(Catatan Penulis: Beberapa dari kalian meminta bab ini dan saya memenuhi permintaan tersebut. Semoga kalian semua menikmatinya!)
Tangisan seekor burung bangau terdengar menggema di kejauhan, dan Arwen dengan tergesa-gesa berlari menuju balkon kamarnya.
Pandangannya terkunci pada titik hitam di cakrawala yang perlahan-lahan menjadi semakin besar. Sebagai seorang High-Elf, Arwen adalah orang yang sangat sabar karena umur panjangnya. Namun, entah kenapa, dia merasa tidak sabar. Dia ingin waktu berjalan lebih cepat agar Skyla bisa sampai di depannya saat ini juga!
Penantian yang panjang dan melelahkan akhirnya berakhir ketika bangau itu mendarat di balkon. Alih-alih menyambut bangau itu, Arwen segera melepaskan silinder yang diikatkan pada kakinya.
Skyla mulai mematuk kepala Arwen dengan rasa tidak puas karena temannya bahkan tidak menyapanya dan hanya fokus pada paket yang telah dengan susah payah ia bawakan dari Benua Selatan!
"Aduh! Skyla, Berhenti! Aku minta maaf telah mengabaikanmu. Tolong, berhenti mematukku!" Arwen buru-buru meminta maaf dan berusaha menenangkan bangau yang kesal setelah melakukan perjalanan jauh untuk mengantarkan pesannya dan membawa kembali balasan surat dari putranya yang tercinta.
"Krooooo!" (Setelah aku mengantarkan suratmu, begini caramu membalasnya?!)
"Maaf! Ini tidak akan terjadi lagi!"
"Krooooo!" (Lebih baik tidak terjadi lagi, kalau tidak, aku tidak akan mengantar suratmu lain kali!)
"Skyla terbaik! Seperti yang diharapkan dari Kerajaan Crane Silvermoon yang dikenal karena keanggunan, kecantikan, dan hati baiknya."
"Kroooo!" (Bodoh! Pujianmu tidak akan membawa pengaruh apapun!)
Setelah sepuluh menit membujuk dan hidangan lezat ikan susu Silvermoon, Skyla akhirnya tenang dan menutup matanya untuk beristirahat. Meskipun melakukan perjalanan antar benua tidak sulit baginya, perjalanan pulang pergi dari Benua Silvermoon ke Benua Selatan tetap merupakan perjalanan yang melelahkan.
Melihat bahwa sahabatnya akhirnya tenang, Arwen menghela nafas lega dan duduk di kursi untuk membaca surat dari putranya.
Sebenarnya, dia takut untuk membaca balasan William. Bagaimana kalau dia menulis bahwa dia membencinya? Bagaimana kalau dia menulis surat keluhan karena telah meninggalkannya? Ketika pikiran-pikiran negatif ini melintas di kepalanya, Arwen merasa bahwa paket silinder yang dipegang di tangannya tiba-tiba menjadi berat.
Arwen menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan hati yang gelisah. Tidak peduli apa pun, dia harus tahu apa yang dipikirkan William tentang dirinya.
Saat dia membuka silinder, sebuah gulungan lipat dan sebuah cincin jatuh ke tangannya.
Arwen kembali menarik napas dalam-dalam sebelum dengan perlahan membuka gulungan itu untuk membaca balasan William.
-----
Kepada ibuku tercinta yang selalu memikirkan aku setiap hari,
Halo, dan selamat pagi untukmu, Ibu.
Sejujurnya, aku membutuhkan lebih dari lima belas menit untuk menulis kalimat pertama ini karena aku tidak tahu bagaimana cara memulai suratku.
Aku tidak tahu bahwa menulis surat balasan akan sesulit ini.
-----
Arwen tertawa ringan saat membaca kalimat pertama putranya. Dia bisa memahami perasaan itu karena dia mengalami hal yang sama saat dia memutuskan untuk menulis surat kepadanya. Matanya menelusuri tulisan tangan William.
Meskipun tidak seanggun miliknya, dia tetap jatuh cinta dengan goresan tegas dan cerah yang menunjukkan tekadnya untuk membalas suratnya.
-----
Izinkan aku memperkenalkan diriku secara resmi terlebih dahulu. Namaku William Von Ainsworth, anak laki-laki paling tampan di Benua Selatan. Kakek James berkata bahwa aku mirip seperti Ibu, jadi itu berarti Ibu pasti adalah wanita tercantik di Benua Silvermoon.
Aku terkejut ketika aku melihat Kakak Perempuan Skyla muncul di Lont membawa surat dari Ibu. Aku belum pernah melihat seekor burung bangau putih yang sebesar dan sepintar dia. Dia sangat lembut dan baik hati menceritakan kisah tentang Ibu, kakek-nenekku, Kota Suci Nytfe Aethel, dan Benua Silvermoon.
Kakak Perempuan Skyla juga mengatakan bahwa meskipun ibuku cantik, dia juga merupakan orang yang paling mudah menangis di Kota Suci Nytfe Aethel.
-----
Bibir Arwen berkedut saat membaca bagian tentang dirinya yang mudah menangis. Dia menatap tajam ke arah Skyla yang sedang tertidur di sisi.
'Kau penghianat!' pikir Arwen. 'Berani-beraninya kau memberi tahu putraku bahwa aku adalah tukang menangis? Aku bukan tukang menangis!'
Seolah merasakan tatapan marah Arwen, Skyla membuka matanya dan memberinya pandangan samping "Apa? Kau punya masalah denganku?" yang membuat Arwen segera mengalihkan pandangannya.
Di antara Skyla dan Arwen, burung bangau itu selalu menjadi lebih agresif. Dia telah menjadi pelindung Arwen selama bertahun-tahun dan memperlakukan High-Elf itu seperti adik kecilnya sendiri. Karena itulah Arwen tidak bisa melawan Skyla, bahkan jika dia disuruh meminum dua kendi keberanian.
Dengan hati yang merasa kalah, Arwen kembali membaca surat William.
----
Jangan khawatir, Ibu. Meskipun Ibu benar-benar seorang tukang menangis seperti kata Kakak Perempuan Skyla, itu tak akan mengubah fakta bahwa Ibu adalah ibuku, dan aku peduli padamu.
Sangat disayangkan bahwa aku tidak mendapatkan kesempatan untuk melihat wajah Ibu ketika aku masih bayi. Jika memungkinkan, bisakah Ibu mengirimkan sebuah gambar, agar aku tahu seperti apa rupa ibuku yang cantik?
Mama Ella-ku juga ingin melihatmu.
Ah, sebelum aku lupa. Mama Ella adalah orang yang merawatku sejak aku masih bayi. Dia adalah seekor Kambing Angorian dan aku tumbuh besar meminum susunya setiap hari. Dalam hatiku, dia adalah ibu keduaku yang sama tak tergantikannya seperti Ibu.
Aku berharap akan ada hari di mana kalian bisa saling bertemu. Aku sangat mencintainya.
----
"Aku juga ingin bertemu dengannya," kata Arwen lirih. Dia ingin bertemu dengan ibu kedua William yang telah bersamanya sejak bayi. Arwen juga merasa iri, dan cemburu, pada Ella karena dia telah menyaksikan tumbuh kembang William menggantikan dirinya.
Dia bisa merasakan, berdasarkan tulisan tangan William, bahwa putranya benar-benar mencintai Ella. Dia bahkan merasa khawatir bahwa William mencintai Ella lebih daripada dirinya.
Meskipun dia bisa memahami perasaan William terhadap Ella karena mereka telah bersama selama bertahun-tahun, dia tetap merasa pahit di dalam hatinya. Arwen, juga, mengharapkan bahwa dia bisa tetap di sisi William dan menyaksikannya tumbuh dari bayi yang hampir tidak bisa merangkak, menjadi anak laki-laki yang narsis seperti kakek-kakeknya.
Ya. James dan Theoden adalah individu yang narsis. Tampaknya gen mereka berdua telah diturunkan pada William.
-----
Ibu, Lont mungkin adalah tempat yang paling sederhana di Benua Selatan, tetapi kota kecil ini--tempat aku tumbuh besar--sangat hangat. Orang-orang di sini ceria dan penuh kehidupan. Paman Mordred, Bibi Anna, Bibi Helen, Sepupu Matius, dan Kakek adalah orang-orang yang hangat dan penuh kasih.
Aku menganggap diriku sebagai orang yang sangat beruntung karena setiap hari dipenuhi dengan cinta dan kebahagiaan. Itulah mengapa, Ibu, Ibu tidak perlu khawatir tentang kesejahteraanku. Aku sangat bahagia sekarang, dan aku merasa seperti anak laki-laki yang paling beruntung di dunia menjadi bagian dari keluarga yang penuh kasih ini.
Ada banyak hal yang ingin aku katakan, tetapi aku takut bahwa air mataku akan mulai jatuh jika aku terus menuliskannya. Mungkin, aku juga mendapatkan gen tukang menangis dari Ibu.
Tenang saja, meskipun aku tidak dapat menuliskan semua pikiranku. Aku akan menggantikannya dengan hadiah-hadiah yang aku sertakan bersama surat ini. Aku berhasil memaksa Kakek James dan dia setuju untuk membuka gudang penyimpanan, sehingga aku bisa mengirim beberapa keistimewaan dari Lont.
Aku juga menambahkan beberapa hadiah untuk kakek-nenekku yang ingin aku temui suatu hari nanti di Nytfe Aethel. Aku tidak tahu apakah hadiah-hadiah ini akan sesuai dengan selera mereka, tetapi aku berharap mereka tidak menolaknya.
Terakhir, Ibu, meskipun ini adalah pertama kalinya kita berkomunikasi satu sama lain, ketahuilah bahwa aku tidak membenci Ibu. Meskipun aku sedih karena kita harus terpisah, aku tahu bahwa Ibu melakukannya demi aku.
Kata-kata tidak dapat mengungkapkan betapa aku ingin bertemu denganmu, jadi tolong, jika memungkinkan, kirimkanlah sebuah lukisan dirimu. Aku juga akan meminta Kakek untuk melukis diriku, sehingga Ibu bisa melihat betapa tampan dan luar biasanya putramu.
Aku berdoa agar pertemuan yang ditakdirkan di antara kita akan datang suatu hari nanti.
Memikirkanmu dari Benua Selatan,
William Von Ainsworth.
------
Mata Arwen berkabut saat dia menekan surat itu ke dadanya. Dia merasa lega, dan bahagia bahwa William tidak membencinya. Namun, dia juga merasakan kepahitan karena perasaannya yang melimpah tidak dapat dia berikan kepada putranya.
Air mata Arwen mengalir di sisi wajahnya yang cantik, tetapi dia tidak berusaha untuk menghentikannya.
Skyla, yang sedang beristirahat di samping, membuka matanya sebentar, sebelum menutupnya kembali. Berlawanan dengan apa yang Skyla katakan kepada William, Arwen bukanlah tukang menangis. Sebagai Santi dari Pohon Dunia, mustahil baginya untuk menunjukkan sisi emosionalnya di depan umum.
Hanya ketika dia sendirian, dan memikirkan mendiang suaminya, serta putranya yang jauh, dia membiarkan air mata mengalir dari matanya. Dia harus tetap kuat demi keduanya, dan Skyla memahami hal ini dengan baik.
Karena alasan inilah dia rela melakukan perjalanan jauh dan berbahaya melintasi benua untuk mengantarkan surat Arwen. Jika ini adalah satu-satunya cara untuk membuat "Arwen kecilnya" bahagia, maka Skyla bahkan akan menghadapi seekor Naga jika itu berarti dia bisa membawa pesan William kembali ke pelukan ibu tercintanya.
Malam itu, Arwen bermimpi indah. Mimpi di mana putra tercintanya bersandar dalam pelukan kasih sayangnya, dan tidak ada satu orang pun di dunia yang akan memisahkan mereka lagi untuk selamanya.