71 Anak Anjing

(Kenangan Alen)

"Ayah, ke mana orang tua Kral pergi?"

Aku bertanya, bersandar di dada Ayah saat kami berjalan pulang dari istana.

"Jangan panggil dia Kral; dia adalah Yang Mulia, sang Pangeran," kata Ayah, mencubit telinga saya dengan lembut dengan ekspresinya yang serius.

Aku membuat ekspresi main-main. Aku masih anak kecil, tetap mempertahankan sifat usilku.

"Baiklah, kalau begitu. Ke mana orang tua Yang Mulia pergi? Dia tidak melihat mereka selama satu minggu penuh. Selama pelajaran hari ini dengan para tua-tua, dia tidak bisa menahan air matanya."

Di dalam hati, aku memanggilnya Kral. Dia lebih tinggi dan lebih kuat dariku, tetapi dia tidak pernah menggangguku.

Ketika Ayahku mengirimku untuk belajar di istana bersama Kral, aku merasa gugup. Istana itu megah, penuh dengan patung-patung batu yang rumit. Saat aku memasuki ruang belajar dengan hati-hati, aku teringat nasihat Ayahku: "Jangan melawan Pangeran."