Kini jam telah menunjukan jam 3 subuh, Julya baru sampai di depan gerbang mansionnya tentunya ia diantar oleh Ernest.
"Kalau begitu aku langsung pulang, ya.." ucap Ernest.
"Oke.. ini helm aku bawa?" Tanya Julya.
"Iya bawa ajah gak usah dibalikin buat kamu" jawab Ernest.
"Oke.. terimakasih buat hari ini" ucap Julya.
"Daah.." Ernest pun melajukan motornya sedangkan Julya ia melambaikan tangannya kearah kepergian Ernest.
Julya berbalik badan dan masuk kedalam mansion.
"Pagi nona" ucap satpam dengan sayu karna ia kebangun mendengar suara motor.
"Hm.. dimana temanmu?" Tanya Julya.
"Mereka pergi ketoilet nona.. saya gantiin mereka sementara" jawab nya.
"Radio ke mereka, katakan pada mereka untuk kesini bilang kalau aku yang menyuruh" suruh Julya.
"Siap nona, panggilan pada shift malam untuk datang ke gerbang utama" ujarnya pada radio.
Julya menunggu mereka sembari merokok. Tak berapa lama kedua orang itu pun datang, Julya langsung mematikan rokoknya.
"Dari mana saja kalian?" Tanya Julya sambil bersidekap dada menatap mereka tajam.
"Eee.. anu tadi kita abis ketoilet nona" jawab salah satu dari mereka.
"Berdua?" Tanya Julya.
Senyap.
Mereka hanya diam memikirkan jawaban.
"Kenapa? Kalian gay?" Tanya Julya lagi.
"Nggak nona, tadi tuh saya diajak curhat sama dia" menunjuk temannya. "Di halaman belakang sambil merokok" lanjutnya.
"Mengobrol saat sedang bertugas dan meninggalkan tempat tugas" ujar Julya sambil mengangguk. "Ikuti aku"
Mereka pun mengikuti Julya terkecuali satpam yang tadi menyapa Julya. Kini mereka berada di lapangan tenis.
"Disini kalian hanya perlu push up 10 kali dan lari 5 kali putaran, DIMULAI DARI SEKARANG CEPAT!!" Teriak Julya diakhir mereka pun langsung melakukannya.
Setelah mengawasi mereka cukup lama Julya pun langsung masuk kedalam rumah setelah melihat mereka melakukan semua apa yang ia suruh.
Julya masuk ke kamarnya. Hal pertama yang ia lakukan adalah menaruh Helm, melempar ponsel ke kasur lalu mematikan lampu dan menutup semua jendela kamar. Ia lalu menyalakan lampu tidurnya dan menyalakan musik.
Ia menatap langit-langit kamar yang melihatkan cahaya berwarna biru berpadu dengan warna putih yang bergerak-gerak seperti aurora borealis.
Julya menatapnya sampai ia tertidur karna ia sudah sangat mengantuk.
Siang hari ini Julya telah siap dengan pakaian formal dengan style korean look. Ia bersiap karna akan ada pertemuan ditaman kaca rumahnya untuk mengobroli tentang pernikahan yang di persulit oleh Othello sampai-sampai baru hari ini ia menyempatkan diri untuk datang. Licik. Itu kata yang tepat untuk menggambarkan sikap Othello saat ini.
Julya menunggu kedatangan Ernest terlebih dahulu karna Eve dan Othello sudah siap ditaman kaca.
knock... knock..
"Nyonya muda ada seseorang yang datang bernama Ernest, dengan alasan ingin berbincang dengan keluarga" ucap pelayan dari luar kamar.
"Suruh dia menunggu di ruang tamu" ucap Julya sambil memakai lipstik merahnya.
"Baik" ucap pelayan itu lalu pergi.
Julya pun siap dengan riasannya dan langsung pergi ke bawah. Julya menuruni tangga dengan perlahan.
Ernest berdiri dari duduknya tersenyum melihat kecantikan wanita yang akan menjadi istrinya. Pendampingnya untuk selamanya.
"Maaf menunggu.. ayo kita sudah di tunggu oleh madre dan ayah" ucap Julya. Ernest menyiapkan lengannya untuk digenggam oleh Julya.
Mereka pergi ke taman kaca yang indah yang berada disamping kiri aviary.
Disana sudah terlihat Eve yang sedang menikmati tehnya dengan anggun dan Othello yang tengah menikmati cerutunya
"Madre, papah" panggil Julya.
"Selamat datang, nak" sapa Eve. Ia meletakan cangkirnya dan berdiri untuk memeluk Julya.
"Duduklah" ucap Othello. Mereka pun duduk.
"Apa kabar kalian ma'am, sir?" Ucap Ernest dengan canggung.
"Seperti yang kau lihat.." jawab Othello ketus Eve pun hanya mengangguk pelan. "Tak usah basa-basi.. apa yang sudah kau dapatkan dari waktu yang sudah ku kasih?" Tanya Othello.
Ernest tentu terkejut karna ia langsung diberi pertanyaan yang bersangkutan dengan status dan kekayaan. "Jadi saya sudah melakukan semua syarat yang telah anda berikan kepada saya"
"Apa yang sudah kau lakukan?" Tanya Othello.
"Membangun istana untuk Julya, saya sudah punya lebih dari 1M di bank saya, dan menjaga Julya" jawab Ernest.
"Hm.. bagus-bagus perkembangan yang cepat.. lalu bagaimana dengan kebahagian Julya?" Tanya Eve.
"Madre.. Fey juga sudah senang kalau kalian menerima Ernest" jawab Julya.
"Jujur saja.. ayah tak masih berat untuk menyetujui hubungan kalian walau dulu ayah juga ikut mencarikan mu seorang suami namun saat ini ayah jadi ragu melepasmu" ucap Othello.
"Ayah.. Fey bahagia kok sama Ernest.. karna Fey sudah di belikan banyak barang dan di bahagiakan dengan sikapnya yang lembut" ucap Julya mencoba meyakinkan kedua orang tuanya.
"Tapi.. sikap seorang pria akan keluar aslinya saat kalian sudah menikah.. menjalankan rumah tangga juga tak semudah yang kau bayangkan" ucap Eve.
"Madre.. Ernest sangat baik kok dengan ku"
"Sikap manusia akan berubah kapan pun Julya.. pria yang seperti itu hanya ada 1/1000 orang di dunia."
"Sudah-sudah!" Lerai Othello, kini tatapannya mengarah kearah Ernest. "Kau bilang kau sudah membuatkan istana untuk Julya apa benar?" Tanya Othello.
"Iya.. walau tak sebesar tempat ini namun rumah yang ku buat bisa menampung 30 orang" jawab Ernest.
"Bolehkah kami berkunjung kesana?" Tanya Othello.
"Tentu saja.. apa kita akan pergi sekarang?" Tanya Ernest.
"Ya.. tentu, ayo muffin" ucap Othello ia berucap sambil berdiri dan merapikan barangnya lalu menggenggam lengan Eve mengajaknya ikut.
Ernest menatap Julya yang terlihat senang dengan pemandangan itu. Ernest tersenyum sambil mengulurkan tangannya juga.
Mereka pergi bersama kerumah yang sudah disiapkan untuk rumah mereka nanti. Sesampainya mereka disana. Othello langsung mengajak Ernest berkeliling disana.
Othello mengunjungi semua tempat disana ia mengingat satu persatu ruangan yang ada dan bertanya ruangan mana saja yang akan menjadi ruang pribadi dan yang lain-lain.
Pertanyaan-pertanyaan itu membuat Ernest menelan ludahnya kasar karna gugup. Saat ini mereka tengah beristirahat di ruang tamu dengan suasana canggung yang masih melekat.
"Kalau sudah begini.. mau bagaimana lagi.. melihat Julya juga senang dengan hasilnya membuatku juga senang.. kapan pun jadwalnya akan ku kunjungi ketika ada waktu" ucap Othello.
"Sungguh? Terimakasih ayah" Julya saking leganya ia menangis dan memeluk Othello dan Eve.
Ernest memandangi mereka yang sedang berpelukan dengan senyuman tipis. "Kalau begitu apa agenda mu setelah ini?" Tanya Eve.
"Aku akan mengajak kelompok Dominic untuk datang ke mansion ku dan berkenalan dengan yang lain karna aku sudah di perkenalkan kemarin dengan mereka oleh Ernest" jawab Julya.
"Baiklah.. kalau begitu.. kita akan pergi jagalah Julya dengan baik ya Ernest" ucap Eve.
"Baik, ma'am.. hati-hati di jalan" ucap Ernest.
"Jaga dirimu" ucap Othello pada Julya. Eve mengecup kening Julya dengan penuh kasih sayang. Mereka pun pergi dari sana disusul oleh Julya dan Ernest.
Mereka kembali ke mansion milik Julya. Di dalam mobil tidak ada pembahasan tertentu mereka hanya saling merasa lega karna jawaban yang memuaskan. Lega dan senang. Itulah perasaan mereka saat ini.
Sesampainya di mansion Ernest langsung disambut dengan jamuan buah anggur, kukis, wine dan kopi di hadapannya kini.
"Kamu tunggulah disini aku akan mengganti pakaian" ucap Julya, Ernes pun mengangguk mengiyakan.
Tak lama Julya kembali dengan pakaian kemeja putih dengan tuxedo hitam. Lengan kemeja ia gulung memperlihatkan tato naga hitam disana.
"Kenapa kau berpakaiam seperti itu?" Tanya Ernest.
"Akan ada rapat nanti" jawab Julya.
"Hm.. apa anak-anak mau langsung ku suruh kesini?" Tanya Ernest.
"Hm.. kau boleh memanggil mereka untuk datang kesini" jawab Julya sambil mengunyah anggur.
Ernest pun membuka ponsel nya untuk menghubungi anak-anak kelompoknya.
"EXCUSE ME, MOTHER FATHER!" Teriak Aeesha dari kejauhan.
"MAU KEMANA LU!" Teriak Quico mengejar Aeesha yang buru-buru menaiki tangga.
"Heran banget sama mereka, astaga" ucap Theo tak habis pikir.
Mereka ramai-ramai masuk kedalam dengan atribut lengkap seperti pakaian tentara bayaran. Mereka baru saja pulang sehabis beraksi dengan fraksi lain.
"Aduuh~ capek" ucap Elea merenggangkan tubuhnya.
"Gimana tadi?" Tanya Julya.
"Gak gimana-gimana" jawab Theo ia bersandar di sofa mendengakkan kepalanya.
"Oh.. halo semua, apa kabar" sapa Ernest.
"Baik, gimana tadi pertemuannya lancar?" Tanya Mia.
"Lancar" jawab Julya.
"Syukurlah kalian bisa menikah" ucap Mia sambil membersihkan pisaunya yang penuh darah.
"Hm.. Ernest aku akan mengadakan meeting tunggulah disini kalau kau butuh apa-apa panggil saja pelayan" ucap Julya sambil berdiri dari duduknya.
"Okey" Julya pun memberikan kode pada mereka untuk mengikutinya.
Di ruangan meeting Julya langsung merapikan patung kecil yang berbentuk seperti pion catur namun berbentuk nama samaran.
Contoh: Julya= Fox (rubah)
Theo= snake (ular)
Orthan= gagak
Mada= tupai
Jack= panda merah
Quico= beruang
Aeesha= tengkorak
Lamia= kelinci
Helio= kalajengking
Hector= kuda
Ciel= elang.
"Okeh.. dimana Aeesha dan Quico?" Tanya Julya.
"Cek radio, dimana Aeesha dan Quico?" Tanya Theo pada radio.
"Kenapa, brow?" Tanya Quico pada radio.
"Ke ruang rapat cepat di bawahnya ya.. bukan diatas" suruh Mada ia berucap pada radio ditangannya.
"Jadi.. gue disini sebagai kepala strategi akan merapatkan strategi yang di pikirkan oleh gue dan Theo untuk siaga satu besok, kemungkinan karna siaga satu semua warga akan di pindahkan ke sini yaitu military base dan kita sebagai pihak yang ingin merebutkan suatu daerah kita akan merusuh di bagian tol kanan disini lebih tepatnya" ucap Julya memindahkan pion berwarna merah ke peta tempat yang ia maksud. "Karna disana adalah tempat yang akan kita rebut.
"Dan sebagai informasi ajah disini adalah wilayah dari kelompok bernama Stray MC yang dimana mereka di nobatkan sebagai pilar ke 3 dikota" lanjut Theo.
"Waduh.. perang sama pilarkah kita nih?" Ucap Jack karna adrenalinnya dibuat meningkat.
"Kenapa, takut kau?" Tanya Mada.
"Gak pak cuma.. rasanya menggebu-gebu ajah" jawab Jack.
"Shtt.." tegur Theo mereka pun diam.
"Karna akan ada penembakan di atas yaitu gunung jadi.. " Julya memindahkan pion Hector di atas map. "Hector pakai Ak4 sama Sniper di atas awasin mereka tapi jangan terlalu tinggi takutnya nanti gak keliatan yang dibawah, lalu kak Theo dari Heli buat kasih Info sekitar, Mada Stand by di sini yang lain sempetin waktu buat evak yang Down buat ke pom disini ingat yang evak 1 orang pakai mobil yang muat 6 orang atau lebih yang penting kenceng, kalau buat komando nanti akan dipegang sama kak Theo karna kita gak tau apa yang akan terjadi saat perang jadi Theo akan jadi komando. Turutin komando dari Theo kalau ada yang janggal langsung bilang ajah di radio atau earpice yang akan di bagikan nanti.. ada pertanyaan?" Tanya Julya setelah selesai menjelaskan.
"Senjata tuh kita bebas atau gimana?"tanya Helio.
"Karna perang ini gak ada Dialog kisarannya ya.. kaya dari kemarin juga anak-anak pada di culikin kan.. kita jadinya keburu kebakar amarah dan langsung ratain ajah wilayah mereka" jawab Theo. "Jadi bebas, kalau ada yang mau pake marshal atau aka semi otomatis yang baru kita buat juga gak masalah"
"Oke berarti kalo gue pake peluru yang gue buat kemaren amanlah ya" ucap Helio, Theo pun mengangguk mempersilahkan.
"Kalau gak ada yang ditanyakan lagi kita pergi dulu ajah ke bawah soalnya ada tamu rame mereka dari kelompok Dominic MC" ucap Julya.
"Siapa anjir?" Tanya Aeesha.
"Kelompoknya Ernest, gue yang undang soalnya kemaren gua diajak keliling sama mereka dimarkas mereka jadi gue juga undang mereka kesini" jawab Julya.
"Oohh.."
Julya pun pergi dari sana diikuti yang lain. Di ruang tamu yang sudah lumayan ramai dengan anak-anak Dominic di tambah dengan anak Adélfie Enigma.
"Halo.. selamat datang" sapa Julya.
"Halo nyonya" sapa mereka.
"Maaf menunggu lama.. tadi kami sedang ada rapat" ucap Julya.
"Gak masalah nyonya, iya gak kawan-kawan?" Tanya Ubi pada yang lain.
"Haha.. iya iya" jawab mereka.
"Oh ya.. sebelumnya yang belum tau saya siapa, saya adalah calon istri dari Ernest dan sekaligus wakil kelompok Aderfa Enigma yang dimana di ketuai oleh Theodore yang juga sebagai kaka tiri saya" ucap Julya memperkenalkan diri. "Dan tempat ini adalah markas besar atau rumah bagi kita semua" lanjutnya.
"Dan maaf kalau telat memperkenalkan diri.. saya Ernest yang akan menjadi Suami Julya, saya adalah ketua dari Demonik MC yang diwakili ubi atau dengan nama asli ia disebut Axvenus Altare" ucap Ernest.
"Senang berkenalan dengan kalian saya Axvenus Altare sebagai wakil ketua geng kelompok Demonic MC, kalian bisa panggil saya Ubi" ucap Ubi.
"Dimana kak Theo, Helio dan Hecktor?" Tanya Julya.
"Mereka masih di tempat rapat gak tau ngapain" jawab Mada.
"Ohh.. yasudah kalau begitu kalian berkenalanlah" ucap Julya mempersilahkan mereka untuk berkenalan.
Julya diam-diam pergi ke tempat rapat tadi. Di ruang rapat terdapat Theo yang sedang mencoba senjata barunya sedangkan Hector ia tengah memperhatikan peluru yang tertata di atas meja sedangkan Helio ia membantu Theo untuk menjelaskan fungsi senapan yang dipegangnya.
"Ngapain kalian?" Tanya Julya.
"Lagi ngetes ajah" jawab Theo.
"Ayo kebawah ada tamu" ucap Julya.
Theo pun menaruh senapannya. "Ayo"
Di ruang tengah terlihat sudah ada yang berdansa disana beramai-ramai ada juga yang menyetel musik dan ada yang diam duduk di sofa sambil merokok atau mengobrol. Mereka cepat berbaur sampai seakrab itu.
"Astaga" Theo berucap demikian setelah melihat mereka berjoget dengan seksi walau mereka pria.
"Ayo sini Theo ikutan" ucap Quico.
"Gak gak ada" tolak Theo.
"Malu-maluin astaga" ucap Helio melihat mereka.
"Ikut dong itu joget apaan?" Tanya Hector ia berlari kecil kearah mereka yang berjoget ria sedangkan Julya ia hanya bisa menutup wajahnya dengan tangan sambil bergeleng.
"Mafia apa ini cok" cibir Theo heran.
"Gak tau lagi dah" ucap Julya malu.
Theo menghampiri Ernest yang sedang tertawa melihat tingkah mereka sambil merokok.
"Gimana kabarnya, bro?" Tanya Theo.
"Baik-baik" jawab Ernest. Mereka berucap sambil bertosan ala lakik.
"Gimana bisnis, lancar?" Tanya Theo sambil membakar rokoknya.
"Yaa.. gitu-gitu ajalah" jawab Ernest. "Kadang perang, kadang ngirim, kadang nganggur, lu?"
"Haa.. huft.. kemaren sih kita abis perang sama fraksi baru soalnya mereka nurunin harga sampe kita juga kena penurunannya sampe anjloklah harga sampe kesel banget tuh gue, gue bredet ajah tuh keluarga mereka" ucap Ernest.
"Hm.. gue juga kesel sama ketuanya, mereka gak tau harga pasar main jual ajah kaya gak ada pertimbangannya dulu tapi pas tau kelompok lain udah benerin harga gue jadi mendingin dikit, ternyata elu"
Theo dan Ernest membahas bisnis bersama sedangkan Julya ia sibuk memvidiokan anak-anak yang berjoget seksi karna menurutnya lucu.
"Lenturin pinggulnya eaa.." intruksi Lamia.
"Ea.. satu~ dua~ tiga~ empat~" ucap Aeesha.
"Hobah!" Ucap salah satu anak Dominik.
"Goyang goyang go-go-go-go-goyang" -Hector.
"Udah-udah weh mau sampe kapan kalian begitu" ucap Ciel yang sudah capek melihat tingkat mereka.
"Eiya maap" ucap Aeesha.
"Eiya maap" ucap Mia ia juga menyudahkan jogetannya.
"Aduuh~ capek.." ucap Quico ia duduk menyandar pada dinding.
"Itu kak Hector keasikan Jogetnya, haha" ucap Lamia menunjuk Hector yang masih menggoyangkan pinggulnya.
"Yok.. goyang lagi bang" ucapnya pada anak Demonik.
"Haha.. udah ah.." laki-laki itu pun menyudahi goyangannya diikuti Hector.
"Siapa namanya bang tadi?" Tanya Hector.
"Dixon bang" jawabnya.
"Oohh.. Dixon, salam kenal ya saya Hector" ucap Hector mengulurkan tangan. Dixon pun menjabat tangan Hector.
Di sisi lain Ruby kini duduk di sofa karna ia pemalu dan tak gampang berbaur sedangkan Aeesha, Lamia, dan Ciel mereka meminum segelas wine Aeesha wine merah sedangkan Ciel wine putih Lamia ia meminum mocktail jeruk karna tak di perbolehkan meminum wine.
"Kak, kita kesana yuk duduk" ucap Lamia menunjuk sofa yang masih kosong di sebelah Ruby.
"Ayok" jawab Ciel.
Lamia duduk di samping kanan Ruby sedangkan Aeesha di samping kirinya dan Ciel ia di panggil oleh Julya.
"Halo.. nama kamu siapa?" Tanya Mia.
"Ruby.. salaam kenal" jawabnya agak gugup.
"Ruby.. aku Mia yang di sebelah mu kaka ku Aeesha salam kenal" ucap Mia.
"Salam kenal" ucap Ruby.
"Kamu kok tadi keliatan gak nyaman? Mau keluar kah?" Tanya Aeesha.
"Hmmm.. boleh" jawabnya mereka pun berdiri dari duduknya dan keluar dari rumah mereka pergi ke taman.
"Ngerokok gak?" Tanya Aeesha.
"Iya.. tapi untuk hari ini aku tidak ingin merokok" jawab Ruby.
Aeesha mengeluarkan sepuntung rokok lalu ia menyelipkannya di sela bibir lalu memantik koreknya untuk membakar tembakau itu.
"Huuftt.." Aeesha menyemburkan asap ke arah atas langit. "Perkenalkam aku Aeesha, kalau butuh apa-apa kontak gue ajah" ucap Aeesha sambil memberikan nomor ponselnya lewat bluetooth.
"Oke"
"Ini kontakku juga, udah ke kirim kan?" Tanya Lamia.
"Sudah" jawab Ruby.
"Gak perlu sungkan sama kami, kita akan jadi keluarga juga kok" ucap Lamia.
"Heem.. soalnya kan.. itu.. kak Jul mau nikah sama kaca mata kuda" ucap Aeesha.
"Hahaha" Ruby dan Lamia tertawa karna Aeesha menamai Ernest dengan kaca mata kuda.
'Cek radio, kalian ganti baju kalo bisa mandi temenin yang lain keliling rumah' ucap Julya pada radio.
"Tuh kan panjang umur orangnya" ucap Aeesha.
"Yaudah yuk kak, ganti baju" ucap Lamia sambil berdiri dari duduknya.
"Yuk"
"Kak Ruby masuk ajah dulu kedalem sama yang lain kita mau ganti baju dulu" ucap Lamia.
"Okeh"
Mereka pun masuk kedalam mansion lagi.
Setelah yang lain selesai mengganti baju mereka pun mengantar anak-anak Demonic MC untuk berkeliling mansion.
"Mulai dari mana?" Tanya Nort.
"Hmm.. dari ruang tamu ajah" jawab Ciel.
"Yaudah yuk" mereka pun mengikuti arah perginya North.
"Nah disini tuh ruang tamu ya basic lah, disini dapur bersih ada beberapa pelayan disini" ucap Nort.
"Lah bukannya ini dapur kotor?" Tanya Theo.
"Dapur bersih ini" sahut Ciel.
"Dapur bersih ini, TUA!" ejek Nort.
"Yauda iya maap" ucap Theo dengan nada mengejek.
"Lanjut di sebelah kanan nih ruang keluarga ada tv meja, INI WISKEY SIAPA ANJIR?" Teriak Nort melihat ada wiskey di meja.
"Hehe.. maaf" ucap Quico.
"Yaelah kodok"
"Terus terus apa lagi?" Tanya salah satu dari mereka penasaran.
"Di dalam sini meja bar biasanya pada bawa minum terus ke ruang keluarga contohnya kaya si Quico, terus.." mereka berjalan lagi ke belakang. "Disini kolam renang"
"Wiih boleh berenang gak?" Tanya salah satu dari mereka.
"Boleh ajah silahkan, gak ada yang ngelarang" jawab Theo.
"Yeay.. ayo ayo berenang gaes" ucapnya membuka baju di susul dengan temannya.
"Eh.. eh.. itu pada ngapain buka baju?" Tanya Julya heran.
"Berenang udah biarin ajah" jawab Nort.
"Kak kak ada apa lagi?" Tanya yang lain. Orang-orang yang berang pun kembali memakai bajunya di bantu oleh pelayan untuk mengambilkan handuk.
"Nah ayo sini, ke atas" ucap Nort menuju ke Lift.
Mereka menaiki Lift untuk ke lantai dua. Karna terlalu ramai mereka yang duluan di lantai 2 pun menunggu yang lain.
"Nah udah semuakan, ayo" ucap Nort. "Nah, disini master badroom gak pernah di buka oleh sembarang orang dan hari ini.. akan tetap begitu" ucap Nort menutup kembali pintu kamar membuat yang lain kecewa.
"Yaah.. kirain mah mau di buka" ucap salah satu dari mereka mengekpresikan kekecewaannya.
"Hehe.. yaudah yuk lanjut, ini toiletnya, terus yang ini kamarnya Quico" ucap Nort membuka pintu kamar.
"Waah.. kamarnya bisa muat kita semua" ucap yang lain.
"Nah kalo mau diambil barangnya atau sempaknya silahkan" ucap Nort.
"HEEEHH!" Teriak Quico tak terima.
"Gue ambil ya celana dalemnya lumayan buat ganti" ucap salah satu pria dari kelompok dominic.
"Jangan! Hoi.." pria itu pun lari sambil tertawa diikuti Quico.
"Hahaha.." tawa mereka pecah karna mendengar suara Quico yang bergetar dan cempreng sangat terbalik dengan wajahnya.
"Eeehh.. jangan malu-maluin balikin tuh tipi" ucap Ubi yang melihat salah satu temannya membawa tv.
"Udah gapapa bawa ajah bukan punya gue ini" ucap Nort.
"Oke" ucap pria yang membawa tv.
"Balikin, nick" ucap Ruby ia pun membalikan tv tersebut.
"Yaudah yuk lanjut" ucap Nort.
Mereka mengelilingi lantai 2 yang berisi kamar-kamar. Lalu sampai di pojok lantai 2.
"Nah ini nih ruangan yang ngebuat kalian ngabisin waktu disini seharian" ucap Lamia.
North membuka pintunya dan memperlihatkan ruangan yang berisi komputer gaming. Seisi ruangan tersebut berisi meja panjang yang diatasnya ada banyak monitor disertai fasilitas seperti kursi yang mepuk, toilet yang dekat, minuman, camilan (chiki), keyboard cadangan, stick game cadangan.
"Haa.. sejak kapan ada ruangan ini?" Tanya Julya.
"Ntar aku yang jelasin" ucap Theo yang sudah keringat dingin sedangkan pelaku lain hanya cekikikan melihat ekspresi Theo.
"Aku tunggu" ucap Julya.
"Mau lanjut?" Tanya Nort.
"Lanjut!"
"Let's gooo"
Mereka pun kembali ke bawah mereka pergi ke lapangan udara Nort di bantu menjelaskan oleh salah satu pilot helikopter dan pesawat terbang disana. Lanjut mereka pergi ke taman kaca yang dihiasi oleh bunga-bunga cantik dan air mancur buatan.
Sampai dimana mereka melihat Aviary yang sangat indah beberapa dari mereka sampai tak ingin pergi dan yang lainnya pun kembali berkeliling menggunakan golf car. Di sebelahnya ada lapangan tenis, lapangan basket, base ball, kuda, dan kembali ke halaman depan mereka turun di gedung yang satunya.
Mereka memasuki bangunan itu bersama yang sudah di kejutkan dengan patung naga berlapis emas dan baju zirah. Mereka masuk kedalam ruangan yang berisikan sofa dengan dinding yang berisikan banyak senjata api dan senjata tumpul, di ruangan selanjutnya mereka di perlihatkan dengan tempat biliard yang serbar berwarna merah dengan sofa mengisi kekosongan ruangan dan yang bikin merinding ada patung yang bak malaikat di tangah dinding.
Di ruangan berikutnya ada tempat karaoke, dan bioskop lalu ada kolam indor yang berisi darah membuat beberapa merasa mual dan takut.
"Tidak perlu takut, darahnya hanya beberapa persen saja sisanya hanyalah air" ucap Julya sambil tersenyum tanpa adanya rasa jijik.
"Untuk apa darah itu?" Tanya Ernest.
"Kau tak perlu tau" jawab Julya lalu pergi dari sana.
Nort, Ernest, dan Theo menatap kepergian Julya dengan tatapan heran.
To Be Contineu