Dering, Dering, Dering...
Lin Yi menerima panggilan dari Ji Qingyan ketika dia tidak terlalu jauh dari mobil.
"Bandel!"
"Kamu yang cium aku dulu! Apa hakmu memanggil aku bandel?"
"Itu hadiah untukmu, siapa suruh kamu menyentuhku seperti itu?!"
"Ciuman itu membosankan, harusnya dilakukan semuanya. Begitulah seharusnya."
"Tsk, omong kosong apa itu," kata Qingyan.
"Jemput aku kerja besok."
"Tidak masalah, tunggu saja aku di rumah."
Keesokan paginya, saat Lin Yi berkendara kesana, dia menemukan bahwa Qingyan sudah siap.
Sebuah gaun pensil putih dan kemeja biru membuatnya terlihat seperti kakak perempuan yang tangguh.
Mereka berdua memahami apa yang terjadi semalam, tapi mereka tidak membicarakannya satu sama lain, sebaliknya berpura-pura seakan tak terjadi apa-apa.
"Perhatikan ponselmu, aku akan memesan," kata Ji Qingyan.
"Aku sedang menunggu."
Lin Yi mengendarai Shari tua yang rusaknya menuju kantor setelah menerima pesanan.