"Siapa?" Nick hanya sempat bertanya sebelum ia terhempas ke tanah.
Hembusan angin yang tiba-tiba membuatku tersedak, dan aku menutupi leherku serta duduk di lantai dengan lemah hingga sepasang tangan kuat yang familier mengangkatku dari tanah. Bau alkohol mengelilingiku, dan rambut hitam menyentuh wajahku, memberi aroma hangat.
"Gadis malangku, jangan takut," suara serak Kral bergema di telingaku. Air mataku dihapus perlahan, dan aku melihat diriku di dalam matanya. Bayangan Hitam meluap di mata emasnya. Pada saat itu, aku mendengar suaraku sendiri tercekik dan bergetar: "Terima... Terima kasih."
Ini adalah kedua kalinya dia menyelamatkanku, pikirku.
"Yang Mulia, saya harap Anda paham siapa cepat dia dapat!" Suara serak terdengar dari sudut ruangan. Sebelum kalimat itu selesai diucapkan, Nick mencabut pedangnya, dan kilauan pedang serta wajah gila Nick langsung mengarah padanya.