Langit malam penuh dengan bintang, tetapi di bawah sinarnya, ada bayangan yang bergerak tanpa suara. Ray berdiri di sudut gang yang gelap, matanya memperhatikan setiap gerakan di sekitarnya. Setelah mendapatkan koordinat dari Sofia, ia tahu bahwa langkah berikutnya akan membawa risiko yang jauh lebih besar.
Di depannya, sebuah gedung megah berdiri kokoh, dikenal sebagai "Vortex," tempat eksklusif yang hanya bisa dimasuki oleh kalangan tertentu. Dari luar, gedung itu terlihat seperti pusat hiburan biasa, tetapi Ray tahu di dalamnya ada operasi tersembunyi yang mengontrol jaringan TOTO8000.
Pertemuan Tak Terduga
Ray telah menyusun rencana matang untuk menyusup ke dalam. Namun, sebelum ia sempat bergerak, sebuah suara akrab menghentikannya.
"Kau tidak seharusnya di sini, Ray."
Ray berbalik dan melihat Eliza, berdiri di tengah bayangan dengan senjata terhunus. Wajahnya tidak menunjukkan emosi, tetapi matanya memancarkan konflik yang sulit disembunyikan.
"Aku tahu kau akan muncul," kata Ray sambil mencoba tetap tenang. "Kau selalu ada di setiap langkahku."
Eliza mendekat. "Kau tidak mengerti apa yang sedang kau hadapi. Leonard tahu setiap langkahmu. Jika kau melanjutkan ini, kau akan mati."
Ray tertawa kecil, meskipun situasinya jauh dari lucu. "Jika dia tahu setiap langkahku, kenapa aku masih hidup? Kau tahu ini salah, Eliza. Kau bisa membantuku mengungkap semua ini."
Namun, Eliza menggeleng. "Tidak sesederhana itu. Ada hal-hal yang tidak kau pahami, Ray. Dan aku tidak bisa membiarkanmu menghancurkannya."
Bayangan Pengkhianatan
Percakapan mereka terganggu oleh suara langkah kaki dari kejauhan. Dari bayangan muncul Leonard sendiri, mengenakan setelan mahal dan senyuman dingin yang membuat bulu kuduk Ray meremang.
"Ray, kau selalu tahu cara membuat sesuatu menjadi menarik," kata Leonard sambil berjalan mendekat. "Tapi kau terlalu percaya diri. Dan itu akan menjadi kehancuranmu."
Ray mengepalkan tangannya. "Apa yang kau cari, Leonard? Mengapa kau melakukan semua ini?"
Leonard tertawa pelan. "Kau masih berpikir ini tentang uang atau kekuasaan? Ini lebih besar dari itu, Ray. Dunia ini adalah permainan, dan aku hanya memastikan bahwa aku yang memegang kendali."
Eliza berdiri di samping Leonard, dan Ray merasa dadanya sesak. Orang yang pernah ia percayai kini berdiri di sisi musuhnya.
"Eliza, kau tidak harus melakukan ini," kata Ray, mencoba menyentuh sisi kemanusiaannya.
Namun, Eliza mengangkat senjatanya, mengarahkan tepat ke dada Ray. "Aku tidak punya pilihan."
Pertarungan dalam Kegelapan
Sebelum Eliza sempat menarik pelatuk, Ray bergerak cepat. Ia menjatuhkan dirinya ke tanah tepat saat tembakan terdengar, pelurunya menghantam dinding di belakangnya. Ray berguling dan menggunakan kotak kayu di dekatnya sebagai perlindungan.
Ruangan itu berubah menjadi medan pertempuran. Penjaga Leonard muncul dari bayangan, mencoba menangkap Ray, tetapi ia berhasil melawan dengan kecepatan dan kecerdikannya. Meski begitu, jumlah mereka terlalu banyak, dan Ray mulai kehabisan energi.
Di tengah kekacauan, Eliza tampak ragu. Tangannya gemetar saat memegang senjata, dan matanya terus memandangi Ray. Seolah ada konflik batin yang terus mengganggunya.
"Eliza!" teriak Ray di tengah suara tembakan. "Jika kau benar-benar ingin menghentikanku, lakukan sekarang. Tapi jika tidak, aku butuh bantuanmu!"
Eliza tidak menjawab. Tapi di saat berikutnya, ia berbalik dan menembak salah satu penjaga yang hendak menyerang Ray dari belakang. Ray terkejut, tetapi ia tidak punya waktu untuk memikirkan alasannya.
"Ayo pergi!" teriak Eliza, memberikan isyarat kepada Ray untuk melarikan diri.
Pengejaran yang Mematikan
Ray dan Eliza berlari melalui lorong-lorong gelap gedung itu, dikejar oleh anak buah Leonard. Eliza memimpin jalan, menggunakan pengetahuannya tentang tempat itu untuk mencari jalur keluar.
"Kenapa kau membantuku?" tanya Ray saat mereka berhenti untuk mengambil napas di balik sebuah pilar.
Eliza menggeleng. "Aku tidak tahu. Mungkin karena aku muak dengan semua ini. Mungkin karena kau benar."
Sebelum Ray sempat menjawab, suara langkah kaki mendekat. Mereka tidak punya waktu lagi. Dengan sisa energi mereka, keduanya berlari menuju pintu keluar darurat, berhasil melarikan diri ke dalam kegelapan malam.
Awal dari Pengkhianatan
Di tempat lain, Leonard berdiri di tengah ruangan yang hancur, ekspresi wajahnya tetap tenang meskipun anak buahnya gagal menangkap Ray. Ia menatap layar besar di depannya, yang menampilkan lokasi Ray secara real-time.
"Biarkan dia berpikir bahwa dia menang," kata Leonard pada salah satu anak buahnya. "Tapi pastikan dia tahu bahwa setiap langkahnya ada dalam kendaliku."
Sementara itu, Ray dan Eliza duduk di sebuah tempat persembunyian sementara. Untuk pertama kalinya, Ray melihat sisi rapuh Eliza, dan ia tahu bahwa meskipun Eliza telah memilih untuk membantunya, jalan ke depan akan penuh dengan pengkhianatan dan bahaya.
"Ini belum selesai," kata Ray, menatap Eliza dengan serius. "Leonard tidak akan berhenti sampai dia menghancurkan kita."
Eliza mengangguk pelan. "Kalau begitu, kita harus memastikan dia tidak punya kesempatan."