Can I? [19]

Pagi hari tepat pukul 8.00 Julya baru saja sampai di bandara ia baru sampai di negara asalnya setelah misi dari ayahnya selesai dan kini ia sedang berjalan menuju depan bandara.

Julya menyalakan protofon nya. "Julya Feyna Gelina masuk radio" ucap Julya pada radio.

"Masuk!" Sahut yang lain di radio.

"Kaka dimana?" Tanya Mia.

"Di bandara dek.. ada yang bisa jemput gak?" Tanya Julya.

"Bisa-bisa otw ya.." jawab Mia.

"Oke" Julya pun menaruh protofonnya di saku jaketnya.

Musim panas ini membuat Julya mudah berkeringat karna itu ia memakai tanktop berwarna hitam tanpa lengan U-Neck membuat punggungnya yang penuh tato terlihat begitu saja terlebih karna rambut Julya yang di potong pendek se bahu.

Julya merokok sambil menunggu jemputannya. Tanpa risih karna dilihati orang-orang yang ada di sana ia dengan santainya duduk sambil merokok.

"Kak" panggil seseorang dari belakang Julya pun menoleh.

"Adeek" Julya memeluk Mia dengan erat.

"Hmm.. kaka lama banget liburannya ade kangen" ucap Mia manja.

"Maaf ya.. jangan sedih.. sebagai gantinya gimana kalau besok kita ke cartoonland?" Tanya Julya.

"Mau mau.. besok ya kak" jawab Mia, Julya mengangguk menanggapinya.

Helio melihat Julya hanya mengenakan tanktop, menyadari itu ia langsung membuka jakernya untuk menutupi tubuh kakanya.

"Kebiasaan pake tanktop doang" omelnya pada kakanya.

"Panas lioo.." sahut Julya kesal.

"Udah ayo, masuk mobil dulu kak.." ucap Mia.

Mereka berdua menaiki mobil Ferrari berwarna hitam itu meninggalkan Helio sendiri mengemasi bawaan Julya.

"Huft.." hanya tarikan napas pasrah yang bisa ia keluarkan dari mulutnya melihat kedua wanita itu dengan enaknya meninggalkan dia sendiri mengangkut barang.

Setelah Helio selesai menaruh barang di bagasi ia pun masuk kedalam ke kursi pengemudi dan langsung menjalankan mobilnya sedangkan kedua wanita di belakangnya tengah asik dengan obrolan mereka.

Sesampainya di mansion mewah milik Julya mereka disambut oleh para pelayan seperti biasa mereka berbaris dan menunduk sepanjang jalan menuju pintu masuk walau keberadaan mereka tetap tak dihargai namun mereka royal dengan nyonyanya.

"Selamat datang kembali nyonya muda" ucap kepala pelayan disana.

Julya melewatinya begitu saja tak peduli. Ia langsung masuk kedalam karna tak tahan dengan teriknya matahari.

"Kaka!!" Seru Aeesha yang langsung melemparkan tubunya pada Julya.

Bruuk!!

Julya terjatuh akibat Aeesha yang begitu semangat. "Aduuh"

"Kaka kaka kaka" panggil Aeesha tanpa adanya penyesalan.

"Iya iya" jawab Julya.

"Kenapa lama banget disananya?" Tanya Aeesha cemberut.

"Iya soalnya banyak cowo ganteng disana, maaf ya" jawab Julya dengan santai.

"Iiih.."

"Kamu minimal kalo meluk orang bersihin dulu gitu darah yang ada di baju kamu" omel Helio.

"Yee.. sirik ya" ejek Aeesha yang akhirnya menyingkir dari atas tubuh Julya.

"Tuuh.. udah gue bilangin mandi ngeyel banget nih anak!" Kesal Hector.

"Berisik lu" jawab Aeesha tengil.

"Aeesha" panggil Julya dengan senyuman yang ramah, tenang, dan manisnya namun tidak dengan auranya.

"Iya?" Sahutnya dengan polos sebelum mengetahui ekspresi Julya.

"Mandi ya" suruh Julya dengan ekspresi yang sama.

"I-iya ini mau mandi kok.. Hector ajah tadi ngehalangin aku buat mandi, katanya jangan-jangan gituu.." jawabnya dengan wajah melas.

"Kok gua?" Tanya Hector tak terima.

"Emang elu" jawab Aeesha.

"Aeesha" tegur Julya.

"Eh iya maap" jawab Aeesha dengan cepat dan langsung pergi dari sana.

Srakk.. srakk..

Julya merapihkan bajunya yang kotor akibat Aeesha.

"Wii.. rambut baru nii" ucap Mada yang menyadari perbedaan wajah Julya.

"Hmm.. iya, gimana bagus gak?" Tanya Julya.

"Bagus bagus tapi kependekan ajah mungkin kalo udah agak panjangan dikit bagus" jawab Mada.

"Tato baru kah itu di leher?" Tanya Nort yang juga menyadari perbedaan Julya.

"Iya cuma tato bulan sabit kecil doang" jawab Julya memperlihatkan tatonya.

"Kak.. adek juga mau bikin tato" ucap Mia iri.

"Gak ya!" Jawab Julya.

"Kenapa gak boleh? Adekkan umurnya udah 19 tahun" ucap tak terima Mia.

"Gak boleh pokoknya, dibilangin tuh" ucap North membuat Mia makin cemberut.

"Mia, kulit yang sehat itu kulit yang kenyal dan halus kulit kamu udah bagus gak usah di coret-coret pake tato mulus lebih bagus kok, apa lagi cara membuat tato kan dengan jarum dan tinta yang gak tau bahannya terbuat apa higienis atau enggak kita gak taukan kalo bahannya bisa jadi dari bahan yang gak bagus buat kulit sampe ngebuat kulit jadi rusak apa lagi kulit kamu sensitif, Lamia" Jelas Mada menasehati.

"Iya sih.. tapi kalian semua kan bertato"ucap Mia masih gak terima.

"Gak kok.. gak semua, aku, Quico, Jack, gak masang tato kok" jawab Mada.

"Ya tapikan..."

Selagi mereka berdepat Julya dan yang lain langsung pergi berpencar ada yang ke halaman belakang ada yang ke kamar ada yang ke toilet berbagai macam arah rumah mereka berpencar untuk menghindari keributan 2 orang itu yang membuat telinga mereka pecah.

Malam hari ini Julya memutuskan untuk pergi bersama Ernest yang kini sudah menunggu di depan gerbang dengan motornya.

Julya masih memakai pakaian tadi karna ia malas mencari baju lain ia hanya memakai celana panjang yang berbeda.

"Ernest" panggil Julya saat berada di depan gerbang.

"Hai.. kamu potong rambut?" Tanya Ernest terkejut dengan tampilan baru Julya.

"Hmm.. emm... gimana? Bagus gak" tanya Julya.

"Keliatan badas banget kamunya" jawab Ernest.

"Sengajaa.." ucap Julya.

"Udah yu.. pake helm nya" ucap Ernest memberi helm lebih yang ia bawa.

Julya memakainya dan langsung menaiki motornya. "Pegangan" ucap Ernest sebelum ia menjalankan motornya.

"Sudah"

Mereka pun melaju keluar dari perumahan itu pergi ke suatu tempat.

Dan sesampainya di sebuah gang sempit yang terlihat seperti gudang besar dan ada bangunan moderen di sampingnya dengan kolam renang di belakang trampolin dan juga pohon buah cherry.

"Ayo.. mereka sudah menunggu didalam" ucap Ernest yang menggandeng tangan Julya yang dingin. "Gak usah gugup, mereka baik kok"

Julya pun perlahan masuk kedalam gudang tersebut yang sudah berisikan banyak orang dengan vest berwarna merah. Julya dengan gugup memandangi mereka yang berwajah seram bak gangster biasanya.

"Semuanya.. perkenalkan wanita di sampingku ini.. yang akan menjadi pasanganku seumur hidup" ucap Ernest memperkenalkan Julya.

"YEAAYY!!" Seru mereka membuat Julya kaget.

"Akhirnya bang Ernest punya istri!" Seru salah satu dari mereka kegirangan.

"Udah.. udah.. cukup cukup cukup" ucap Ernest memberhentikan mereka. "Mungkin ada yang mau disampaikan, silahkan Julya" ucap Ernest mempersilahkan Julya.

"Mm.. sebelumnya terimakasih untuk ke excitedtan kalian.. dan terimakasih telah menirama ku.. salam kenal semuanya saya Julya Feyna Gelina calon istri dari Ernesto Eugino Dominico.. senang bisa bertemu kalian" ucap Julya.

"Senang bisa bertemu anda juga nyonya.. saya Axenus Altare yang bisa dipanggil Ubi semoga anda bisa menerima kami dan membimbing kami" ucap Ubi memperkenalkan diri.

"Salam kenal Axe, senang bertemu dengan mu" Ucap Julya.

"Halo, Nyonya saya Ruby El Dominico sepupu jauhnya kak Ernest jangan salah faham ya kak walau aku wanita satu-satunya" ucap wanita berambut merah itu.

"Nanti kau tidak akan jadi satu-satunya lagi kok.. akan ada banyak teman wanita untuk mu" ucap Julya.

"Sungguh? Aku sudah lama menantikan itu, kaka tau aku disini besama dengan para bajingan ini membuatku kurang merawat diri bahkan aku tak tau caranya ber dandan" eluhannya membuat Julya sedikit tertawa.

"Lain waktu aku akan mengundang kalian untuk pergi ke rumahku" ucap Julya.

"Terimakasih kak.. eh.. nyonya" ralatnya.

"Panggil aku.. senyaman mu" ucap Julya.

"Oke aku panggil kak boleh?" Tanya Ruby.

"Boleh" jawab Julya dengan senyuman.

"Udah yuk.. sekarang keliling basecamp" ucap Ernest.

Mereka kini berkeliling di bangunan besar yang merupakan gudang dan tempat mereka berkumpul yang lumaya luas. Di pojok kiri diisi dengan televisi dan sofa yang sedikit berantakan dengan bekas botol minuman di atas mejanya. Di sebelah pojok kanan ada toilet dan beberapa keperluan mereka merakit senjata dan rak-rak besar yang diisi keperluan pembuatan dan juga diisi dengan velg, knalpot, dan bemper mobil.

Di balik rak-rak besar itu ada tangga menuju bawah yang merupakan tempat mereka untuk hecker dan ada juga ruangan introgasi dan ruangan penyiksaan.

"Waah.. kerasa ya vibe gangsternya" ucap Julya sambil melihat sekeliling.

"Iya dong kita kan bukan gangster abal-abal" ucap yang lain.

"Yang asli mah ada logo oni nya, hahaha.." sahut temannya.

"Haha.." Julya tersenyum melihat tingkah mereka dan lanjut melihat sekeliling.

Posisi ruang bawah tanah saat kalian masuk kedalam kalian disuguhi dengan sofa-sofa panjang yang terbuat dari kulit di temani meja dan tv. Di sebelah kanan ada ruangan kecil yang sedikit berliku yang menyimpan banyak monitor disana. Kembali ke ruangan sofa-sofa panjang tadi ketika kalian memasuki ruangan bawah tanah itu selain disuguhi sofa-sofa panjang kalian disuguhi dengan pemandangan panggung kecil lengkap dengan alat-alat musik disana dan disebelahnya ada bar kecil dan pintu rahasia yang berisi ruang penyiksaan dan ruangan introgasi.

Kini Julya dan Ernest duduk berdepan-depanan di ruangan introgasi dengan tangan Ernest yang di borgol.

"Oke.. kau siap dengan pertanyaan ku?" Tanya Julya.

"Siap"

"Bagaimana pemahaman mu mengenai peran, hak dan, kewajiban suami istri?" Tanya Julya.

"Kalau menurutku kewajiban suami kepada istri itu memberinya nafkah , lahir dan batin, mendidik istri dan menjaga kehormatan istri dan keluarga" jawab Ernest.

"Aku akan melindungi keluargaku dengan seluruh kekuatanku dan nyawaku karna aku sudah menjadi seorang suami yang mempunyai tanggung jawab sebagai wali atau kepala keluarga" lanjutnya.

"Lalu kalau peran dan hak?" Tanya Julya.

"Peran itu seperti keseimbangan sifat seperti misalnya kau yang berperan untuk mendidik anak dengan cara yang lembut dan sedangkan aku dengan cara yang sebaliknya seperti membentak atau bahkan memukul mereka agar mereka mengerti kalau dunia lebih kejam dari padaku" jawab Ernest.

"Kalau semisalnya tentang hak ya.. hak mu adalah sebagai ibu yang mendidik anak-anak kita nanti walau kau tidak bisa memasak atau apapun itu aku akan tetap menerima mu hak mu tetapmu yaitu mengendalikan keuangan rumah tangga yang tak seimbang, karna apa? Karna seorang pria tidak bisa mengendalikan itu" jelasnya lagi.

"Hm.. kalau begitu.. sepemikiranku kewajiban seorang suami adalah menafkahi keluarganya tanpa adanya rasa iri atau ketidak seimbangan. Artinya menafkahi bukan hanya tentang uang namun juga batin dan pikiran.."

"Seorang wanita menikahi pria bukan hanya karna dia banyak uangnya saja wanita juga menikah untuk menemani batinnya yang kesepian kalau hanya untuk uang wanita pun juga bisa berkerja karna itu wanita menikah untuk menemaninya dan membantunya dalam berbagai masalah" lanjut Julya.

"Oke.. mudah di pahami"

"Pertanyaan berikutnya.. apa arti keluarga bagimu?" Tanya Julya.

"Keluarga adalah orang yang harus ku lindungi dan kujaga selayaknya diri sendiri" jawab Ernest.

"Apa yang akan kau lakukan ketika anakmu menangis seharian sedangkan kau baru pulang kerja dan melihat rumah berantakan?" Tanya Julya.

"Aku akan mengambil alih anak kita dan menyuruhmu untuk tidur dan berusaha membuatkannya susu agar ia tenang dan tertidur, namun akan kupastikan itu tidak akan pernah terjadi karna aku akan membuat anak-anak yang mengurus anak kita" jawab Ernest.

"Haha.. kau akan menyusahkan mereka kalau seperti itu" ucap Julya sedikit tertawa mendengar jawaban Ernest.

"Tak masalah, mereka akan belajar yang namanya kesabaran dan akan menjadi sosok ayah yang hebat" ucap Ernest.

"Hmm.. pelajaran yang menarik" ucap Julya sambil membuka borgol dari tangan Ernest.

Mereka keluar dari gudang karna mereka ingin melanjutkan berkeliling. Di rumah yang terlihat moderen.

Diawali dengan sofa kulit berwarna coklat dengan lantai kayu dan juga tv di lantai atas ada ruangan band lagi dan di atasnya lagi ada rooftop yang bisa melihat pemandangan taman buatan kecil di samping rumah itu dan pohon cherry di sebelahnya. Di bawah pohon cherry itu ada trampolin dan juga ayunan yang terbuat dari tali rapia dan kayu.

"Pemandangannya bagus" ucap Julya.

"Hm.. walau hanya gudang besar dan rumah 2 lantai yang kecil begini namun di halamannya yang sedikit luas.. anak-anak sedang ada di sana kau mau ikut?" Tanya Ernest ia menunjuk bangunan yang terlihat dari atas hanya sebuah seng berwarna hitam di tepi kolam.

"Sedang apa mereka?" Tanya Julya.

"Mereka sedang minum-minum" jawab Ernest.

"Tak perlu... aku ingin merokok di sini" ucap Julya mengeluarkan rokoknya.

Julya mengambil sepuntung roko dari kantongnya dan mengampit rokok itu di antara bibir ia pun mulai mengambil koreknya namun rokok itu diambil oleh Ernest dan dibuang olehnya.

"Jangan merokok" ucap Ernest.

"Kenapa?" Tanya Julya.

"Rasa bibirmu akan samar dengan rokok" jawab Ernest membuat Julya tersipu malu.

To Be Contineu