106 Tunangan Sempurnanya

Sudut Pandang Vivian

Setelah yang terasa seperti keabadian, ciuman yang lama itu akhirnya berakhir. Alen melepaskan bibirku, matanya yang berkaca-kaca menatap mataku. Meskipun ciuman itu telah selesai, dia tidak melepaskan tanganku; sebaliknya, dia mempererat genggamannya pada tanganku, memegangnya lebih kuat lagi.

Pada saat itu, kakiku begitu lemas sehingga berdiri saja terasa seperti tantangan. Aku mengandalkan pelukan Alen untuk bertumpu. Perlahan-lahan, ketika aku merasa kekuatan kembali ke kakiku dan keseimbanganku membaik, aku mendorongnya perlahan dan berkata, "Alen, lepaskan aku."

"Apakah kamu masih mempertimbangkan untuk melarikan diri?" Alen tidak segera melepaskanku. Sebaliknya, dia mencari kepastian dariku, mengatakan, "Aku hanya akan melepaskanmu jika kamu berjanji tidak akan lari."