Udara malam di Sekte Naga Putih terasa lebih hangat dari biasanya, seolah alam pun merayakan kedamaian yang akhirnya kembali setelah badai panjang. Bintang-bintang bertaburan di langit, memancarkan cahaya lembut yang menerangi pegunungan, dan suara angin yang berdesir di antara pepohonan terdengar seperti nyanyian alam yang penuh suka cita.
Di tengah semua itu, Shen Wei berdiri di balkon kamarnya, menggendong Mei Er yang masih tertidur nyenyak dalam pelukannya. Rambut emasnya yang bersinar lembut di bawah sinar bulan perlahan memudar, kembali ke warna aslinya, menandakan bahwa kekuatan Dewa Takdir kini beristirahat. Namun, di balik wajahnya yang tenang, hatinya berdebar kencang. Bukan karena sisa ketegangan dari pertempuran, melainkan karena sebuah keputusan besar yang telah dia ambil.
Shen Wei menatap wajah Mei Er dengan penuh kelembutan. Wajah yang telah menemaninya melewati dua kehidupan, menghadapi kematian, dan berdiri bersamanya melawan takdir itu sendiri.
"Aku hampir kehilanganmu," bisiknya pelan, suaranya serak oleh emosi. "Aku tidak akan membiarkan itu terjadi lagi."
Perlahan, Mei Er membuka matanya. Cahaya bulan memantul di bola matanya yang jernih, dan ketika dia melihat Shen Wei, senyum lembut terukir di wajahnya.
"Senior…" suaranya lembut, penuh kasih. "Kita selamat."
Shen Wei mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Ya, kita selamat." Dia menarik napas dalam-dalam, lalu dengan lembut menurunkan Mei Er hingga dia berdiri di depannya. Kedua tangan Shen Wei masih memegang bahu Mei Er, dan tatapannya kini penuh dengan keseriusan.
"Mei Er," katanya pelan, tapi tegas. "Setelah semua yang kita lalui… aku tidak ingin menunda lagi."
Mei Er menatapnya dengan bingung, lalu matanya membesar saat menyadari makna dari kata-kata Shen Wei.
"Senior…" bisiknya, suaranya mulai gemetar.
Shen Wei tersenyum lembut, lalu berlutut di hadapan Mei Er, mengabaikan rasa sakit yang masih tertinggal di tubuhnya. Cahaya bulan menyinari mereka, membuat momen itu terasa seperti mimpi yang indah.
"Mei Er," Shen Wei mulai berbicara, suaranya dalam dan penuh emosi. "Dalam dua kehidupan yang telah kita jalani, aku telah kehilanganmu lebih dari sekali. Aku tidak ingin mengulanginya lagi. Aku ingin kau menjadi bagian dari hidupku, selamanya. Maukah kau menikah denganku?"
Mei Er menutup mulutnya dengan kedua tangan, air mata mulai mengalir di pipinya. Hatinya berdegup kencang, bukan karena terkejut, tapi karena kebahagiaan yang begitu besar memenuhi dadanya. Dia berlutut, menyamai tinggi Shen Wei, dan tanpa berkata sepatah kata pun, dia memeluk Shen Wei erat-erat, air matanya membasahi bahu pria yang dicintainya.
"Ya… aku mau, Senior," bisiknya di telinga Shen Wei. "Aku ingin bersamamu… selamanya."
Shen Wei memeluknya lebih erat, dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, dia merasa benar-benar damai. Di tengah malam yang sunyi itu, di bawah langit yang bertabur bintang, mereka berdua berbagi janji yang akan mengikat mereka untuk selamanya.
Keesokan harinya, kabar tentang Shen Wei dan Mei Er yang akan menikah menyebar cepat di seluruh Sekte Naga Putih. Murid-murid dan tetua sekte yang telah lama menyaksikan perjuangan dan cinta mereka tidak bisa menahan kegembiraan mereka. Bendera-bendera merah dikibarkan, dan seluruh sekte berubah menjadi lautan kegembiraan.
Di aula utama Sekte Naga Putih, para murid berkumpul, menyiapkan segala sesuatunya untuk perayaan yang akan dikenang sepanjang sejarah sekte. Yu Lan dan Chen Guang, meskipun masih dalam masa pemulihan, turut membantu dengan semangat yang membara.
"Siapa yang menyangka Guru kita akan menikah?" Chen Guang tertawa, meskipun masih terasa sakit di tulang rusuknya.
"Itu sudah waktunya!" Yu Lan menimpali sambil menata bunga di sepanjang jalan menuju altar. "Mereka sudah seperti pasangan sejak lama, hanya saja mereka berdua keras kepala."
Di sudut ruangan, Ketua Sekte mengangguk penuh kebanggaan. "Shen Wei akhirnya menemukan kedamaian yang layak dia dapatkan," gumamnya pelan.
Malam pernikahan Shen Wei dan Mei Er tiba dengan cepat. Langit malam bersih tanpa awan, dan bulan purnama bersinar terang, seolah alam semesta memberkati pernikahan mereka. Aula utama Sekte Naga Putih dihias dengan lentera merah dan emas, memancarkan cahaya hangat yang memantulkan kilauan di wajah semua orang.
Shen Wei berdiri di altar, mengenakan jubah putih bersulam emas yang membuatnya tampak seperti dewa yang turun dari langit. Rambutnya terurai rapi, dan di matanya terpancar ketenangan yang belum pernah terlihat sebelumnya. Di sisinya, para muridnya berdiri dengan bangga, menyaksikan momen penting dalam hidup guru mereka.
Lalu, Mei Er muncul di ambang pintu, mengenakan gaun merah tradisional yang dihiasi dengan bordiran emas berbentuk naga dan phoenix, simbol cinta abadi. Rambutnya dihias dengan jepit emas yang berkilauan di bawah cahaya lentera, dan wajahnya berseri-seri meskipun air mata kebahagiaan membasahi pipinya.
Semua mata tertuju pada Mei Er saat dia berjalan menuju Shen Wei. Setiap langkahnya penuh dengan makna, setiap detik terasa abadi. Ketika akhirnya dia berdiri di depan Shen Wei, mereka saling menatap, mata mereka berbicara lebih banyak daripada kata-kata yang bisa diucapkan.
"Hari ini," Shen Wei mulai berbicara dengan suara yang tenang namun tegas, "Aku berjanji akan melindungimu, mencintaimu, dan berjalan bersamamu, tidak hanya dalam kehidupan ini, tetapi juga di kehidupan berikutnya, jika takdir mengizinkan."
Mei Er tersenyum, air matanya mengalir deras. "Aku juga berjanji, Shen Wei. Aku akan selalu berada di sisimu, dalam suka maupun duka, dalam kehidupan ini dan seterusnya."
Saat mereka mengikat simpul merah sebagai simbol penyatuan jiwa mereka, seluruh aula meledak dengan sorakan dan tepuk tangan. Murid-murid bersorak, kembang api dinyalakan, menerangi langit malam dengan warna-warni yang indah. Cahaya dari kembang api memantul di wajah Shen Wei dan Mei Er, yang kini berdiri sebagai pasangan suami istri, mengukir janji mereka di bawah langit yang luas.
Setelah perayaan selesai, Shen Wei dan Mei Er berdiri di balkon, memandang kembang api yang masih menghiasi langit malam. Shen Wei memeluk Mei Er dari belakang, dagunya bertumpu di bahu kekasihnya.
"Akhirnya, kita di sini," bisiknya lembut.
Mei Er tersenyum, memegang tangan Shen Wei yang melingkar di pinggangnya. "Ini bukan akhir, Shen Wei… Ini adalah awal dari kehidupan baru kita."
Shen Wei mengangguk, hatinya dipenuhi rasa syukur. Setelah semua perjuangan, kehilangan, dan pengorbanan, mereka akhirnya menemukan kedamaian yang telah lama mereka cari.
Dan di bawah langit malam yang penuh bintang, di tengah pegunungan Sekte Naga Putih, mereka berdua tahu bahwa cinta mereka akan abadi, melampaui waktu dan takdir.
TAMAT