18 Yang Tak Terduga

Aku dipindahkan ke ruangan lain oleh pelayan. Tubuhku diikat ke kursi dengan sandaran tinggi, dan wajahku ditutupi dengan kain hitam. Yang bisa aku lihat hanya lantai di bawah kain hitam itu.

"Di mana wanita yang aku inginkan?" Suara parau itu membawa jejak teror, seolah-olah dia telah dicekik oleh seseorang.

Tubuhku langsung menegang. Suara itu mengingatkan aku pada rasa takut. Mustahil, mustahil. Aku telah meninggalkan tempat itu. Aku tidak bisa bertemu mereka lagi.

Tubuhku mulai gemetar tak terkendali, tangan yang terikat bergeliat tanpa sadar, tali goni menggores bekas merah terang di pergelangan tanganku.

Dalam gemetaranku, pembicara itu mendekatiku selangkah demi selangkah, dan aku hanya bisa melihat bentuk sepatunya melalui celah kain hitam.

"Ini dia, lihatlah," kata Tuan dengan suara yang agak merendah.

Kain hitam yang menutupi wajahku diangkat.

Wajah Nick mengejutkanku!