Langit di atas Sekte Naga Putih tampak lebih jernih dari biasanya. Cahaya matahari bersinar lembut di atas gunung-gunung yang menjulang, dan angin berhembus tenang di antara pepohonan pinus yang melingkupi sekte.
Shen Wei berdiri di tepi tebing, memandang ke kejauhan. Setelah insiden di Perpustakaan Langit, keseimbangan dunia mulai kembali. Energi yang sebelumnya ditahan oleh segel kini mengalir lebih stabil, tidak lagi dieksploitasi oleh para Dewa.
Namun, dalam hati kecilnya, dia tahu ini bukan akhir dari segalanya.
"Apa yang kau pikirkan, Senior?"
Mei Er melangkah mendekat dengan senyuman kecil. Rambut panjangnya tertiup angin, dan di tangannya ada termos teh hangat.
Shen Wei menerima cangkir yang diberikan Mei Er dan menghela napas. "Dunia ini lebih luas dari yang kita kira, Mei Er. Aku hanya berpikir… setelah apa yang kita lakukan di Perpustakaan Langit, para Dewa tidak akan tinggal diam."
Mei Er menggigit bibirnya. "Jadi kau pikir mereka akan turun ke dunia fana?"
Shen Wei mengangguk. "Mereka kehilangan sumber energi mereka. Para Dewa mungkin bukan makhluk yang bisa mati, tapi mereka tidak bisa bertahan selamanya tanpa aliran energi dari segel yang kita perbaiki."
Mei Er mengepalkan tangannya. "Kalau mereka datang, kita akan menghadapinya bersama."
Shen Wei menoleh dan tersenyum. "Ya. Kita akan menghadapinya."
Namun, sebelum mereka bisa melanjutkan percakapan, tiba-tiba langit di atas Sekte Naga Putih berubah. Awan gelap menggulung dengan kecepatan yang tidak wajar, dan kilatan petir ungu mulai berkelebat di udara.
Dari tengah langit, terdengar suara berat yang bergema ke seluruh penjuru daratan.
"Shen Wei… kau telah melangkah terlalu jauh."
Shen Wei langsung bersiaga. Ia bisa merasakan tekanan luar biasa dari suara itu, tekanan yang bahkan lebih kuat daripada yang pernah ia rasakan dari para Dewa yang ia lawan sebelumnya.
Mei Er merasakan tubuhnya melemah seketika. "Senior… ini…"
Shen Wei mengangkat tangannya, menciptakan lapisan pelindung di sekitar Mei Er dan murid-murid lainnya yang mulai berdatangan.
Dari balik awan, sesosok pria dengan jubah emas turun perlahan. Matanya bersinar seperti matahari, dan di belakangnya terbentang enam sayap cahaya.
"Siapa kau?" tanya Shen Wei dengan waspada.
Pria itu tersenyum tipis. "Aku adalah Dewa Agung Tian Xu, pemimpin para Dewa Langit."
Shen Wei menajamkan tatapannya. "Jadi akhirnya kalian turun juga."
Tian Xu melangkah maju di udara, tatapannya penuh wibawa. "Kami membiarkan dunia ini berkembang dengan keseimbangan yang telah kami ciptakan. Tetapi kau… kau telah merusaknya."
Mei Er berdiri di samping Shen Wei. "Itu bukan keseimbangan! Itu adalah penindasan! Kalian menggunakan segel untuk mencuri energi dari Makhluk Kuno tanpa memikirkan dampaknya!"
Tian Xu tertawa kecil. "Apa yang kau tahu tentang keseimbangan, gadis kecil?"
Shen Wei menarik pedangnya. "Aku tidak peduli dengan apa yang kalian sebut sebagai keseimbangan. Yang aku tahu, dunia ini tidak akan selamanya berada di bawah kendali kalian."
Tian Xu menghela napas. "Kau memang keras kepala… tapi itu tidak mengubah fakta bahwa kau telah menantang kehendak para Dewa."
Dalam sekejap, ia mengangkat tangannya, dan cahaya keemasan melesat dari telapak tangannya, mengarah langsung ke Shen Wei.
Shen Wei segera menangkis dengan pedangnya. Benturan energi yang terjadi menciptakan gelombang kejut yang menghancurkan sebagian besar bangunan di sekitar mereka. Murid-murid Sekte Naga Putih segera mundur untuk menghindari dampaknya.
Chen Guang berteriak, "Senior, kami akan membantumu!"
Namun, sebelum ia bisa bergerak, Tian Xu hanya melirik sekilas dan dalam sekejap, Chen Guang terdorong ke belakang oleh tekanan tak kasat mata.
"Jangan ikut campur dalam urusan ini, bocah," kata Tian Xu dengan nada dingin.
Shen Wei mempererat genggaman pada pedangnya. Kekuatan Dewa Agung ini benar-benar berbeda dari yang pernah ia hadapi sebelumnya.
"Aku tidak akan membiarkanmu mengambil kembali segel itu," kata Shen Wei.
Tian Xu menyipitkan mata. "Kita lihat saja."
Dalam sekejap, pertarungan antara Pelindung Dunia dan Dewa Agung pun dimulai.
Shen Wei melesat ke depan, pedangnya berkilauan dengan cahaya ilahi. Ia menebas ke arah Tian Xu, tetapi sang Dewa hanya mengangkat satu jari dan menahan serangan itu tanpa bergerak sedikit pun.
"Kecepatan yang mengesankan," kata Tian Xu. "Tapi tidak cukup."
Ia mengibaskan tangannya, dan dalam sekejap, ribuan pilar cahaya turun dari langit, menghantam tanah di sekitar Sekte Naga Putih.
Shen Wei menghindar dengan cepat, tetapi tekanan dari serangan itu cukup untuk membuat tanah di bawahnya retak.
Mei Er dan Yu Lan mencoba membantu dengan menyerang dari sisi lain, tetapi Tian Xu hanya mengayunkan tangannya dan keduanya terpental ke udara.
"Tidak ada seorang pun di dunia fana ini yang bisa menandingi kekuatan para Dewa," kata Tian Xu dengan suara tenang namun penuh otoritas.
Shen Wei mengepalkan tinjunya. Aku tidak bisa menang jika hanya mengandalkan kekuatan fisik. Aku harus mencari celah!
Ia menarik napas dalam-dalam dan menutup matanya sejenak. Fokus… cari kelemahannya…
Tian Xu melangkah maju. "Sudah selesai?"
Shen Wei membuka matanya dan tersenyum kecil. "Belum."
Dalam sekejap, ia mengaktifkan Teknik Rahasia: Jantung Kosmos, sebuah teknik yang memungkinkannya untuk membaca pola energi lawannya.
Dengan teknik ini, Shen Wei mulai melihat celah dalam pertahanan Tian Xu. Ia melesat dengan kecepatan luar biasa, menghindari serangan demi serangan, dan akhirnya—
Tebasan Surya Abadi!
Pedangnya mengenai bahu Tian Xu.
Sang Dewa Agung terkejut. "Apa?!"
Shen Wei segera mundur, mengambil posisi bertahan. Ia tahu ini masih belum cukup untuk mengalahkan Tian Xu, tetapi setidaknya ia telah membuktikan bahwa Dewa bukanlah makhluk yang tak terkalahkan.
Tian Xu menyentuh bahunya dan menatap Shen Wei dengan mata menyala. "Menarik…"
Ia mengangkat tangannya ke langit, dan tiba-tiba—sebuah gerbang besar muncul di atas mereka.
Dari balik gerbang itu, energi tak terhingga mulai mengalir keluar.
Shen Wei menyipitkan mata. Apa lagi ini?!
Tian Xu tersenyum dingin. "Jika kau ingin menantang para Dewa… maka kau harus siap menghadapi semua yang ada di balik Langit."