—4 juni—
Helaan napas terdengar dari mulut.
"Haa..."
Tachibana Hayase—duduk di kursi empuk di ruang pribadinya, yaitu adalah Kantor Tachibana Hayase. Ia menyilangkan kedua kakinya, tangan kanannya mengepal menahan kepala agar tidak jatuh.
Ia menatap keluar jendela, memandang langit biru yang cerah dengan awan yang bergerak pelan.
Pintu terbuka secara cepat, masuk seorang wanita.
"Yo Halo, Tachibana Hayase—chan!!"
Sapaannya yang begitu besar dan ceria, Berambut Ungu, berkacamata bundar, memakai pakaian jas pink pudar dan memakai rok yang panjang sampai kaki ala-ala seorang maid lengkap dengan bando kucing di kepalanya.
Ialah guru dari kelas Nathan, Bu Miyamura Sana.
"Bu Miyamura?"
Ia melangkah mendekat ke meja dengan ditangannya yang membawa secangkir teh hangat sebelum berhenti di depan meja Tachibana.
"Kamu tidak apa-apa, Tachibana Hayase—chan? Wajahmu nampak seperti memikirkan sesuatu."
"Sudah tiga hari semenjak Isurugi pergi dari akademi. Mungkin sekarang mereka masih berada di perjalanan atau sudah sampai di Kasia."
Senyuman tenang terpampang di wajahnya. Kemudian, Bu Miyamura meletakkan secangkir teh hangat di atas meja dengan hati-hati sambil melontarkan pertanyaan.
"Jadi? Apa yang harus dipikirkan?"
"Bukan. Aku tidak memikirkan mengenai Isurugi Nathankato, dia pasti baik-baik saja disana. Aku hanya sedang merancang sesuatu di otakku mengenai robot yang akan di buat di sekolah ini."
Bu Miyamura nampak mengerti dengan perkataan terakhir Tachibana barusan, Bersamaan dengan matanya yang menutup dan mulutnya yang terbuka untuk ngomong.
Lalu ia membuka kembali matanya. Kemudian bertanya sambil memiringkan kepalanya.
"Ohh.. begitu ya. Ngomong-ngomong soal Isurugi—kun... Kenapa Tachibana—chan mengirimnya ke Divisi?"
Tachibana mendesah lalu menjelaskan alasannya.
"Haa... Karena Miracle."
"Miracle?"
"Diver milik Nathan yang ia bangkitkan beberapa hari lalu saat ia melawan Lava Revolt."
"Oh.."
"Miracle memiliki kemampuan yang unik dibanding Diver lain. Terlihat ketika Nathan memanggilnya, Diver-nya tidak langsung memberi senjata pada penggunanya, melainkan harus menggunakan Unimagica: Creation Untuk menciptakan senjata."
"Itu berarti..."
"Benar. Miracle tidak terpaku pada satu senjata saja, karena ia adalah Diver bertipe Penyihir yang bergantung pada sihir. Jadi aku mengirimnya untuk ke divisi agar bisa meningkatkan kemampuan miracle."
Bu Miyamura masih tersenyum tenang yang ramah, beserta mengerti dengan perkataan dari Tachibana barusan.
Tapi pikirannya tidak sesantai senyumannya.
"Begitu ya. Tapi entah kenapa aku merasa bahwa perkataanmu dengan pikiran mu itu berbeda ya."
Mendengar itu, Tachibana tersenyum tipis, matanya setengah tertutup dengan melirik dari samping.
"Yah Bu Miyamura bisa mengatakannya lagi sih."
Bu Miyamura tertawa kecil.
"Fufufu~"
———
"—Bagaimana perkembangannya?"
Tachibana—miyamura berjalan memasuki bridge dan menanyakan hal tersebut.
Disana sudah ada seorang profesor yang sudah menunggu kedatangan mereka berdua di bridge, ia berdiri di dekat kursi yang masih kosong milik Kapten—Hayase.
Layaknya profesor seperti biasa, menggunakan setelan jas putih dengan kemeja hitam dan dasi biru.
"Ketua"
Hayase—melangkah mendekati kursi, lalu ia pun Hayase duduk di kursi kaptennya. Sedangkan Bu Miyamura berdiri di samping kursi Hayase, lalu Hayase meminta kepada profesor itu.
"Lupakan salamnya dan Jelaskan situasinya."
"Siap. NR—C sedang dalam tahap pengembangan."
"NR-C?"
"Begitulah kira-kira."
NR-C, Neutron Revolt Canceller.
Robot yang diprogram untuk melindungi akademi, membinasakan Revolt, namun masih dalam tahap pengembangan.
Dengan kata lain—jika Nathan, Samasaki ataupun Divisi tidak bisa melawan Revolt untuk beberapa waktu, maka NR-C lah yang akan datang.
"—Kami akan pastikan bahwa NR-C akan segera siap digunakan dalam kurun waktu dua hari lagi. Sekarang hanya tinggal membereskan program dan senjatanya saja."
"Baiklah, perlihatkan tampilannya."
Atas kata-kata sang komandan atau kapten, rekaman real-time ditampilkan pada monitor raksasa di bridge.
NR-C berdiri di tengah dengan kabel-kabel yang menyeluruh ke tubuhnya. NR-C memiliki tinggi sekitar 5 meter cukup besar tapi tetap lincah untuk pertempuran di lingkungan akademi. Memiliki aksen biru neon dan putih metalik, mencerminkan desain futuristik yang elegan.
Bentuk humanoid, memiliki struktur tubuh yang proporsional dan berotot mekanis.
Pelat armor berbasis logam komposit anti-Revolt. Memiliki pipa pendingin berwarna biru di beberapa bagian tubuh untuk mendukung kestabilan energi.
Kepala memiliki bentuk helm bersegi dengan visor horizontal biru, Punggungnya memiliki thruster kecil untuk mobilitas tinggi dalam pertarungan.
"Woah..!"
"Seperti yang anda lihat, NR-C akan menjadi robot yang berguna kedepannya. Pelat armor-nya berbasis logam yang bisa menahan serangan dari Revolt."
"Tetapi, yang kurang hanyalah, jika ia terkena serangan dari Diver, itu akan menjadi masalah besar."
"Kenapa begitu?"
"Karena armor-nya itu dikhususkan untuk menahan serangan Revolt bukan Diver. Masalah terberatnya bisa menyebabkan malfungsi."
"..."
Setelah terdiam beberapa saat, Hayase bertanya kembali pada profesor.
"Apakah ada cara untuk menyelesaikan masalah tersebut?"
".... Apakah arsip dari ketiga Revolt yang sudah ada masih disimpan?"
Hayase sadar akan sesuatu, mengerti dengan apa yang ditanyakan oleh profesor itu. "ah" dia membuat suara pendek.
"Arsip-arsip itu berada di pulau seleksi kecuali satu. Begitu ya. Yah kita bisa tunggu dulu kabar dari divisi di pulau seleksi."
Disela-sela pembicaraan, suara muncul di console yang mengejutkan wanita yang memegang console tersebut.
Dengan keras, ia memberitahu sesuatu yang sangat besar pada Hayase.
"Ketua, Revolt dengan jumlah yang banyak muncul di kota!"
"Apa?! Perlihatkan tampilannya!"
"Baik!"
Atas kata-kata sang komandan atau kapten, rekaman real-time ditampilkan pada monitor raksasa di bridge.
Ditengah kota, beberapa Revolt berkeliaran liar di setiap tempat, mengacau dan menyerang semua orang. Semua orang lari ketakutan menjauh dari serangan Revolt-revolt itu. Dari monitor juga memperlihatkan seseorang yang berjalan searah dengan para Revolt—ialah Kanuzaki Shinjiro, Pemimpin Kultus Azi dahaka.
Ia menoleh kearah Cctv, mengarahkan pistol yang ia bawa, menekan pelatuknya dan menembakkan peluru kearah cctv hingga salurannya nge-crash.
"Pria itu..."
"Beritahu pada para penjaga untuk memprioritaskan keselamatan warga, dan bimbing mereka ke shelter khusus! Tidak hanya warga, beritahu semua siswa di Akademi untuk berlindung ke shelter yang sama!"
Samasaki sedang berjalan di koridor sekolah tapi tiba-tiba...
—Saat itulah...
UUUUUUUuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu—————
"Huh!?"
Jendela-jendela di ruangan kelas bergemeretak diiringi suara sirene yang tidak enak didengar yang bergaung di seluruh jalanan.
"Ap-Apa yang terjadi?"
Samasaki membuka jendela dan melihat keluar. Dikejutkan oleh bunyi sirene tersebut, burung-burung gagak yang tak terhitung jumlahnya terbang ke langit.
Murid-murid yang tinggal di ruangan kelas semuanya menghentikan pembicaraan mereka dan menatap, dengan mata terbelalak.
Mengikuti sirene tersebut, suara mekanis yang memiliki jeda setelah setiap kata, mungkin agar lebih mudah dimengerti, berbunyi.
"Ini bukan, latihan. Ini bukan, latihan. Revolt, telah terdeteksi. Diperkirakan, terjadinya, penyerangan dari Revolt. Penduduk sekitar, harap bergerak, ke shelter terdekat, secepatnya. Diulang kembali—"
Seketika itu, ruangan yang diam membatu terisi dengan suara terkejut para murid.
—Peringatan penyerangan dari Revolt.
Secepat mungkin namun tanpa berlari, mereka meninggalkan ruangan kelas.
Koridor telah dipenuhi murid-murid, yang sedang membentuk barisan menuju shelter.
Samasaki berlari di pinggir jalan kota. Ternyata Rezon sudah mengikutinya dari awal.
"Samasaki...!"
"Tsurugi...?! Kenapa kau ada disini...?!"
"Nathan, dia mengirimkan sebuah surat, yang dimana ia memintaku untuk menggantikannya selagi ia pergi! Karena itulah gua ada disini!"
"Baiklah..!"
Kanuzaki berjalan di jalan-jalan kota dengan Revolt-revolt yang mengacau di area sekitar, Langkahnya berhenti seketika setelah diteriaki oleh seseorang dari belakang.
"Hei kau berhenti!"
Polisi, dengan memegang senjata mereka, pistol serta pedang, datang mendekat dari belakang menuju pria yang ada dihadapan mereka. Tetapi selanjutnya, tidak hanya polisi, beberapa orang berjirah besi memegang pedang dengan erat juga menghampiri.
Kemudian berhenti, nampaknya mencoba untuk menggunakan cara alami untuk mengatasi masalah sebelum kekerasan—berbicara.
"Diam disana, angkat tangan dan serahkan dirimu!"
Kanuzaki tidak goyah hanya karena diteriaki oleh polisi, kemudian ia berbicara dengan suara yang cukup keras agar suaranya terdengar di jarak yang jauh.
"Bukannya lebih baik jika kalian memprioritaskan Revolt-revolt terlebih dahulu?
Secara tiba-tiba, muncul Revolt yang banyak dari samping kiri dan kanan, yang mengelilingi mereka. Bahkan menyerbu dengan liar kearahnya.
Semua orang kecuali Kanuzaki disana terkejut bukan main, kemudian menembakkan peluru dari pistol mereka. Para kesatria bersiap siaga untuk menyerang.
Namun, sebelum itu, para Revolt sudah menyerang dengan membabi buta.
Suara tembakan, suara tabrakan logam antar logam terdengar di kuping Kanuzaki. Itu tidak menggoyahkannya.
Kanuzaki berdiri sambil berbicara kepada mereka yang di serang.
"Mengirim semua pasukan hanya untuk menangkap satu orang, Cara yang kejam sekali. Galar, kerajaan yang mendanai akademi di pulau ini untuk menghadapi Revolt.
"Kemana mereka sekarang? Bukannya para siswa di akademi diharuskan untuk melawan Revolt?"
Tiba-tiba satu kata terdengar di kupingnya dengan cukup keras.
"Disini!"
Kanuzaki menoleh kebelakang, melihat dua orang yang ia bicarakan, murid akademi, datang kearahnya.
Mereka adalah Tsurugi Rezon dan Samasaki Sarasa.
"Oh.."ucap Kanuzaki. Dengan terkesan melihat mereka datang hanya berdua.
Mereka teriak, menyerukan nama diver mereka dengan keras sambil berlari.
"Saga!"
"Faith!"
Partikel-partikel biru muncul, mengelilingi seluruh tubuh Rezon, menciptakan sebuah pedang besar berwarna perak dengan bola hijau neon di atas gagangnya.
Disertai, Partikel-partikel merah indah yang berterbangan di udara, membuat tubuh makhluk alias Diver milik Samasaki: Faith. Kemudian, Faith menciptakan senjata pedang api yang digenggam oleh Samasaki.
Mereka kemudian menerjang maju ke depan.
Rezon melangkah maju, matanya memancarkan keteguhan saat ia mencengkeram pedangnya dengan erat. Dalam satu ayunan tegas, bilahnya membelah udara, menghantam para Revolt yang menghadang jalannya. Percikan api meledak dari setiap benturan, menyala seperti kembang api di tengah pertempuran.
Di sisi lain, Samasaki melesat bagaikan bayangan merah yang membara. Pedangnya, yang diselimuti api menyala-nyala, meninggalkan jejak kobaran di setiap tebasannya. Setiap gerakan yang ia lakukan terasa bertenaga—panas, cepat, dan mematikan.
Saat keduanya bertarung berdampingan, dentingan logam yang berbenturan menggema di udara, berpadu dengan suara ledakan kecil dari percikan yang beterbangan. Cahaya merah dan emas berkilauan dalam gelapnya medan pertempuran.
"Tsurugi, pergilah! Aku akan membereskan yang disini!"
"Baiklah! Aku mengandalkanmu!"
Rezon berlari kearah pria yang ia targetkan sekarang, meninggalkan Samasaki dibelakang yang sedang mengurus para Revolt yang menyerang.
Kemudian berhenti di hadapannya.