” Ucap Haidar yang sedang fokus menyerang dan bertahan dari serangan makhluk yang kepalanya terbungkus kantung.
“Aku akan mengisi senjatamu” ucap Helena
Menanggapi ucapan Helena, Haidar dengan cepat melepaskan bagian slot panjang yang berisi peluru pada sabuk holster dan melemparkannya pada Helena. “Clank!” serangan cakaran yang mendadak berhasil ditangkis oleh kapak Haidar, dia sudah menggunakan kedua tangannya untuk menahan dorongan dari serangan namun makhluk di hadapannya sangat berambisi untuk melukai Haidar.
Dari arah kiri Haidar, makhluk lain menerjang dengan melompat, dengan sigap Haidar menendang makhluk di hadapannya dan dia sendiri sedikit menjauh berputar kebelakang. Makhluk yang menerjang dengan melompat hanya berhasil mendaratkan serangan pada lantai di antara makhluk yang satunya dan Haidar. Sementara itu Haidar yang sudah memiliki momentum dengan berputar, langsung mengarahkan ayunan kapak pada makhluk yang baru saja mendarat di hadapannya. “Chop!” kapak Haidar menghantam bagian belakang kepala makhluk tersebut dan membuatnya terkapar menghilang menjadi abu.
"CLINK-CLINK-CLINK!" Di sisi lain Helena sedang berusaha mengisi peluru pada revolver milik Haidar, dia sedikit kesulitan memegang peluru karena tangannya gemetar takut. Satu makhluk bercakar yang menyadari Haidar sedang kewalahan ketika bertarung sambil melindungi, langsung menerjang disaat melihat celah dan fokus Haidar sedang teralihkan. Namun makhluk itu ternyata mengincar Helena sebagai targetnya dan melewati Haidar.
“Awas!” Teriak Haidar yang menyadari serangan pada Helena
Haidar berusaha berbalik dan akan menyerang makhluk yang mengincar Helena, “Slash!” ketika sebuah sayatan berhasil mengenai bahu kiri Haidar. Kesakitan dan darah terlihat keluar dari luka, Haidar tetap bertahan dan dengan sigap menghalau sayatan kedua yang dilancarkan, namun hal itu membuatnya terkunci untuk bertahan dan tidak akan sempat menolong Helena.
Sementara itu Helena hanya bisa diam terpaku dengan takut, menyadari ada makhluk yang menerjang ke arahnya dengan cepat sambil melebarkan cakar panjangnya yang tajam. Di saat makhluk itu tinggal beberapa langkah lagi akan mendaratkan sayatannya, Helena menutup mata dan berusaha berlindung dengan mengangkat kedua tangannya membentuk posisi bertahan.
Helena yang sudah menduga dia akan terkena serangan merasa kebingungan, bertanya-tanya apakah semua berlalu dengan cepat hingga tidak ada bekas rasa yang tersisa. Waktu sedikit berlalu, namun Helena tidak merasa ada sayatan atau dampak apa pun yang terjadi padanya. Perlahan dia memberanikan diri membuka mata dan memeriksa sistuasi, samar-samar terlihat di hadapannya sebuah bayangan besar yang menutupi pandangannya.
“HAAAAAAA!!!!!!” Teriak Henry dengan muka yang terlihat keras dan galak
Di hadapan Helena, terlihat Henry sedang beridiri dengan kokoh menahan makhluk yang sedang menerjang, kedua pergelangan tangan makhluk itu dipegang dengan sangat kuat oleh Henry. Cakarnya bergoyang seolah ingin meraih mangsa di hadapannya, namun Perlahan Henry dengan ekspresi menakutkan mendorong makhluk itu kebelakang, makhluk itu seolah tersaingi kekuatan fisiknya oleh Henry dan tidak percaya bisa terpukul mundur olehnya.
Melihat kondisi Henry, Haidar segera menyingkirkan makhluk yang menahannya. “whrrrraaaaghhh” Haidar menyadari hal yang lebih berbahaya telah mengancam, makhluk yang berada di plafon sudah hampir siap memberikan serangan dan itu di arahkan pada Henry dan Helena. Tanpa banyak berpikir Haidar mengambil sebuah botol berisi cairan laserasi dari salah satu kantung holster, dia kemudian berlari menuju tempat Henry dan Helena.
Di pertengahan jalan saat Haidar memacu langkah kaki, tangan kirinya mengambil momentum bersiap melemparkan botol dan dengan segera melontarkannya di waktu yang dianggapnya tepat. Makhluk pada plafon yang lengah karena fokus pada persiapan serangannya, tidak menyadari sebuah botol melayang ke arahnya. Ketika makhluk itu merasakan pantulan cahaya dari botol yang datang dan melirik ke arahnya, "TING-KRANGG!" botol itu pecah tepat pada kepala makhluk tersebut dan cairan laserasi pun menyebar.
“SKREEEEEE!” makhluk pada plafon berteriak memekik kesakitan sambil memegangi wajahnya, gumpalan bola daging yang diciptakannya pun jatuh pecah menimpa altar dan cairan merah menyebar mengalir membasahi lantai. Di saat bersamaan Henry tersudutkan hingga jatuh pada lututnya, masih berusaha menahan makhluk yang ada di Hadapannya. Di belakang Helena tidak disangka muncul kembali makhluk lain yang berusaha menyerangnya, setiap detik menjadi sangat berharga, Haidar menyadari posisi mereka masih di luar jangkauan dan tidak akan sempat untuk membantu meskipun salah satu dari mereka.
“Tidak akan sempat” ucap Haidar dalam benaknya
Pada jarak yang dimilikinya ini Haidar mengambil satu keputusan, dia memegang dengan erat kapak miliknya dengan dua tangan, mengumpulkan momentum dengan menarik kapaknya ke atas melewati kepalanya pada bagian belakang. Dengan sangat kuat Haidar langsung melemparkan kapaknya kepada makhluk di belakang Helena, “Jleb” kapak Haidar tertancap pada bagian dahi makhluk tersebut, membuatnya tumbang ke depan jatuh pada Helena. Tidak lama menindih punggung Helena makhluk itu kemudian berubah menjadi abu seperti makhluk lain yang sebelumnya, Helena yang sudah selesai mengisi revolver langsung melemparkannya pada Haidar untuk mempersingkat jarak.
Namun tangan Helena yang sudah lemas gagal memberikan tenaga yang cukup pada revolver untuk mencapai Haidar, Haidar yang menyadari itu langsung melompat ke depan meraih revolver dengan tangan kanannya. Dia kemudian jatuh tengkurap dan dengan segera mengambil posisi membidik ke arah makhluk yang ditahan oleh Henry, “Bang!” satu peluru melesat dan menembus makhluk yang ada di hadapan Henry, cairan merah sedikit menyiprat pada Henry yang terkejut dan melepaskan makhluk yang sudah lemas tersebut. Satu lagi makhluk berubah menjadi abu di hadapan Henry, khawatir dengan Helena dia langsung mendekatinya dan segera bersiap kembali dengan apapun yang akan datang sambil mengepalkan tangannya.
“Bang! – Bang!” Haidar menembak makhluk yang terus berusaha mendekat, dia berdiri membelakangi Henry dan Helena. Sementara itu beberapa makhluk dengan cakar tajamnya kembali bermunculan, mereka kini berusaha mengepung Haidar dan yang lain dari semua sisi dan bersiap menerjang.
“Tidak ada habisnya!” gerutu Haidar
“Waaaarrggghhhh” teriak makhluk yang muncul dekat tembok dengan rak berisi barel kayu. Makhluk itu seperti menantang kepada Haidar, “Bang!” sebuah peluru langsung melesat kapada makhluk itu menembus kepalanya dan mendarat pada barel kayu dibelakangnya. Dari lubang pada Barel kayu tersebut mengalir suatu cairan, Haidar yang merasa pertempuran ini akan berlangsung lebih lama, mengambil sebuah injeksi baru yang sama seperti yang dia gunakan saat pertempuran di koridor merah.
“Haaaa!!!!” teriak Haidar sambil menyuntikkan injeksi tersebut pada lehernya
Makhluk-makhluk yang mengelilingi segera bergerak menerjang kepada Haidar dan yang lain, Haidar mengambil sabuk peluru pada Helena dan memasangnya mengelilingi pinggang. “Bang! – Bang! – Bang!” berpacu dengan waktu serangan musuh, Haidar membidik dan menembak para makhluk yang mendekat, “Clink - Clank” dengan cepat juga Haidar mengganti selongsong kosong dengan peluru baru dan langsung menembakkannya lagi.
Detak jantung Haidar berdegup dengan cepat, ekspresi wajahnya serius dan fokus, mobilitas serta akurasi tempurnya bertambah. Setiap peluru yang ditembakkan adalah fatal bagi makhluk yang menyerang, setiap arah serangan Haidar hadapi sampai memutari Henry dan Helena yang hanya bisa terpaku melihat pertempuran Haidar. Makhluk yang berhasil mempersempit jarak pun ada yang terpental jatuh saat Haidar dengan keras menendang kepalanya menggunakan momentum sambil berputar.
Tak lama kemudian Helena mencium aroma yang menurutnya familiar, aroma itu muncul dari cairan yang keluar pada lupang di barel kayu. Seketika itu muncul sebuah ide yang mungkin bisa menyelamatkan situasi mereka, Helena pun berdiri dan merobek sebagian dress untuk mempermudah pergerakan kaki.
“Haidar, barel itu bisa digunakan!” teriak Helena memberitahu
“Barel?” tanya Haidar keheranan
“Cairan pada barel adalah Naptha!” teriak Helena sambil menunjuk pada rak barel
Mendengar hal itu Haidar langsung memeriksa sekitar sambil berusaha terus bertahan dari serangan, wajahnya tersenyum licik ketika melihat dua buah pintu ganda besar. Satu pintu di kanan adalah pintu tempat Haidar dan Henry masuk, sementara ada satu pintu lagi di sebelah kiri dekat dengan rak berisi barel kayu.
“Semuanya ikuti aku, pintu di kiri adalah jalan keluar kita” teriak Haidar
Henry dan Helena paham dengan maksud Haidar, Henry kemudian dengan tergesa-gesa mengambil kapak yang tergeletak di lantai dan melemparkannya pada Haidar. Tangan kanan Haidar memegang revolver dan tangan kirinya memegang kapak, dia memimpin berlari menuju rak barel sambil membuka jalan dari makhluk yang menyerang dari depan. Satu makhluk berusaha menerjang Henry dari samping, “Bang!” namun dengan cekatan Haidar menghabisinya.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk menuju rak barel, Haidar membersihkan makhluk yang menghalangi pintu ganda kiri sementara Helena dan Henry dengan cepat mengangkut barel-barel kayu untuk diletakkan pada pintu ganda tersebut. Makhluk pada plafon sudah bisa aktif kembali, makhluk itu menyadari niat Helena dan Henry yang dengan segera membuat gumpalan bola daging kecil. “Whaaarrrrgggghhh” makhluk pada plafon kemudian menembakkan gumpalan bola dengan cepat secepat dia bisa membuat gumpalan bola baru, yang di mana membuat Helena dan Henry akan terhujani oleh bola daging tersebut.
“Bang! – Bang ! – Bang!” namun satu demi satu bola daging yang mengancam pecah oleh serentetan tembakkan yang dilakukan Haidar. Beberapa bola daging tetap mendarat namun tidak mengenai Henry dan Helena, Haidar dengan wajah kesal membidik makhluk pada plafon dan menembaknya. “Bang! - Splat” tembakan Haidar di halau oleh tangan makhluk tersebut yang mengambil posisi bertahan, peluru yang ditembakkan Haidar bersarang pada lengan makhluk itu dan keluar secara sendirinya ketika makhluk tersebut melemaskan tangannya.
Pertempuran terus berkecamuk, Haidar berusaha menjauhkan serangan dari Helena dan Henry sementara mereka terus menumpuk barel didepan pintu. Dengan berbahan bakar rasa takut yang memacu adrenalin, Helena dan Henry tidak memakan waktu lama dan menumpuk barel yang mereka pikir akan cukup untuk rencana mereka.
“Haidar! giliranmu” Teriak Henry mengabari Haidar
Mendengar bagian pintu sudah siap, Haidar membanting makhluk yang menyerangnya ke arah makhluk lain yang datang, membuat mereka terjatuh bersama.
“Menjauh dari pintu!” teriak Haidar
Henry dan Helena berlari menjauh dan tiarap ke lantai, Henry menindih Helena berusaha melindunginya dari kemungkinan dampak yang terjadi. Haidar membidik salah satu barel pada pintu, menghembuskan napas panjang dengan fokus yang tinggi tertuju pada targetnya. “Bang!” sebuah peluru melesat pada barel, lewat di atas Henry, berputar menembus udara, meninggalkan residu dari lonjakan tenaga yang mendorongnya. Ujung peluru tersebut perlahan mengkoyak lapisan kayu pada barel, menciptakan rongga yang menembus kedalam menelan peluru tersebut dengan utuh. "tsssrrr..." aliran cairan kecil keluar dari lubang yang dibuat oleh peluru, tanpa ada dampak apapun yang mengikuti setelahnya.
“Hah?” Haidar dengan reaksi kaget
Henry juga ikut bereaksi kecewa dan terkejut, Haidar sedikit malu dan merasa seperti sebuah lelucon setelah berusaha terlihat keren dengan tembakannya.
“Kau harus gunakan api langsung!” teriak Helena
“Oh begitu, cepat gunakan pemantik” Haidar terhenyak dan berteriak kembali
“apa ada yang membawanya?” ucap Henry dengan datar
“Hah?” Haidar keheranan
“Heh!” Helena keheranan
“Sial” ucap Henry dengan datar
“Haaaaaaaaaa!” mereka bertiga berteriak kaget
Mereka bertiga langsung panik, Helena dan Henry melihat pada obor di sekitar ruangan namun terpasang terlalu tinggi dan tidak ada yang mudah diraih kecuali jaraknya jauh dari tempat mereka sekarang atau pada rak barel. “Clank – Clank” Namun sebuah serangan mendadak dari cakar yang ditangkis Haidar memberikan sebuah jalan keluar lain, Haidar menyadari sesuatu yang timbul pada kapaknya, ketika berbenturan dengan cakar makhluk yang kepalanya terbungkus kantung.
“Semuanya berlindung” teriak Haidar memberi peringatan
Henry dan Helena berlindung seperti sebelumnya dengan bertiarap di lantai. Haidar mengambil sebuah momentum dan melemparkan kapaknya pada barel kayu yang sebelumnya ditembak, “Chop!” mata kapak Haidar tertancap pada barel dekat dengan aliran cairan kecil yang keluar. Haidar membidik dengan pasti, “Bang!” dan meletuskan tembakkan pada mata kapak, dengan cepat peluru sampai di dekat mata kapak. “Clank - Shh” gesekan ujung peluru pada mata kapak menimbulkan sebuah percikan, yang mana membuat sebuah api muncul dari uap yang berada disekitar cairan yang keluar. Api yang kecil merambat dan membesar di ikuti barel yang tertancap kapak menggembung dan pecah, di susul barel lainnya yang terbakar serta ikut pecah secara beruntun. "BOOOOM!" sebuah ledakan terjadi dan mendobrak paksa pintu ganda sampai hancur, rasa panasnya terasa meski sudah menjaga jarak, hempasan dorongan anginnya juga sangat kuat.
Haidar menangkap kapaknya yang terpental, dia cukup terkejut karena mata kapak hampir tertancap di wajahnya jika dia tidak sempat menangkap. Haidar segera memastikan jika jalan sudah terbuka dan apakah akan terjadi ledakan atau semburan api lainnya yang bisa membahayakan.
“Lari!” teriak Haidar
Helena dan Henry menerobos langsung pintu yang sudah terjebol oleh ledakan meskipun masih ada sedikit api yang masih berkobar, di ikuti Haidar yang memastikan keamanan mereka dari serangan. Makhluk pada plafon menatap tajam seiring kepergian Haidar dan yang lainnya, makhluk yang kepalanya tertutup kantung menurunkan cakar mereka menandakan pertempuran telah usai dan berarti dimenangkan oleh Haidar bersama yang lain, karena berhasil keluar dari ruang altar tersebut.
Api merah pada obor di sekitar ruangan kembali pada warna awalnya yang tidak lama kemudian satu demi satu padam, seperti tirai yang menutup panggung, kegelapan menyelimuti ruangan secara perlahan menghapus keberadaan para makhluk di ruangan tersebut. Tapi ada satu buat pemandangan tersisa saat kegelapan sudah pekat, yaitu nyala dua titik merah pada area plafon yang menusuk seperti aura pemburu yang mengawasi mangsanya.
Bersambung.