Amanda tidak menyadari keberadaan Violet pada awalnya, ekspresinya linglung, jelas masih menikmati kebahagiaan pascakejadian di kantor tersebut. Violet berdoa dalam hati agar tetap demikian, berharap tetap tak terlihat hingga Amanda pergi.
Namun nasib tidak berpihak padanya. Seorang gadis seukuran dia tidak tepat terbilang samar, dan mata Amanda langsung tertuju padanya, sorot matanya langsung menyempit.
Dan inilah saatnya. Violet bersiap dalam hati, pikirannya mempersiapkan diri untuk konfrontasi yang tak terelakkan. Amanda menyeberangi ruang antara mereka hanya dalam dua langkah.
Saat jarak menutup, Violet sudah siap untuk tamparan, atau dua kali. Dia pantas mendapatkannya, toh dia telah mencium pacar Amanda, dan andai tidak karena campur tangan Alaric, bisa jadi kejadian itu lebih jauh.