CHAPTER 48

Setelah menghadapi ancaman dari entitas misterius itu, Rael merasa hatinya berdebar kencang, tapi ada sesuatu yang lebih dalam yang membuatnya tidak bisa menyingkirkan perasaan itu. Di tengah semua kekacauan dan ketidakpastian tentang ruang dan waktu yang terus menghantui pikirannya, ada satu hal yang jelas: dia ingin melamar Elyra.

Namun, persiapan itu harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Akademi ini adalah tempat yang penuh dengan pengawasan, di mana setiap langkah yang diambil oleh siswa bisa diawasi oleh pihak yang tak terlihat. Rael tahu betul bahwa dia harus merencanakan semuanya dengan sempurna agar tidak ada yang tahu, bahkan Elyra sendiri, hingga saat yang tepat tiba.

Malam itu, setelah pertemuan dengan Kael dan siswa-siswa Akademi Ruang, Rael kembali ke kamarnya dengan langkah perlahan. Ia menutup pintu kamarnya dan berjalan menuju meja, di mana banyak catatan mengenai manipulasi ruang dan waktu tersebar. Namun, catatan itu tidak menarik perhatiannya malam ini. Pikirannya tertuju pada satu hal: bagaimana cara membuat momen itu sempurna untuk Elyra.

Rael duduk di kursinya, memejamkan mata sejenak, mencoba merencanakan langkah-langkah berikutnya. Ia mulai mengingat kembali pertemuan pertama dengan Elyra, betapa dia terkesan dengan kecerdasannya, keberaniannya, dan cara Elyra selalu bisa membuatnya merasa seperti ada sesuatu yang lebih dari sekadar ruang dan waktu yang mereka pelajari.

"Aku harus membuatnya tahu, Elyra. Bahwa aku serius tentang ini."

Dengan hati-hati, Rael mulai menulis rencana-rencana kecil dalam jurnalnya. Dia ingin membuat sebuah pertemuan yang akan mengesankan Elyra, jauh dari keramaian akademi, tempat mereka bisa berbicara dengan tenang. Tapi lebih dari itu, dia ingin memberikan sesuatu yang berarti, sesuatu yang tidak hanya bisa diberikan oleh orang lain di akademi.

Rael tahu bahwa Elyra sering terlihat tenggelam dalam dunia penelitiannya sendiri, terutama ketika berbicara tentang waktu dan ruang. Namun, dia juga tahu bahwa Elyra memiliki sisi lain yang lebih lembut, sisi yang hanya bisa dilihat oleh mereka yang benar-benar dekat dengannya. Itu lah yang ingin Rael tunjukkan, bahwa dia bisa lebih dari sekadar seorang teman yang berjuang bersama di akademi.

Rael berpikir panjang, kemudian memutuskan bahwa langkah pertama adalah memilih waktu yang tepat. Elyra selalu menyukai waktu senja, ketika matahari mulai tenggelam dan langit berubah menjadi warna oranye yang lembut. Itu adalah saat ketika dia merasa lebih tenang, lebih terbuka. Rael memutuskan bahwa mereka harus berbicara di luar akademi, di suatu tempat yang jauh dari mata-mata dan keramaian. Tempat yang membawa kedamaian.

Namun, Rael juga tahu bahwa dia tidak bisa melakukannya sendirian. Ada banyak hal yang harus disiapkan, bukan hanya kata-kata, tetapi juga sebuah simbol. Sebuah simbol yang akan mewakili rasa hormat dan cinta yang mendalam untuk Elyra.

Pada malam berikutnya, setelah beberapa hari mempersiapkan, Rael pergi ke hutan yang terletak di luar akademi, tempat yang jarang dikunjungi oleh siswa. Di sana, di antara pepohonan yang tinggi dan udara yang sejuk, ia menemukan tempat yang ideal untuk merencanakan kejutan tersebut. Sebuah bukit kecil dengan pemandangan yang sempurna ke arah langit senja. Rael merasa bahwa tempat ini akan memberikan atmosfer yang tepat, tenang, intim, dan penuh makna.

Dengan hati-hati, Rael mulai menyiapkan semuanya. Dia memanfaatkan pengetahuannya tentang ruang dan waktu untuk menciptakan sebuah pengaturan yang bisa mengejutkan Elyra. Menggunakan sedikit manipulasi ruang, Rael menciptakan jalan setapak yang indah, dihiasi dengan cahaya-cahaya kecil yang bercahaya lembut. Ia juga menyusun beberapa elemen kecil yang bisa membuat suasana menjadi lebih personal, seperti bunga-bunga yang tumbuh di sepanjang jalan itu, yang hanya muncul saat waktunya tepat.

Rael juga mempersiapkan sebuah benda kecil, sebuah cincin yang terbuat dari bahan langka yang dia temukan dalam perjalanan risetnya tentang ruang. Cincin itu tidak hanya simbolik, ia mengandung energi yang kuat, yang mungkin hanya dapat dipahami oleh mereka yang mempelajari ruang dan waktu secara mendalam. Cincin itu adalah simbol dari perjalanan mereka berdua, perjalanan waktu yang penuh tantangan, namun juga penuh makna.

Namun, Rael tahu, untuk melamar Elyra, ia perlu lebih dari sekadar persiapan material. Ia harus siap dengan kata-kata yang bisa menyentuh hati Elyra. Kata-kata yang bisa menyampaikan perasaannya yang terdalam, tanpa mengganggu kedamaian yang selalu Elyra rasakan di dalam dirinya.

Hari itu akhirnya tiba. Rael melangkah menuju tempat yang telah ia persiapkan. Senja mulai turun, langit berubah menjadi merah keemasan, dan seluruh dunia seolah-olah terdiam, menunggu saat yang tepat. Rael berdiri di sana, menunggu Elyra datang.

Hatinya berdebar lebih cepat dari sebelumnya. Dia tidak bisa menahan perasaan cemas, tetapi dia tahu bahwa ini adalah langkah yang benar. Saat Elyra muncul dari kejauhan, langkahnya tenang dan anggun, Rael merasa sebuah rasa damai menyelimuti dirinya. Elyra mengenakan jubah putih yang biasa ia pakai, rambutnya tergerai dengan alami. Begitu melihat Rael, senyumnya mengembang.

"Rael," sapa Elyra dengan suara lembut, matanya penuh kehangatan. "Apa yang kamu persiapkan di sini? Tempat ini sangat indah."

Rael tersenyum, melangkah mendekat dengan penuh ketenangan. "Aku hanya ingin menunjukkan padamu sesuatu, Elyra," katanya, suaranya lembut namun penuh arti. "Tempat ini adalah tempat yang sempurna, menurutku. Untuk kita berdua."

Elyra menatap Rael dengan penuh penasaran, namun ia tidak mengatakan apa-apa. Rael pun melanjutkan, menarik cincin dari sakunya, dan dengan perlahan, dia berlutut di hadapan Elyra.

"Elyra, selama ini kita telah melalui banyak hal bersama. Aku telah belajar banyak tentang waktu dan ruang, tapi yang paling penting adalah, aku telah belajar tentang kamu. Tentang dirimu yang lebih dari sekadar seorang teman, lebih dari sekadar seorang siswa. Aku ingin menghabiskan sisa waktuku bersama kamu, Elyra. Maukah kamu menikah denganku?"

Elyra terdiam sejenak, matanya berbinar dengan keharuan. Lalu, dengan senyuman yang tulus, dia mengangguk perlahan. "Rael... aku sudah lama menunggu saat ini."

Rael merasa beban yang berat seakan terangkat dari pundaknya. Cincin itu melingkar di jari Elyra, dan saat mereka berdiri bersama, dunia di sekitar mereka terasa lebih tenang, seakan waktu dan ruang telah bersatu dalam harmoni sempurna.

Rael merasakan ketenangan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Saat Elyra menerima lamarannya, seolah-olah dunia ini, yang penuh dengan misteri waktu dan ruang, tidak lagi terlalu mengintimidasi. Ada keheningan yang nyaman di antara mereka, sebuah kedamaian yang datang setelah banyak keraguan dan kecemasan.

Namun, saat Elyra mengangguk dan menerima cincin itu, Rael tidak bisa mengabaikan perasaan yang lebih dalam, perasaan yang mulai muncul di dalam dirinya. Sesuatu yang lebih dari sekadar cinta, sesuatu yang berkaitan dengan takdir, ruang, dan waktu. Semua pengetahuan yang dia pelajari selama ini, bersama dengan kebersamaannya dengan Elyra, terasa lebih bermakna dari sebelumnya.

Elyra memandang Rael dengan lembut, matanya berbinar. "Rael," katanya dengan suara yang penuh kehangatan, "Ini... lebih dari yang bisa aku bayangkan. Aku merasa seolah-olah kita telah berjalan bersama jauh lebih lama dari yang kita ketahui."

Rael tersenyum, menyadari bahwa perasaan yang ia alami ini bukan hanya tentang ruang dan waktu, tetapi tentang keterikatan yang tak terucapkan di antara mereka. Sebuah keterikatan yang bahkan ruang dan waktu tak bisa pisahkan.

Namun, meski hati Rael penuh dengan kebahagiaan, ada satu hal yang terus menggantung di benaknya. Entitas yang Rasya sebutkan tadi. Distorsi ruang-waktu yang bisa menciptakan ancaman yang tak terduga. Rasya tidak salah, manipulasi ruang dan waktu memang membawa potensi yang besar, tetapi juga bahaya yang sangat besar. Dan entitas itu, yang mungkin sudah mulai bangkit, tetap menjadi bayangan yang mengganggu pikirannya.

Rael menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan pikirannya. Elyra, yang tampaknya masih terpesona dengan momen itu, meraih tangan Rael dan menggenggamnya erat.

"Rael, aku tahu kamu sedang memikirkan sesuatu. Apa yang terjadi?" tanyanya, matanya menyiratkan kekhawatiran kecil.

Rael menatap Elyra, merasa ada kehangatan di dalam genggaman tangannya. "Aku hanya... merasa ada sesuatu yang belum selesai, Elyra," jawabnya, suara lembut namun penuh ketegasan. "Ada sesuatu yang lebih besar, yang kita mungkin belum sepenuhnya pahami. Entitas yang Rasya bicarakan, itu bukan hanya sebuah cerita, aku rasa."

Elyra memandangnya, tampak berpikir sejenak. "Kamu merasa itu berhubungan dengan apa yang terjadi di Akademi Waktu? Apa yang sedang kita pelajari tentang ruang dan waktu?"

Rael mengangguk pelan. "Ya, aku merasa entitas itu ada kaitannya. Apa yang kita pelajari, dan bagaimana ruang dan waktu saling berhubungan, bisa jadi bagian dari sesuatu yang lebih besar. Sesuatu yang mungkin... kita belum siap hadapi."

Elyra terdiam, namun kemudian, ia menggenggam tangan Rael dengan lebih erat lagi. "Aku tahu, Rael. Aku bisa merasakannya juga. Ada sesuatu yang tersembunyi di balik pengetahuan kita tentang waktu dan ruang. Tapi kita akan menghadapi ini bersama, kan?"

Rael menatapnya, hatinya dipenuhi rasa syukur. Elyra tidak takut, meski dia tahu akan ada bahaya yang mengintai. Ia merasa lebih kuat, lebih siap, ketika bersama Elyra. Mereka berdua telah melewati begitu banyak hal, dan sekarang, mereka akan menghadapi tantangan yang lebih besar bersama.

"Satu-satunya hal yang bisa kita lakukan adalah melangkah maju," kata Rael dengan suara tegas, meskipun hatinya masih dipenuhi pertanyaan yang belum terjawab. "Kita harus tahu lebih banyak tentang apa yang ada di balik manipulasi waktu dan ruang ini. Kita harus mempersiapkan diri."

Elyra tersenyum, seolah-olah tahu apa yang ada dalam pikiran Rael. "Kita akan mencari jawabannya, Rael. Bersama-sama."

Mereka berdua berdiri di sana, di bukit yang menyaksikan senja yang perlahan mereda, dengan hati yang lebih pasti daripada sebelumnya. Namun, perjalanan mereka baru saja dimulai. Ancaman yang mungkin tersembunyi di balik manipulasi waktu dan ruang ini, entitas yang bangkit dari distorsi tersebut, semua itu masih menunggu untuk diungkap. Rael dan Elyra tahu, bahwa untuk menghadapi hal itu, mereka harus bersatu, lebih kuat dari sebelumnya.

Malam itu, ketika mereka kembali menuju akademi, Rael merasa seolah-olah dunia di sekeliling mereka berubah. Ruang dan waktu tampaknya menunggu untuk membuka lebih banyak rahasia. Mereka berdua, yang kini lebih dari sekadar teman, memiliki tujuan yang lebih besar dari sekadar mempelajari ilmu. Mereka harus melindungi dunia yang mereka cintai dari ancaman yang mungkin datang, dan untuk itu, mereka harus tahu lebih banyak tentang kekuatan yang mereka pegang, waktu dan ruang.

Rael dan Elyra berjalan berdampingan, tangan mereka saling menggenggam, siap untuk menghadapi apa pun yang menanti di depan.