CHAPTER 46

Rael melangkah maju, meninggalkan tempat di mana Kael terakhir kali menghilang dalam cahaya kristal. Setiap langkah terasa seperti memasuki dimensi yang lebih dalam, lebih misterius, seolah ruang dan waktu mengalir dengan cara yang tidak ia pahami sepenuhnya. Cahaya yang sebelumnya begitu terang kini perlahan meredup, menyisakan rasa sunyi yang semakin dalam.

Di sekitar Rael, dinding-dinding ruang terasa semakin tidak stabil. Ruang ini, dimensi yang mereka temui, tidak lagi berbentuk seperti ruang fisik yang ia kenal. Semuanya mengalir, seakan semuanya saling berinteraksi dengan cara yang tak terungkapkan. Ia bisa merasakan getaran dalam udara, seperti ada sesuatu yang mengintai di balik tirai waktu dan ruang ini, menunggu untuk diungkap.

"Apa yang akan terjadi sekarang?" Rael bergumam pada dirinya sendiri, matanya masih terfokus pada titik yang semakin jauh di depan, tempat cahaya itu dulu berada. Di dalam dirinya, rasa penasaran dan kecemasan saling bertautan. Kael telah memilih jalannya, tapi Rael tahu, ia sendiri masih memiliki misi yang lebih besar untuk diselesaikan.

Tiba-tiba, sebuah suara kembali terdengar, kali ini lebih jelas, menggema di seluruh ruang. "Rael, kamu telah memilih untuk melanjutkan perjalanan ini sendirian, tetapi perjalananmu tidak akan mudah. Di sini, kamu akan menemui banyak ujian. Namun, ujianmu bukan hanya tentang kekuatan, tetapi juga tentang pemahaman, pemahaman yang lebih dalam tentang hubungan antara waktu dan ruang."

Rael berhenti sejenak, menatap sekeliling, mencari sumber suara yang begitu familiar, namun tak tampak wujudnya. "Siapa kamu?" tanya Rael, suaranya kini lebih penuh penegasan.

Suara itu tidak langsung menjawab, tetapi sebuah bayangan perlahan muncul di hadapannya. Bayangan itu bergerak, bentuknya kabur, namun Rael bisa merasakan kehadirannya yang kuat. Perlahan, bayangan itu mulai mengkristal menjadi sosok yang lebih jelas: seorang pria dengan jubah panjang, wajahnya tersembunyi dalam kegelapan yang berasal dari dirinya sendiri. Hanya matanya yang tampak, bersinar dengan warna emas yang tajam, seakan menembus setiap lapisan ruang dan waktu.

"Akulah yang menjaga keseimbangan," kata sosok itu, suaranya dalam dan berat. "Aku adalah manifestasi dari penjaga ruang dan waktu. Kamu, Rael, telah memilih untuk menjalani jalan ini, dan sekarang kamu harus memahami hakikat dari kekuatan yang kamu cari."

Rael tidak merasa terkejut. Ia telah menduga bahwa perjalanan ini akan membawanya pada seseorang atau sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri. Namun, melihat sosok itu secara langsung membuatnya merasakan sesuatu yang lebih dalam, sebuah kesadaran yang membuatnya merasa kecil di hadapan kekuatan besar ini.

"Apa yang sebenarnya terjadi dengan Kael?" tanya Rael, meskipun ia sudah mengetahui sebagian jawabannya. "Kenapa hanya satu yang bisa melanjutkan?"

Sosok itu mengangkat tangannya perlahan, dan seketika sebuah gambaran muncul di depan Rael. Itu adalah gambar Kael, yang terlihat berdiri di dalam cahaya, seolah menerima kekuatan baru yang tak bisa Rael pahami. Kael tampak tenang, bahkan lebih teguh dari sebelumnya. Namun, di balik ketenangannya, Rael merasakan ada sesuatu yang berubah dalam dirinya, sesuatu yang mungkin tidak akan pernah sama lagi.

"Kael telah memilih jalannya, dan ia akan menghadapi ujian yang jauh berbeda dari yang kamu alami. Perjalanannya adalah tentang memahami dan mengendalikan dimensi waktu itu sendiri. Tapi kamu, Rael... kamu memiliki tugas lain. Kamu harus menjaga keseimbangan antara kedua dunia, dunia yang dibentuk oleh waktu dan dunia yang dibentuk oleh ruang."

Rael menatap sosok itu dengan tatapan tajam, mencoba memahami kata-kata yang baru saja diucapkan. "Keseimbangan... antara waktu dan ruang?"

Sosok itu mengangguk perlahan. "Waktu dan ruang bukanlah dua entitas yang terpisah. Mereka saling bergantung dan saling mempengaruhi. Jika salah satu dari keduanya terganggu, dunia ini, semesta ini, akan hancur. Kael akan melanjutkan dengan kekuatan waktu, sementara kamu... kamu akan mengendalikan ruang."

Rael merasa tubuhnya kaku. "Ruang? Aku?" tanyanya, bingung.

Sosok itu tersenyum samar, meski wajahnya tetap tersembunyi dalam bayang-bayang. "Ya, kamu. Kamu adalah satu-satunya yang bisa mengembalikan keseimbangan antara dimensi ruang ini. Di dalam dirimu ada potensi yang belum sepenuhnya terungkap. Dan untuk memahaminya, kamu harus melampaui apa yang kamu ketahui tentang ruang dan waktu."

Rael menggigit bibirnya, berusaha mencerna apa yang baru saja didengarnya. Ruang, waktu, dan dirinya, semua ini saling terkait dalam cara yang lebih besar dari yang bisa ia bayangkan. Namun, di balik rasa bingung itu, ada dorongan kuat di dalam dirinya untuk mengetahui lebih banyak.

"Bagaimana aku bisa mengendalikan ruang?" tanya Rael, suaranya penuh tekad. "Apa yang harus aku lakukan?"

Sosok itu mengangkat tangannya sekali lagi, dan sebuah pintu besar yang terbuat dari cahaya dan bayangan muncul di hadapannya. Pintu itu berputar perlahan, seakan menawarkan jalan yang tak terlihat sebelumnya. "Untuk mengendalikan ruang, kamu harus terlebih dahulu mengerti batas-batasnya. Kamu harus melatih dirimu untuk melihat, merasakan, dan memanipulasi ruang dengan cara yang tidak pernah kamu bayangkan."

Rael merasa ada kekuatan yang mengalir dari pintu itu, mengundangnya untuk melangkah. Tanpa ragu, Rael melangkah maju. Saat ia menyentuh pintu itu, sebuah cahaya menyelimuti tubuhnya, dan dalam sekejap, ia merasakan dirinya dipindahkan ke tempat yang sangat berbeda. Ruang ini sangat luas, lebih besar dari apa pun yang pernah ia lihat sebelumnya. Dan di sana, Rael merasakan sesuatu yang sangat kuat mengalir melalui dirinya, sebuah pemahaman yang mendalam tentang ruang dan kekuatan yang bisa ia kendalikan.

"Ini adalah ruang yang sejati," kata sosok itu dari jauh, suaranya kini terdengar lebih jauh, lebih misterius. "Tempat di mana kamu akan belajar menguasai apa yang lebih besar dari dirimu sendiri."

Rael menatap ruang yang terbentang di depannya, merasakan kekuatan yang luar biasa mulai mengalir melalui tubuhnya. Ia tahu, perjalanannya baru saja dimulai.

Rael berdiri di tengah-tengah ruang yang tak berbentuk, suasana yang mengelilinginya begitu asing namun memikat. Tidak ada langit, tidak ada tanah, hanya gelombang cahaya dan bayangan yang saling berinteraksi di setiap sudut. Segala sesuatu di sekitarnya terasa sangat cair, seolah-olah ruang itu sendiri bisa berubah bentuk kapan saja. Rael mendalamkan pernapasannya, mencoba untuk menenangkan dirinya, dan memusatkan perhatian pada perasaan yang baru muncul, perasaan bahwa dia sekarang menjadi bagian dari sesuatu yang jauh lebih besar dari dirinya sendiri.

Dari dalam dirinya, Rael bisa merasakan adanya dorongan yang kuat, sebuah kekuatan yang telah lama tertidur. Itu adalah kekuatan ruang yang kini mulai terbangun. Ada sensasi seperti aliran energi yang bergerak melalui tubuhnya, mendorongnya untuk memahami, merasakan, dan akhirnya mengendalikan ruang itu. Setiap detik yang berlalu, semakin jelas baginya bahwa dia tidak hanya ada di dalam ruang ini, dia adalah bagian dari ruang itu.

"Rasakan, Rael," suara itu kembali terdengar, namun kali ini lebih lembut, lebih dekat. Sosok penjaga ruang dan waktu muncul di hadapannya, tetapi tidak sepenuhnya. Hanya bayangannya yang memantul di udara. "Untuk mengendalikan ruang, kamu harus melampaui apa yang biasa kamu pahami tentang ruang itu sendiri. Jangan hanya lihat dengan matamu, rasakan dengan seluruh tubuh dan pikiranmu."

Rael menatap sosok itu, mencoba memahami lebih dalam maksud dari kata-katanya. Kemudian, tanpa peringatan, sebuah gambaran muncul di benaknya, sebuah visualisasi ruang yang mengalir dalam bentuk yang tidak bisa ia definisikan. Dalam sekejap, dia dapat melihat bagaimana dimensi ini dapat berubah, bagaimana ruang bisa dilipat, diregangkan, dan diputar. Rael memfokuskan pikirannya pada gambaran itu dan merasakan bagaimana aliran itu mulai berinteraksi dengan dirinya.

Tangan Rael terangkat, dan seketika dia merasakan sesuatu bergerak di sekitar tangannya, sebuah distorsi kecil, sebuah perubahan dalam struktur ruang itu sendiri. Ruang di sekitarnya sedikit bergeser, seolah-olah ia baru saja menarik sebuah sudut dari dunia ini ke arahnya. Rael hampir tak percaya, tetapi dia merasakan kekuatan itu. Itu nyata.

"Ini baru permulaan," kata sosok itu, suaranya kini terdengar lebih dekat. "Untuk mengendalikan ruang sepenuhnya, kamu harus memahami cara ruang berinteraksi dengan objek, energi, dan bahkan waktu itu sendiri. Ruang bukanlah sesuatu yang statis. Ia mengalir, berdenyut, dan berubah. Dan kamu harus belajar untuk mengikuti alirannya."

Rael mengangguk perlahan, mencoba mencerna setiap kata yang diucapkan oleh sosok itu. Ada begitu banyak yang harus dipelajari, begitu banyak yang harus dia pahami. Namun, di dalam dirinya, rasa takut mulai mereda digantikan oleh tekad yang semakin kuat. Ia merasa seperti menemukan sesuatu yang telah lama hilang dalam dirinya, sesuatu yang bisa mengubah takdirnya, dan mungkin, juga takdir dunia ini.

Tiba-tiba, ruang di sekitar Rael mulai bergetar, dan cahaya yang dulu lembut kini berubah menjadi kilatan yang lebih terang. Tanpa peringatan, dia merasa tubuhnya terangkat, ditarik oleh kekuatan yang lebih besar. Rael tidak bisa menahan diri, meski ia tahu ini adalah bagian dari proses yang harus dijalani.

"Sekarang, buktikan pada dirimu sendiri bahwa kamu siap," kata sosok itu. "Jika kamu benar-benar ingin memahami kekuatan ini, kamu harus menghadapi ujian pertama."

Rael merasa ruang itu mulai berubah, seolah-olah ia sekarang berada di dalam labirin tak berujung. Dinding di sekelilingnya mulai melengkung, berputar, membentuk bentuk-bentuk yang seakan tidak bisa dijelaskan oleh logika. Namun, Rael tahu satu hal: ruang ini, walaupun penuh dengan misteri, adalah medan latihan yang sempurna. Dia harus belajar untuk mengendalikan bentuk-bentuk yang berubah ini.

Setiap langkahnya terasa seperti menjelajahi dimensi yang berbeda. Tiba-tiba, ia merasakan kekuatan menariknya ke satu titik, sebuah pusat yang tersembunyi di balik lapisan-lapisan ruang yang bergerak. Rael melangkah ke sana dengan penuh tekad, merasakan bahwa pusat tersebut adalah tempat di mana dia akan menguji batas kemampuannya.

Begitu ia sampai di titik tersebut, sebuah suara terdengar kembali, lebih keras dan lebih menuntut. "Ingat, Rael. Ruang bukan hanya tentang bentuk. Ia juga tentang makna. Tentang inti dari segala sesuatu yang ada di dalamnya. Jika kamu ingin mengendalikan ruang, kamu harus terlebih dahulu memahami esensinya."

Rael menutup matanya, mencoba merasakan getaran ruang itu, merasakannya tidak hanya dengan indra fisiknya, tetapi juga dengan hati dan pikirannya. Ia mencoba untuk melihat lebih dalam, untuk menangkap jejak-jejak ruang yang tersembunyi di balik setiap lapisan yang tampaknya acak. Dalam kesunyian itu, sesuatu mulai terbuka di dalam dirinya, sebuah pemahaman baru tentang ruang.

Ketika Rael membuka matanya, ruang di sekelilingnya mulai berubah. Dinding-dinding yang sebelumnya berputar kini berhenti, membentuk pola yang lebih teratur. Di depannya, sebuah pintu besar terbuka, mengungkapkan jalan yang lebih luas, lebih terang. Pintu itu adalah simbol dari langkah berikutnya dalam perjalanan yang lebih besar.

"Sekarang kamu siap," suara sosok itu berkata, kali ini penuh pengakuan dan kebanggaan. "Tugasmu belum selesai, Rael. Jalanmu baru saja dimulai. Tetapi kamu telah membuktikan bahwa kamu memiliki kekuatan untuk mengendalikan ruang."

Rael memandang pintu terbuka itu dengan perasaan yang campur aduk, antara kebingungan dan rasa penasaran yang mendalam. Ia tahu bahwa perjalanannya belum selesai. Bahkan, itu baru saja dimulai. Namun, satu hal yang pasti, sekarang dia memahami lebih banyak tentang ruang dan kekuatan yang ada di dalamnya. Dan, yang lebih penting, ia tahu bahwa apapun yang menantinya, dia akan siap menghadapinya.

Dengan langkah mantap, Rael melangkah maju menuju pintu, siap untuk menghadapi ujian berikutnya dalam perjalanan yang akan mengubah hidupnya dan mungkin, seluruh dunia.