Hari-hari setelah pertempuran itu berlalu dengan penuh ketegangan. Meskipun bayangan yang menyerang mereka telah hilang, Arvid dan Lina tahu bahwa ancaman yang lebih besar masih menunggu. Dunia yang mereka kenal kini terasa jauh lebih rapuh, seolah ada sesuatu yang menyelinap di balik kabut gelap yang menggantung di langit mereka.
Arvid berdiri di tepi jurang, menatap ke arah cakrawala yang terpecah. Cincin di jarinya kini bersinar pudar, cahaya biru kehijauan yang sebelumnya penuh kekuatan kini hanya menjadi sisa-sisa kekuatan yang hampir padam. Namun, di dalam dirinya, ada sesuatu yang berbeda—sesuatu yang tidak bisa ia pahami sepenuhnya, tetapi juga tidak bisa ia abaikan.
Lina, yang berdiri di sampingnya, merasakan ketegangan yang sama. "Arvid," katanya pelan, suaranya penuh keraguan. "Kegelapan itu masih ada, bukan? Bahkan setelah semuanya yang kita hadapi, kita masih belum benar-benar bebas."
Arvid tidak menjawab dengan segera. Matanya terpaku pada cakrawala, tetapi pikirannya berkelana jauh lebih dalam. "Aku tahu," jawabnya akhirnya, suaranya serak. "Kegelapan itu masih ada di suatu tempat. Ia tidak akan berhenti hanya karena kita mengalahkannya sekali. Sesuatu yang lebih besar sedang menunggu."
Lina mengerutkan kening, berusaha memahami maksud Arvid. "Apa yang kita lakukan selanjutnya?"
Arvid menarik napas panjang, menatap cincin di jarinya yang mulai kembali bersinar sedikit lebih terang. "Aku tidak tahu," ujarnya perlahan. "Namun, satu hal yang aku tahu—aku tidak akan menyerah. Aku akan mencari cara untuk mengakhirinya. Kita harus menemukan asal muasal kegelapan ini."
Mereka berdua tahu bahwa perjalanan mereka belum selesai. Setelah segala yang telah terjadi, masih ada banyak hal yang belum terpecahkan. Bayangan yang muncul di gua, penyihir yang tampaknya mengetahui lebih banyak dari yang mereka duga—semua ini adalah bagian dari teka-teki yang lebih besar, teka-teki yang harus mereka pecahkan sebelum dunia ini benar-benar hancur.
Namun, tak lama setelah mereka memutuskan untuk melanjutkan pencarian mereka, sebuah kejadian aneh terjadi. Saat mereka kembali menuju kota terdekat, mereka melihat sesuatu yang tidak mereka harapkan. Langit di atas mereka berubah menjadi warna merah gelap, dan langit yang biasanya cerah kini dipenuhi oleh kilat-kilat hitam yang memancar dari jauh, seakan ada kekuatan besar yang sedang bergerak di atas mereka.
"Tunggu," kata Lina, menghentikan langkahnya. "Itu... bukan petir biasa."
Arvid menatap langit dengan tatapan tajam. "Tidak... ini adalah sesuatu yang jauh lebih buruk."
Di kejauhan, mereka melihat sekumpulan bayangan yang bergerak cepat, berlarian melalui desa-desa di bawahnya. Pemandangan itu membuat darah Arvid dan Lina berdesir, dan bayangan-bayangan itu tidak hanya menakutkan, tetapi juga mengenalinya. Mereka tahu, tanpa ragu, bahwa ini adalah bagian dari kegelapan yang mereka hadapi.
"Apakah itu... bagian dari kegelapan yang masih ada?" Lina bertanya, suaranya bergetar.
Arvid mengangguk, matanya terfokus pada bayangan yang semakin mendekat. "Ya. Mereka sedang mengumpulkan kekuatan. Mungkin ini adalah bagian dari apa yang kita hadapi—sesuatu yang bahkan lebih kuat dari bayangan itu."
Mereka berdua berdiri, melihat semakin banyak bayangan yang bergerak, menyelimuti seluruh desa di sekitarnya. Rasa takut yang mereka rasakan bukan hanya karena jumlah mereka, tetapi karena mereka tahu, ini adalah awal dari sesuatu yang lebih besar, dan dunia mereka tidak akan pernah sama lagi.
Namun, sebelum mereka sempat bertindak, suara keras terdengar di belakang mereka. Suara langkah kaki yang berat dan cepat, seperti sesuatu yang tidak dapat dihentikan. Mereka berbalik, dan di sana, berdiri sosok yang tidak asing bagi Arvid, seorang penyihir yang dulu pernah mereka hadapi, namun kali ini dia tampak berbeda. Wajahnya lebih pucat, matanya lebih tajam, dan di tangan kanannya, ada sebuah orb hitam yang berkilauan dengan cahaya jahat.
"Seperti yang aku katakan sebelumnya," suara penyihir itu terdengar penuh kekuatan. "Kegelapan ini akan kembali. Dan kali ini, kalian tidak akan bisa melarikan diri."
Arvid dan Lina saling berpandangan. Mereka tahu ini adalah saat yang menentukan. Mereka tidak bisa lagi menghindar. Kegelapan yang selama ini mereka takuti akhirnya tiba, dan sekarang, mereka harus memutuskan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.
Apakah mereka akan berani menghadapi kekuatan yang begitu besar? Ataukah mereka akan mundur dan melarikan diri, mencoba mencari jalan lain untuk bertahan hidup? Apa yang akan terjadi pada dunia yang terpecah ini?
Bayangan menguasai dunia dan kegelapan mengancam untuk menelan segalanya, Arvid dan Lina harus memilih—berperang atau menyerah? Ketika takdir sudah ditulis dalam bayang-bayang, apakah mereka bisa mengubahnya?
**
Saat penyihir itu melangkah lebih dekat, suasana sekitar mereka semakin berat. Setiap langkah yang diambilnya seakan mengguncang tanah di bawahnya, seperti memanggil kekuatan yang lebih dalam dari dunia ini. Arvid merasakan hawa dingin yang mencekam, seolah dunia di sekitar mereka mulai mati perlahan-lahan, ditelan oleh kegelapan yang semakin menguasai.
Lina menggenggam tangan Arvid dengan erat, seperti ingin memberi kekuatan padanya, tetapi ia tahu bahwa kekuatan ini bukanlah sesuatu yang bisa mereka atasi dengan mudah. Penyihir itu menatap mereka dengan tatapan tajam, seperti ada sesuatu yang lebih besar yang sedang ia rencanakan. Sesuatu yang jauh melampaui apa yang pernah mereka bayangkan.
"Kalian pikir kalian sudah mengalahkan kegelapan?" kata penyihir itu, suaranya seakan menggetarkan seluruh udara di sekitar mereka. "Kalian hanya membuka gerbang bagi yang lebih besar. Dunia ini tidak akan bisa selamat."
Arvid menegakkan tubuhnya, berusaha melawan rasa takut yang mulai merayapi dirinya. "Kami tidak akan membiarkan dunia ini hancur," jawabnya, suaranya penuh keyakinan, meskipun hatinya merasa terancam.
Penyihir itu tertawa sinis. "Keyakinanmu tidak berarti apa-apa. Kegelapan ini sudah ada lebih lama dari yang kalian kira. Aku hanyalah alat untuk membawanya kembali, untuk menghidupkannya lagi."
Lina merasakan kehadiran sesuatu yang mengancam, kekuatan yang hampir tidak bisa ia pahami. "Apa yang kamu rencanakan, penyihir?" tanyanya, suaranya dipenuhi kecemasan.
Penyihir itu tidak menjawab, melainkan mengangkat orb hitam di tangannya. Saat orb itu bersinar, dunia di sekitar mereka berubah. Tanah mulai retak, langit berubah menjadi gelap pekat, dan suara gemuruh terdengar dari segala arah, seperti ada sesuatu yang sangat besar bangkit dari kedalamannya. Arvid dan Lina bisa merasakan kekuatan jahat yang membanjiri seluruh tempat itu, membuat setiap inci tubuh mereka terasa seperti tertekan oleh beban tak terlihat.
"Ini saatnya," kata penyihir itu dengan suara yang begitu penuh kekuatan, seolah dirinya adalah penguasa segalanya. "Kegelapan ini akan menelan dunia. Kalian hanya makhluk kecil yang tak bisa menghadapinya."
Arvid menggigit bibirnya, berusaha untuk tetap tenang. "Kau salah," katanya dengan suara penuh tekad. "Kami mungkin tidak tahu semua jawaban, tapi kami tidak akan membiarkan dunia ini hancur."
Dengan satu gerakan cepat, Arvid menarik pedangnya dari sisi, dan Lina mengikuti dengan mengangkat tangannya, sihirnya mulai berputar di udara, menciptakan cahaya yang bersinar terang, mencoba menahan kegelapan yang mulai menguasai tempat itu. Namun, kekuatan penyihir itu jauh lebih besar dari yang mereka duga. Orb hitam itu semakin bersinar terang, seolah ingin menelan mereka dalam kegelapannya.
"Tidak ada yang bisa melawan takdir ini," ujar penyihir itu, kali ini suaranya penuh keangkuhan. "Kalian hanya akan menjadi bagian dari kehancuran ini."
Tiba-tiba, sebuah ledakan hebat mengguncang seluruh area. Arvid dan Lina terpelanting ke belakang, tubuh mereka dihantam oleh gelombang kekuatan yang tak terbayangkan. Ketika mereka kembali berdiri, mereka melihat sesuatu yang tidak mereka harapkan—sebuah bayangan besar, yang sepertinya datang dari kedalaman kegelapan itu, perlahan mulai terbentuk di hadapan mereka.
Bayangan itu bukanlah makhluk biasa. Tubuhnya gelap, seperti terbuat dari asap pekat yang bergerak tanpa bentuk. Namun, Arvid dan Lina tahu, ini adalah wujud dari kekuatan yang telah lama menunggu untuk bangkit. Wujud ini adalah kegelapan itu sendiri, yang tidak hanya ada di dalam hati manusia, tetapi juga tersembunyi di dalam setiap sudut dunia yang terpecah ini.
"Kalian tidak akan bisa menghentikan kami," suara itu bergema di udara, keluar dari mulut bayangan yang semakin membesar. "Kami adalah bagian dari dunia ini. Kami adalah kegelapan yang menguasai semuanya."
Lina menggenggam tangan Arvid lebih erat, ketakutan mulai menyelimuti dirinya. "Apa yang bisa kita lakukan?" bisiknya.
Arvid menatap bayangan itu dengan tekad yang semakin kuat. "Kita tidak bisa membiarkan ini menang," jawabnya dengan penuh keyakinan. "Aku akan melawan, bahkan jika itu berarti harus berhadapan dengan kegelapan yang paling dalam sekalipun."
Namun, sebelum mereka bisa mengambil langkah lebih lanjut, bayangan itu mulai bergerak cepat, menyerang dengan kekuatan yang mengerikan. Arvid dan Lina terpaksa menghindar, melompat ke samping, dan secepatnya berusaha untuk mengatur pertahanan mereka. Tetapi setiap serangan yang datang, terasa lebih kuat dari yang sebelumnya.
Penyihir itu berdiri di belakang bayangan, tersenyum dengan senyuman yang penuh kemenangan. "Kalian sudah kalah. Tidak ada yang bisa melawan kegelapan ini."
Arvid merasakan cahaya biru dari cincin di jarinya mulai berdenyut lebih cepat, tetapi kali ini, ia merasa ada sesuatu yang berubah dalam dirinya. Kekuatan itu bukan lagi hanya miliknya, itu adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang bisa ia gunakan untuk melawan kegelapan itu.
Dengan kekuatan yang tersisa, Arvid memusatkan perhatian pada cincin itu, dan saat cahaya biru kehijauan itu bersinar lebih terang dari sebelumnya, sebuah ledakan energi besar tercipta dari dalam dirinya. Cahaya itu membelah kegelapan, menciptakan celah di antara bayangan yang semakin membesar.
Namun, bayangan itu tidak mundur. Sebaliknya, ia semakin menggulung diri, semakin mendalam, seakan mencoba menelan cahaya itu dengan semua kekuatan yang ada. Arvid dan Lina tahu jika ini adalah pertempuran terakhir. Satu-satunya jalan untuk bertahan adalah menghadapi kegelapan dengan segenap kekuatan yang mereka miliki.
Dunia yang semakin terpecah dan bayangan kegelapan yang semakin menguasai, apakah Arvid dan Lina bisa menemukan cara untuk menghancurkan kegelapan yang lebih besar ini? Ataukah mereka akan menjadi bagian dari dunia yang hancur dalam bayangannya?
**