Tidak Pernah Menyesal

Saat pesawat kertas memasuki Lubang Mayat, gugusan api kecil di moncongnya meledak. Tidak hanya membakar pesawat itu sendiri, tetapi juga menimbulkan dinding api setinggi lebih dari dua meter.

Api membakar pintu besi itu dan dalam sekejap, mengubah udara di area yang luas menjadi lautan api, merusak pintu besi itu dan mengubahnya menjadi merah.

Metana adalah gas yang mudah terbakar. Percikan api kecil saja sudah cukup untuk menyalakannya. Belum lagi fakta bahwa Lubang Mayat pada dasarnya adalah tangki penghasil metana yang sangat besar. Terlalu banyak mayat yang dibuang ke dalamnya, dan lingkungan anaerobik penuh dengan gas yang mudah terbakar dan meledak. Yang dibutuhkan hanyalah percikan kecil untuk menghasilkan kejutan yang tak terbayangkan.

Seperti… ledakan.

Ketika Zong Jiu berteriak "turun", semua orang secara naluriah mengikuti instruksinya.

Arus udara yang membakar membumbung tinggi ke langit, seolah-olah terbungkus dalam kebencian orang-orang yang telah pergi dari sekolah ini. Arus itu meratap dan melolong, menghanguskan rambut para trainee yang tergeletak di tanah.

Begitu terbakar, api tak terbendung dan menyebar ke inti Lubang Mayat dalam hitungan detik.

Hampir dalam sekejap, permukaan segi empat itu pecah. Akibat ledakan itu, pasangan bata beton itu terangkat ke udara, menghancurkan hamparan bunga di luar pinggirannya dan membuat pasir dan tanah beterbangan.

Bersiap menghadapi ledakan, para trainee berlindung di tangga blok pengajaran atau sudut-sudut lapangan yang tidak menutupi Lubang Mayat. Hanya beberapa jiwa yang kurang beruntung yang terkena pasir dan tanah yang beterbangan, berguling-guling di tanah sambil kesakitan.

Para asisten pengajar tidak seberuntung itu.

Para asisten pengajar di balik gerbang besi adalah yang pertama terkena dampak dan yang pertama dikremasi oleh lautan api. Mereka yang berada di halaman yang tidak sempat menghindar juga terlempar ke tanah, daging wajah mereka yang tak berwajah saling menempel saat bibir mereka retak dalam retakan kecil, mendesis karena ketakutan yang hina.

Api yang sangat besar menyembur keluar dari retakan di tengah-tengah bangunan empat persegi panjang yang hancur dan membumbung tinggi hingga beberapa meter.

Ruang penyimpanan kertas ujian yang letaknya hanya bersebelahan dengan Lubang Mayat langsung diratakan menjadi puing-puing.

Jutaan kertas ditumpuk hingga ke langit-langit, dicetak terlebih dahulu, sumber penderitaan di seluruh sekolah... semuanya terbakar. Semuanya bersatu menjadi akselerator sempurna bagi api yang tampaknya menyapu langit dan bumi dalam deru amarah.

Sangat tidak nyaman bagi para trainee yang berada di luar pintu besi karena berada dalam jarak yang begitu dekat dengan ledakan tersebut.

Untungnya, SMA Pertama membangun area bawah tanahnya berdasarkan standar desain tempat perlindungan serangan udara. Oleh karena itu, meskipun ledakan terjadi di terowongan bawah tanah, arah ledakannya horizontal, dan meskipun arah vertikal dilalap api, ia tetap bertahan dengan kuat dari gelombang ledakan pertama karena daya dukungnya yang tinggi. Dengan demikian, para siswa yang berada di depan gerbang besi dapat melarikan diri dengan penyangga dari tangga.

Ini mungkin di luar mimpi terliar staf di SMA Pertama. Mereka telah menempatkan ruang penyimpanan kertas ujian dan Lubang Mayat di satu tempat, dengan sengaja membuat struktur penahan beban yang kuat sehingga asisten pengajar dapat berkonsentrasi menjaganya di fasilitas yang aman. Pada akhirnya, area ini berubah menjadi tempat pemakaman mereka. Yang lebih ironis lagi adalah kenyataan bahwa para trainee ini hanya menerapkan pengetahuan yang mereka pelajari selama pelajaran kimia di sekolah menengah.

"Pergi!"

Setelah ledakan pertama berlalu, Zong Jiu menarik para trainee di sekelilingnya, menarik mereka bersamanya saat mereka terhuyung-huyung menjauh.

Mereka adalah orang-orang yang paling dekat dengan pusat ledakan. Mereka tidak hanya menderita luka bakar ringan di kulit, tetapi telinga mereka juga berdarah karena suara yang kuat dan tidak dapat mendengar apa pun untuk sementara waktu. Dengan bahasa tubuh sebagai satu-satunya pilihannya, Zong Jiu hanya bisa menarik mereka keluar satu per satu sebelum melanjutkan.

Ini baru gelombang pertama. Bergantung pada batas keamanan Lubang Mayat, bahkan ada kemungkinan blok pengajaran juga akan runtuh. Tetap di sini hanya akan mengarah ke pintu kematian.

Mengapa mereka baru bisa bertindak sekarang adalah karena instansi itu baru akan berakhir pada siang hari ini.

Ini juga alasan mengapa Zong Jiu berkata bahwa dia memikirkan sebuah ide sebelumnya, tetapi ide itu baru dapat dilaksanakan selama ujian akhir. Jika mereka meledakkan sekolah selama ujian tengah semester, mereka tidak akan dapat menyelesaikan tugas utama, tetapi malah mengangkat batu dan menghancurkannya dengan kaki mereka sendiri.

Rangkaian operasi tadi berjalan cepat dan terlaksana dengan baik. Berdasarkan jadwal, mereka masih harus tinggal di sini selama empat jam. Selama itu, mereka tidak hanya harus memenuhi kriteria sistem untuk menghancurkan instansi itu, tetapi bahkan harus bertahan hidup sampai akhir untuk memenuhi kedua tugas itu.

Situasi suram yang dihadapi para trainee membuat obrolan singkat itu menjadi tegang.

[Mereka masih harus tinggal di sini selama empat jam. Apa yang bisa mereka lakukan terhadap begitu banyak asisten pengajar?]

[Mereka harus terus menyalakan api selama ini. Meledakkan Lubang Mayat saja mungkin tidak cukup bagi sistem untuk menyatakan bahwa instansi itu hancur, atau tidak akan terlalu sulit bagi orang lain selain orang itu untuk melakukannya. Secara pribadi, aku merasa instansi ini tidak terlalu buruk, maksudku setidaknya mereka telah diberi jalan keluar.]

[Masalahnya sekarang adalah banyak trainee di pihak ini yang cedera. Harus bertahan selama empat jam lagi akan sulit.]

[Percaya pada mereka. Selain itu, aku merasa yakin ketika aku berpikir tentang bagaimana No. 1 juga dalam hal ini.]

[Bangun dari idemu. Sejak kapan No. 1 pernah membantu trainee lainnya? Aku yakin kau tidak ada di sini pada awal kejadian.]

Di sisi positifnya, bukan berarti para trainee tidak siap untuk hal ini.

Tak lama kemudian, para kontestan dalam siaran langsung menemukan persiapan yang telah dilakukan para trainee dalam setengah bulan terakhir.

"Kelas 9! Siap, serang!"

Tak ada satu kelas pun yang kosong, terutama Kelas 9 yang memanfaatkan waktu ini untuk mengumpulkan cukup banyak buku dan kertas ujian.

Pagi ini, mereka menumpuk semua buku dan kertas ujian di pintu masuk.

Kini, seluruh Kelas 9 bergegas maju sambil membawa buku-buku mereka, seakan-akan melupakan bekas luka berdarah di punggung mereka dan rasa sakit yang membakar yang menyertai setiap langkah. Senyum gembira terpancar di wajah mereka saat mereka membalas dendam. Mereka membawa api dari retakan di lapangan, dengan cepat berlari ke blok pengajaran dan menyebarkan api yang berharga itu ke seluruh kelas.

"Hahahahaha!"

Tawa diselingi ledakan-ledakan, penuh dengan kegembiraan purba.

Obrolan singkat itu bersorak bersama mereka, mengirim spam [Terasa sangat menyenangkan!], [Bakar! Persetan dengan instansi ini!], [Apakah kalian jomblo? Cara kalian membakar orang-orang pantas untuk masuk ke Inkuisisi FFF*, / lucu .jpg]

*Inkuisisi FFF adalah kelompok seperti sekte dari anime Baka to Test to Shoukanjuu, yang menghukum siapa saja yang menerima perhatian dan/atau kasih sayang dari gadis-gadis, seperti dengan dibakar di tiang pancang.

Ruang kelas di balik setiap jendela kaca dibakar, bersinar cemerlang.

Api berkobar dan menyapu lorong-lorong menjadi lautan api.

Di sisi lain, orang-orang melemparkan bahan pembakar ke jendela asrama.

Mereka memastikan untuk tidak menutup jendela saat meninggalkan asrama. Begitu buku-buku yang terbakar dilemparkan ke dalam, selimut katun, perlengkapan tidur, dan sarung bantal semuanya terbakar, dan asrama itu pun terbakar dalam sekejap.

Para trainee berlarian riang di sekitar kampus, seperti pembawa obor Olimpiade. Untuk sesaat, mereka tampak menyamar sebagai Prometheus yang mencuri api suci dari Kereta Perang Apollo, melompat-lompat dengan api harapan yang menyala tinggi dan menyebarkan api pembakar di belakangnya.

Saat mereka menyebarkan api, ledakan kedua terjadi.

Ledakan beruntun itu menggetarkan kepala mereka. Bau menyengat dari Lubang Mayat menyebar ke luar, menyebar ke area sempit dan membuat orang-orang sakit.

Sementara api berpindah-pindah, para ketua kelas secara metodis mengoordinasikan para trainee.

Waktu terbaik untuk memaksimalkan keuntungan mereka adalah sekarang, sebelum para asisten pengajar pulih dari kebingungan mereka dalam krisis ini.

Bukan hanya para trainee Kelas 9. Setiap trainee meluapkan kemarahan yang terpendam selama seratus dua puluh hari di sini.

Lubang Mayat baru saja meledakkan direktur pengajar; kepala sekolah yang jarang muncul belum muncul. Mereka tidak begitu naif untuk berpikir ini akan mampu menghancurkan semua pertahanan SMA Pertama. Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.

(maaf lagi, sebenarnya ternyata yang sebelumnya itu direktur pengajar or smth, yang sering muncul, bukan kepala sekolah... akan aku edit kalau sempat t___t)

Sang Penyihir Kegelapan berdiri dengan tangan disilangkan, bagaikan seorang pria yang berdiri di atas dan melampaui semua ini.

Matanya yang hijau gelap meluncur ke arah No. 2, ke arah tali boneka yang tidak jelas di atas kepalanya, dan melihat ke belakangnya.

Tanpa Zong Jiu sadari, dia telah membangkitkan ingatan Van Zhuo. Terlebih lagi, instansi ini adalah surga bagi No. 1 untuk bermain, dan Iblis, yang memanfaatkan gelombang kesempatan, telah meletakkan hadiah besar di tangannya.

Jika dihitung-hitung, sekitar setengah dari peringkat S kini telah jatuh ke tangan Iblis. Bahkan pemimpin Klan Malam yang berjaga-jaga tidak dapat melarikan diri. Namun, menanamkan satu tali boneka hanya memungkinkan akses ke ingatan, bahkan tidak sebagian kendali. Dengan kewaspadaan Van Zhuo, akan sulit baginya untuk menambah jumlah tali boneka tanpa waktu tambahan.

Namun, itu adalah perkembangan alami setelah pemasangan senar pertama. Selama No. 2 tidak menyadarinya sendiri, hanya masalah waktu baginya untuk bisa memegang kendali sepenuhnya.

Teriakan kaget seorang trainee terdengar. "Lari! Fondasi gedung ini hampir runtuh!"

Meskipun sudah selangkah lebih dekat ke tujuan akhir kesepakatannya dengan sistem, Iblis tampak sedikit tidak tertarik.

Dia bersandar ke dalam bayangan, melihat seluruh SMA Pertama diselimuti api. Dia melihat sayap kiri blok pengajaran tiba-tiba runtuh, dan melihat pemuda berambut putih itu melompat dengan lincah. Meskipun jelaga tebal dioleskan di wajah yang lain, matanya masih bersinar seterang sebelumnya. Dia berkelok-kelok di antara asap dan puing-puing, menyalakan kartu-kartu di antara jari-jarinya dan menjentikkannya ke tempat yang berbeda.

Dengan meluasnya kebakaran dan ledakan, SMA Pertama hancur tak dapat dikenali lagi.

Bangunan-bangunan runtuh, dan halaman itu meledak. Tidak ada tanda-tanda bangunan aslinya, apalagi kehancurannya sejauh mata memandang. Jika Iblis berkomentar, meskipun instansi itu hancur, prosesnya sama sekali tidak indah dan tidak menarik bagi selera estetikanya.

Kelompok trainee ini cukup beruntung karena telah menemukan pintu alternatif untuk bertahan hidup dalam situasi yang tampaknya menyedihkan ini.

No. 1 tanpa sadar menyandarkan kepalanya pada satu tangan, ekspresinya malas.

Ada banyak cara untuk menghancurkan suatu instansi, tetapi masing-masing sangat sulit.

Dibandingkan dengan metode yang paling disukai Iblis, penghancuran fisik lebih sulit dilakukan. Karena latar belakang instansi tingkat tinggi sebagian besar terbentuk di dunia yang cacat, untuk menghancurkannya secara fisik diperlukan penghancuran dunia, yang tidak masuk akal bahkan untuk dicapai oleh No. 1.

Bahkan trainee yang diakui sebagai yang terkuat secara fisik, senjata humanoid berjalan Van Zhuo, paling banter hanya dapat membelah pelat baja dengan tangan kosong. Berdasarkan premis sistem 'tidak dapat melampaui batas kekuatan manusia', bahkan yang terkuat pun tidak dapat berubah menjadi Super Saiyan.

Ambil contoh instansi sebelumnya, baik Zhuge An, Van Zhuo, maupun peringkat S lainnya tidak akan mampu menghancurkan Rumah Sakit Jiwa dan Desa Gunung Kelaparan—kecuali Iblis.

Seperti contoh ini, SMA Pertama, sekolah itu milik dunia yang independen.

Namun, keberuntungan juga merupakan suatu jenis kekuatan. 

Diam-diam, sudut bibir lelaki itu melengkung ke atas, dan dia melebur ke dalam bayangan.

Para trainee yang tersisa berdiri dengan punggung saling menempel di sisi barat daya lapangan yang tidak menutupi Lubang Mayat, saling menatap dengan asisten pengajar yang berdiri di sisi lain lautan api. Kepala sekolah kini telah muncul, berdiri di belakang kerumunan dengan perut buncit dan wajahnya berkerut.

Seseorang yang tidak berwajah berdiri terpisah di tengah para trainee.

Kelas 9 menarik indeks 15 untuk bergabung dengan mereka. Meskipun ia telah menjadi trainee tanpa wajah, Kelas 9 tidak menyingkirkannya tetapi malah mengirim sebagian dari tenaga mereka yang sudah terbatas untuk melindungi dan membawanya ke tempat yang aman.

Zong Jiu, yang menjaga di depan, meremas kertas ujian yang terbakar menjadi bola dan melemparkannya ke asisten pengajar yang mencoba menerobos pengepungan ketat.

Karena tidak dapat menghindar tepat waktu, asisten pengajar itu terbakar. Seluruh tubuhnya menjadi kaku dan tanpa diduga, dia tidak mencoba memadamkan api tetapi berdiri diam dan menunggu api menyebar.

Mereka takut api!

Saat melarikan diri untuk menyelamatkan hidupnya tadi, Zong Jiu masih memperhatikan dengan saksama bagaimana NPC instansi bereaksi. Dengan kabut asap yang mengepul, sulit untuk mengetahui apa yang ada di balik jelaga tebal di wajah mereka.

Namun, kerja kerasnya tidak sia-sia. Sebaliknya, itu adalah hasil panen yang melimpah.

Orang-orang tanpa wajah itu bergerak luar biasa lambat ketika dikelilingi api.

Meskipun mereka tidak memiliki wajah, mereka tetap manusia dalam segala hal dan wajar jika mereka takut pada api.

Penemuan yang lebih disambut baik adalah jika seseorang yang tidak berwajah mati dalam api, daging di wajahnya akan berubah bentuk, seperti dibentuk ulang menjadi wajah-wajah yang mengerikan dan hangus dalam kobaran api.

Zong Jiu berbagi penemuannya dengan semua orang.

Pemimpin Klan Malam mengangguk. Iris merahnya menggelap saat ia menarik pedangnya dari ransel sistem.

"Kita harus mengambil inisiatif. Kalau tidak salah, kita harus menghancurkan lebih dari sekadar tempat instansi, tetapi juga melenyapkan NPC ini agar instansi itu benar-benar dianggap hancur."

Setelah item khusus dinonaktifkan, 'Caligula' yang mengesankan juga kehilangan kilauan berdarahnya saat ditarik dari sarungnya.

Caligula secara historis adalah kaisar ketiga Kekaisaran Romawi. Roma kuno penuh dengan tiran, terutama yang disebutkan di atas. Pedang yang dinamai menurut nama kaisar ini tidak berbeda, terus-menerus menghisap darah seperti iblis buas setiap kali melukai musuh.

Pedang adalah senjata yang diberikan kepada Van Zhuo saat ia memperoleh garis keturunan vampir peringkat S. Pedang itu awalnya adalah senjata pelengkap peringkat A yang kuat, kemudian ditingkatkan ke peringkat S melalui pertemuan aneh di lain waktu. Hal ini sangat meningkatkan kekuatan pribadi Van Zhuo dan menjadi salah satu alasan mengapa ia dapat dengan kokoh menduduki tahta No. 2.

Meskipun demikian, penonaktifan kemampuan itemnya tidak mengurangi reputasi Caligula yang menakutkan.

Setidaknya, tidak ada hambatan sedikit pun saat tombak itu menusuk halaman yang terbakar dan membawanya ke dada seseorang yang tak berwajah.

Karena yang berbicara adalah No. 2, tidak ada trainee yang meragukannya.

"Tidak perlu berkelahi! Mereka takut api, jadi biarkan saja api membakar semuanya!"

Kekuatan tempur semua orang berkurang hingga minimum, jadi ini adalah satu-satunya metode yang tersedia bagi mereka.

Untuk memanfaatkan kertas tersebut secara maksimal, semua orang mengikuti Zong Jiu dan meremas setiap halaman menjadi bola untuk digunakan sebagai pembakar, melemparkannya ke mana-mana.

Efeknya sungguh mengagumkan. Api yang sudah berkobar itu terhubung dan mengelilingi seluruh segi empat.

Orang-orang tanpa wajah meratap dan menghilang dalam kobaran api, wajah mereka berubah mengerikan saat mereka berubah menjadi tubuh hitam hangus.

"Buuuum-"

Beberapa waktu berlalu. Lebih banyak bangunan berderak tak nyaman dan runtuh.

Saat ini, tidak ada satu pun bangunan sekolah di SMA Pertama yang masih utuh. Semua bangunan di sana ada yang runtuh atau meledak, dan kondisinya tampak menyedihkan.

Meski begitu, semua orang merasa cemas karena mereka masih harus berhadapan dengan tiga orang tanpa wajah.

Kepala Sekolah SMA Pertama benar-benar pengecut, bersembunyi di balik asisten pengajar sepanjang waktu. Dia menarik beberapa orang untuk berdiri di area lain yang tidak tersentuh api, bahkan mencoba menelepon untuk meminta bantuan dari luar.

Jarak antara kedua kubu mereka benar-benar terlalu jauh bagi mereka untuk menyebarkan api. Api itu membentang lebih dari setengah lapangan basket. Tanpa peningkatannya, bahkan Zong Jiu tidak dapat berbuat apa-apa. Itu benar-benar situasi yang memusingkan.

"Apa yang harus kita lakukan? Menyerang?"

"Tidak."

Zong Jiu langsung menolak usulan ini. "Mengingat jarak dan intensitas api, kemungkinan besar kita akan terbakar sampai mati di tengah jalan, apalagi bisa sampai di sana."

Ketika ide demi ide ditolak, semua orang mendapati diri mereka terjebak dalam situasi yang mustahil.

Para penonton di siaran langsung bahkan lebih cemas dari mereka.

[Kecemasan ini membuatku gila. Bisakah mereka menyerang?]

[Hanya sepuluh menit lagi, jiayou, tetaplah kuat!]

[Ayo, ayo! Apakah instansi ini bisa dihentikan tergantung pada pukulan terakhir ini.]

[Kepala sekolah ini benar-benar tolol... Dia bersembunyi di sana seperti ayam, tetapi siapa pun yang berani melawannya akan dikutuk. Sial, andai saja mereka bisa menggunakan item khusus mereka.]

Tepat saat mereka hampir putus asa, terjadilah suatu perkembangan yang tiba-tiba.

Indeks 15, yang selama ini dilindungi oleh para trainee Kelas 9, tiba-tiba bergerak.

Dia menyerbu maju, menyingkirkan para trainee di depannya, dan menyerbu ke dalam api tanpa menoleh ke belakang sedikit pun.

Orang-orang yang terlempar ke samping tercengang, duduk di tanah, bingung.

"Perwakilan ruangan!"

Perubahan haluan ini begitu mengejutkan sehingga tidak seorang pun mampu bereaksi untuk sementara waktu—kecuali indeks 98, yang tampaknya terbangun dari mimpi.

Air mata mengalir dari matanya saat dia meraung sekuat tenaga ke arah api, "Apa yang kau lakukan? Bisakah kau mengerti kami? Kembalilah!"

Tetapi indeks 15, yang telah menjadi orang tanpa wajah, menutup telinga.

Ia berlari kencang. Sol sepatunya dan celananya hangus terbakar, namun ia terus maju seolah tidak merasakan sakit, berlari cepat menuju kepala sekolah dan dua asisten pengajar.

Bahkan obrolan singkatnya pun tercengang.

[Apa yang terjadi, ini pertama kalinya aku mendengar bahwa orang tanpa wajah masih bisa memiliki kesadaran?]

[Bisakah orang yang tidak berwajah berubah kembali? Tapi aku ingat beberapa kelas menemukan petunjuk yang mengatakan bahwa itu tidak dapat diubah. Apakah ini bug sistem?]

[Tidak mungkin. Banyak kelas sebelumnya mencoba memeriksa apakah trainee tanpa wajah kehilangan otonomi mereka seperti zombie dalam situasi apokaliptik dan semuanya sampai pada kesimpulan yang sama. Jika mereka tidak kehilangan otonomi mereka, mengapa sistem tidak akan mengembalikan mereka?]

[Tunggu dulu, adik-adik, jangan cepat-cepat mengambil kesimpulan. Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Kelas 9 indeks 15 berbeda. Para peserta didik tanpa wajah dari kelas lain dipaksa pindah karena putus asa dan lingkungan mereka. Namun, tidak demikian halnya dengan indeks 15. Ia dengan sukarela menjadi orang tanpa wajah karena cinta kepada teman-temannya. Ini tidak sama dengan mereka yang terdesak ke tepi jurang. Apakah aku masuk akal?]

[Ya! Kau benar! Aku setuju!]

Di detik kedua sebelum mencapai kepala sekolah, indeks 15 akhirnya melihat ke belakang.

Dari seberang api yang menyala-nyala, hanya untuk sesaat, Kelas 9 seolah melihat sekali lagi senyuman yang selalu tersungging di bibir wajah yang tenang dan lembut itu.

Tapi tidak ada.

Wajah di seberang api masih datar, halus, dan tanpa ekspresi. Tanpa ada tanda-tanda akan berubah kembali.

Namun pada saat-saat terakhir, celah panjang di mulutnya terbuka, sama seperti yang dilakukan orang-orang tanpa wajah lainnya ketika mereka berbicara dan berdeguk.

Bibir itu terkatup, seolah berusaha mengatakan sesuatu, namun waktu tidak mengizinkan.

Indeks 15 telah melintasi jarak sejauh setengah lapangan basket di lautan api dengan risiko menjadi manusia api. Rambutnya menjadi tidak rata, dan wajahnya semakin sulit dilihat.

Tentu saja, pada saat seperti ini, tidak seorang pun peduli tentang ini.

Setiap trainee tahu apa yang akan dilakukan oleh indeks 15 selanjutnya. Suara Kelas 9 terdengar serak karena teriakan, tangisan, dan isak tangis mereka.

"Indeks 15, kalau kau bisa mendengar kami, kenapa kau tidak kembali? Kembalilah!"

"Persetan denganmu, kau jelas masih punya kesadaran. Apa menyenangkan membiarkan kami dalam kegelapan dan menganggap kami orang bodoh?!"

"Kau dan indeks 99 sama-sama idiot! Kau dengar aku? Idiot banget!!"

Mendengar umpatan marah di belakangnya, indeks 15 tertawa pelan dalam hatinya.

Dia tidak tahu mengapa dia ingin tertawa, karena pikirannya terasa sejuta kali lebih lambat sekarang. Dia berdiri di tempat untuk waktu yang sangat lama, mendengarkan suara kehancuran yang meledak di sekitar SMA Pertama. Baru kemudian, seolah-olah dalam renungan, dia melangkah.

Mungkin karena transformasi sukarela itulah ia secara ajaib mempertahankan jejak otonomi—tetapi ia juga tidak mampu mengendalikan tubuhnya. Sebaliknya, tubuhnyalah yang bergerak satu langkah di depan kesadarannya, melaju maju.

Mungkin di suatu tempat di alam bawah sadarnya, dia ingin melindungi kehangatan dan keindahan kelas ini dengan nyawanya.

Namun, seperti yang tertulis di buku harian itu. Transformasi menjadi orang tanpa wajah tidak dapat diubah. Apakah kesadaran masih ada atau tidak, tidak menjadi masalah—dia tidak dapat kembali ke asrama trainee. Sejak saat dia memilih untuk menjadi orang tanpa wajah, akhir ini telah ditentukan sebelumnya. Tidak dapat diperbaiki, dan tidak dapat ditebus.

Oleh karena itu, biarkan dia melakukan satu hal terakhir untuk Kelas 9.

Indeks 15 merentangkan kedua tangannya. Dengan menyebarkan api menggunakan tubuhnya, dia melemparkan dirinya ke kepala sekolah dan asisten pengajar di tempat terbuka bersamanya ke dalam lubang pembuangan gelap di belakang, mendorong mereka ke dalam api yang berkobar.

Teriakan menyedihkan bergema di seluruh halaman dan tidak ada sedikit pun suara cipratan yang terdengar.

Sosoknya tegas, bagaikan kupu-kupu yang terbakar. Bagai burung yang sayapnya patah, menyelesaikan misi terakhirnya.

Seperti dia diam-diam memberi tahu semua orang—

Tidak pernah menyesal.