malam yang panjang

Suara gemerisik ranting patah terdengar dari balik rimbunan semak-semak. Hutan yang tadi hanya menjadi latar gelap sunyi, kini berubah menjadi medan ancaman yang menegangkan. Api unggun yang tadinya menghangatkan suasana, kini hanya menjadi cahaya remang yang memperlihatkan bayangan-bayangan aneh yang bergoyang tertiup angin.

Ethan berdiri paling depan, matanya menyapu ke sekeliling, mencoba menangkap pergerakan sekecil apapun. Ia bisa merasakan hawa dingin yang tiba-tiba menyeruak, seolah ada yang menghisap panas dari udara di sekitar.

“Rizki, berdiri di sisi kanan api unggun. Lindungi kereta!” perintah Ethan tegas.

Rizki mengangguk dan segera berdiri dengan tombak siap di tangan, postur tubuhnya menunjukkan bahwa ia juga merasakan ada yang tidak beres.

Pak Egi dengan cekatan membantu Aris dan Anna naik kembali ke dalam gerbong. Anna sempat berusaha menolak, “Tapi aku ingin bantu—”

“Anna, tolong! Ini bukan saatnya keras kepala,” potong Aris dengan nada lembut tapi tegas. Matanya masih menatap ke arah hutan dengan rasa takut yang kentara. Anna akhirnya menurut, menggenggam erat tangan Aris saat mereka berdua masuk ke dalam gerbong dan menutup pintunya rapat-rapat.

Ethan mengaktifkan sistem dalam kepalanya.

[Sistem: Mode Pertarungan Aktif]

[Status Misi: 0/10 hantu dikalahkan]

“Bisa kubayangkan apa yang akan keluar dari sana...” gumam Ethan, lalu mengambil sepotong kayu dari api unggun yang menyala. Ujungnya terbakar merah, menjadi senjata darurat.

Tak lama, dari balik pepohonan, makhluk pertama muncul. Tubuhnya menyerupai manusia, tapi kulitnya seperti jelaga, hitam terbakar dengan mata merah menyala. Mulutnya menganga lebar, mengeluarkan suara erangan rendah yang membuat bulu kuduk meremang.

“Hantu jenis Asap Pekat,” kata sistem dalam kepalanya. “Lemah terhadap cahaya dan api.”

Ethan melompat cepat mendekatinya, mengayunkan kayu berapi ke arah makhluk itu. Makhluk tersebut menghindar, tapi Ethan sudah memperkirakan gerakannya. Ia berputar, lalu menghantam tepat ke dada si makhluk.

Ciiiizzzz!

Asap putih mengepul dari luka bakar yang tercipta. Hantu itu menjerit, suaranya nyaring dan membuat langit malam terasa lebih pekat.

Satu hantaman lagi, dan makhluk itu hancur menjadi abu.

[Sistem: 1/10 hantu dikalahkan]

Rizki yang melihat itu langsung berteriak, “Kau bisa membunuh mereka?!”

“Ya! Tapi mereka bisa membunuh kita juga! Jangan lengah!” teriak Ethan sambil menoleh.

Dari balik bayang pepohonan, empat makhluk serupa melompat keluar, bergerak cepat mengelilingi api unggun. Salah satu di antaranya menyerang langsung ke arah Rizki.

Dengan tangkas, Rizki menangkis serangan itu dengan tombaknya. Terdengar suara logam beradu dengan sesuatu yang tak kasat mata. Rizki berteriak sambil menusukkan tombaknya ke perut makhluk itu. Sayangnya, tombak itu hanya membuatnya mundur beberapa langkah.

“Pak Egi, lemparkan obor itu ke arah kanan!” teriak Ethan.

Pak Egi segera mengambil salah satu kayu terbakar dan melemparkannya ke arah makhluk yang mencoba menyelinap dari sisi kanan. Kayu itu mendarat tepat di kaki hantu tersebut. Makhluk itu menjerit dan mundur.

Ethan mengambil kesempatan itu. Ia melompat dengan cepat, menghantam kepala makhluk itu dengan kayu api. Kepalanya meledak dalam percikan abu.

[Sistem: 2/10 hantu dikalahkan]

Satu makhluk menyerang dari belakang. Ethan tidak melihatnya, tapi Rizki berteriak, “Di belakangmu!”

Ethan membungkuk insting, dan makhluk itu melayang di atasnya. Rizki menusuk dari arah berlawanan, menghantam punggung makhluk itu dan mendorongnya ke api unggun.

Jeritan mengerikan terdengar lagi. Hantu itu terbakar hidup-hidup, tubuhnya mencair menjadi kabut hitam yang hilang tertiup angin.

[Sistem: 3/10 hantu dikalahkan]

Suasana menjadi semakin mencekam. Tiba-tiba, angin dingin bertiup kencang. Api unggun berkibar tak menentu, hampir padam.

“Jangan biarkan apinya mati!” teriak Ethan.

Pak Egi dengan sigap melemparkan beberapa kayu kering ke dalam api. Nyala api meningkat sedikit, cukup untuk mengembalikan cahaya dan mengusir ketakutan.

Tiga makhluk muncul serentak dari sisi timur. Mereka menyerang bersamaan, berputar mengelilingi Ethan dan Rizki.

“Kita harus pecah posisi!” seru Rizki.

“Tidak! Kita bertarung bersama. Punggung ke punggung!” jawab Ethan cepat.

Mereka berdiri saling membelakangi, menghadapi masing-masing lawan. Ethan mengayunkan kayu apinya ke kanan dan kiri. Salah satu makhluk berhasil ditumbangkan, tapi yang lain menggigit lengannya.

“AARGH!” teriak Ethan, lalu menghantam kepala makhluk itu sampai lepas.

Rizki menusuk dua makhluk berturut-turut, lalu memotong lengan satunya. Dengan bantuan api dari kayu terbakar, ia mengusir satu hantu yang tersisa.

[Sistem: 6/10 hantu dikalahkan]

Ethan tersungkur ke tanah. Lengan kirinya berdarah, matanya mulai buram. Tapi ia masih bisa melihat dua makhluk lain mendekat dari sisi utara. Gerakannya lambat, seolah mereka sedang menakut-nakuti.

“Anna... Aris... mereka harus tetap aman,” gumam Ethan.

Tiba-tiba pintu gerbong terbuka. Anna keluar sambil membawa lampu minyak.

“Anna! Kembali ke dalam!” teriak Ethan.

“Aku tahu ini berbahaya, tapi... aku tak bisa diam!” jawab Anna sambil melempar lampu minyak ke tanah, tepat di depan makhluk yang mendekat.

BRAKK!

Minyak menyebar, api menyala hebat. Makhluk itu terbakar, menjerit dan lenyap.

[Sistem: 7/10 hantu dikalahkan]

Aris muncul di belakang Anna, membawa sebuah botol kecil berisi cairan berwarna keperakan. “Ini air suci! Kami bawa dari kuil desa!” teriaknya.

“Lempar ke mereka!” seru Ethan.

Aris membuka botol itu dan menyiramkan isinya ke tanah tempat dua makhluk lain mendekat. Begitu air itu menyentuh tanah, cahaya keperakan memancar. Kedua makhluk menjerit dan langsung musnah.

[Sistem: 9/10 hantu dikalahkan]

Suasana menjadi tenang sejenak. Semua menghela napas, berpikir bahwa semuanya telah selesai.

Namun, dari dalam kegelapan, satu makhluk terakhir muncul. Bentuknya lebih besar, lebih menyeramkan. Tubuhnya dipenuhi luka terbakar, matanya menyala merah darah.

“Hantu komandan,” kata sistem.

Ethan berdiri goyah. “Ini yang terakhir.”

Ia berlari dengan seluruh kekuatan yang tersisa. Hantu itu menerkam, tapi Ethan berguling ke bawahnya, lalu menusuk perut makhluk itu dengan kayu menyala, menahannya cukup lama hingga api menjalar ke seluruh tubuh hantu tersebut.

Makhluk itu menjerit, tubuhnya menggeliat seperti ular terbakar. Lalu—BOOM!—makhluk itu meledak menjadi serpihan abu.

[Sistem: 10/10 hantu dikalahkan. Misi selesai.]

Ethan jatuh terduduk, napasnya terengah. Rizki menghampirinya dan menepuk bahunya. “Kau luar biasa, bro.”

Anna dan Aris keluar dari gerbong. Aris menatap Ethan dengan mata berbinar. “Terima kasih, Ethan.”

Ethan menatap langit, lalu tertawa pelan. “Aku rasa... ini baru awal dari semuanya.”