Chapter 6 —Nambah satu lagi lawan tangguh ya

Di dalam sejarah, tidak pernah tercatat bahwa satu orang yang dapat mengalahkan satu pulau sendirian.

Bahkan dalam perang sekalipun, belum pernah terjadi bahwa satu orang dapat melawan seratus atau lebih pasukan seorang diri.

Karena itulah ini adalah momen yang cukup langka terjadi.

Tapi itu bukanlah hal yang harus di puji, justru sebaliknya. Sesuatu seperti itu tidak disukai oleh Nathan bahkan semua orang.

Namun Orion melakukannya, di pulau seleksi, ia melawan semua anggota divisi karena sudah di cap sebagai penjahat akibat mencuri arsip-arsip yang rahasia tersimpan di pulau seleksi.

Meski begitu, Nathan mencoba untuk menahan serangan dari Orion yang membabi buta hingga terjadi pertarungan sengit antara kedua belah pihak.

Yang berakhir dengan Nathan yang mati setelah semua Animanya habis dan ia kehilangan satu life pointnya.

Orion itu, masih berdiri kokoh untuk menghalangi jalan mereka berdua. Dengan Nathan yang masih menatapnya sambil memiliki rasa tidak terlalu percaya diri.

Pundaknya tiba-tiba di pegang oleh Rezon secara spontan, itu cukup mengagetkan Nathan.

“Nathan, Biar gua yang hadapin dia. Elu urus aja Revolt itu.”

“Hah? Lu serius? Dia lawan yang berat loh. Gua aja kehilangan satu life point.”

Sambil tersenyum tipis kepada Nathan, Rezon berkata dengan santai.

“Tenang saja.”

Nathan mengiyakan permintaan dari temannya itu.

“Baiklah. Ku serahkan padamu.”

“Ya!”

Setelah perbincangan singkat itu, Rezon menyerukan nama diver miliknya, Saga.

Sambil diakhiri dengan menyebut nama dari pedang Rezon yang biasa ia pakai.

“Saga! Saga CoreBlade!”

Partikel-partikel biru muncul, mengelilingi seluruh tubuh Rezon, menciptakan sebuah pedang besar berwarna perak dengan bola hijau neon di atas gagangnya: Saga CoreBlade.

Seakan memiliki pemikiran yang sama, keduanya seperti berhubungan dalam pikiran saat akan memulai tindakan. Nathan serta Rezon menggenggam erat Saga CoreBlade mereka masing-masing.

Lalu Nathan mengangkat Saga CoreBladenya ke kiri bawah, sedangkan Rezon mengangkat Saga CoreBladenya ke arah kanan atas.

Kedua Saga CoreBladenya bercahaya hijau yang terang. Angin-angin di sekitar mereka berdua menjadi tak santai.

Kemudian, dengan cepat Nathan dan Rezon mengayunkan Saga CoreBladenya, menciptakan tebasan cahaya berwarna hijau yang membelah tanah di antara mereka.

Orion yang melihat itu, segera menggerakkan kapaknya kedepan, mencoba menghancurkan tebasan cahaya yang terarah padanya.

Kapaknya bersentuhan dengan tebasan cahaya hijau itu, menyebabkan sebuah kilatan cahaya putih menyilaukan meledak seketika, membakar pandangan siapa pun yang melihat ke arahnya.

Semburan api oranye melahap udara, menari liar seperti naga yang lepas kendali.

Kemudian, Asap pekat membumbung cukup tinggi, membungkus area sekitar. Tanah cukup bergetar, seolah menjerit di bawah kaki mereka, Ledakan itu mengguncang udara.

Orion menutupi wajahnya, baju serta rambutnya bergerak cepat akibat tiupan angin kencang setelah ledakan tersebut.

“...!?”

Asap pekat itu mulai mereda, menghilang ditelan oleh udara.

Orion melihat ke depan, melihat Rezon yang masih berdiri dengan wajah yang nampak serius memperhatikan.

Tapi ada satu hal yang janggal, Nathan yang tadi berada di dekatnya sudah menghilang dari tempat ia berdiri saat melakukan serangan yang cukup kuat kearahnya.

“....”

Sekejap, Orion menyadari sesuatu yang janggal itu.

“Tunggu?! Jangan-jangan....?!”

Ia dengan cepat menoleh kebelakang, dan benar dengan apa yang janggal.

— Dengan kaki yang berpijak pada bebatuan yang cukup besar yang melayang di udara, Nathan berlari dengan arah tujuan yang menuju ke arah Synthosizer Revolt. Dengan membawa Saga CoreBlade yang ia genggam.

Orion mencoba untuk bergerak lari untuk mengejar Nathan—

Tetapi sebuah kilatan hijau tiba-tiba melesat dengan cepat kearah depan dari Orion.

Sontak cukup membuatnya terkejut bukan main.

“...?!”

Kilatan hijau itu adalah Rezon, ia bergerak dengan kecepatan yang tidak terlihat oleh mata manusia, sehingga Rezon dapat menyelaraskan jarak antara dirinya dan lawannya dalam waktu singkat.

Kini, Rezon berada di ujung tebing, seperti membalikkan posisi dari ia dan Orion tadi.

“Cepat juga ya.” ucap Orion.

“Ya. Jika kekuatan dan kecepatan menjadi satu, apakah itu akan menjadi bagus?”

Berbarengan dengan yang ia katakan, Rezon bergerak cepat bagaikan sebuah kilatan hijau, ia muncul berada di depan Orion—kemudian, Rezon melayangkan ayunan pedangnya kearah Orion.

Tapi dengan lincah serta cepat, Orion menggerakkan kapaknya kedepan untuk mencoba menahan serangan langsung dari lawannya.

CLANG!

Kedua senjata berbenturan di udara, menciptakan sebuah percikan api di antara kedua senjata.

Pada momen selanjutnya, dengan presisi yang tinggi, Nathan berlari sambil kakinya terus berpijak ke tumpuan bebatuan besar agar bisa terus berlari menuju ke Synthosizer.

Synthosizer menyadari adanya keberadaan dari Nathan yang mendekat ke padanya.

“Satu tikus telah datang ke mari.”

Nathan terus berlari hingga akhirnya mencapai batu yang besar untuk berhenti.

Setelah dirinya sampai di depan Revolt itu, tanpa banyak basa-basi, Nathan melompat ke atas dan mengayunkan Saga CoreBladenya kearah Synthosizer Revolt.

Tapi dalam sekejap tubuhnya menghilang dari tempat ia melayang. Sontak membuat Nathan terkejut, ayunan Saga CoreBladenya akhirnya tidak mengenai apa-apa.

“Apa...?!”

Akibat itu, Nathan pun dengan refleks menginjak batu yang ada di dekatnya untuk berdiri.

Lalu memperhatikan ke sekeliling, untuk mencoba melihat kemana Synthosizer Revolt itu pergi.

Nathan menyadari akan sesuatu, segera mungkin ia mendongak keatas, seketika sebuah serangan mengenai Nathan hingga membuat ledakan dan angin yang cukup besar.

Batu-batu jatuh dari asap tebal.

Synthosizer Revolt melompat untuk keluar dari asap tebal itu dan terbang melayang sambil melihat asap tebal yang kemudian perlahan menghilang.

Menunjukkan Nathan yang sudah sangat terluka dan cukup memprihatinkan.

Seperti darah yang terus mengalir dari kepala bagian kiri ke tangan kirinya, dan bagian-bagian lain yang juga terluka akibat serangannya—ia terengah-engah sambil menahan rasa sakit yang ditimbulkan.

“Rasa sakitnya cukup menyakitkan bukan, Anak muda?”

Nathan hanya menatap Synthosizer Revolt.

“Karena itulah, rasa yang menyakitkan itu akan hilang setelah dunia dihancurkan.”

“Hah...?”

“Membuat dunia baru. Setiap Revolt dari saat pertama kali diciptakan... Menginginkan kedamaian tanpa ada kekerasan dan dominasi.”

Dengan masih terengah-engah, Nathan menjawab dengan cukup lantang.

“Bukannya... Yang membuat dunia menjadi seperti itu adalah Revolt?”

“Apa?”

“Aku tahu bahwa manusia yang membuat sebuah dunia kedamaian menjadi dunia kekerasan dan dominasi. Tapi.. kau seharusnya juga berkata seperti itu pada bangsa Revolt yang lain.

“Karena... Revolt jugalah yang menginginkan kedamaian melalui kekerasan dan dominasi itu!”

Mendengar itu, membuat Synthosizer Revolt tampak sedikit kesal.

“Apa?”

Melihat itu, Nathan melanjutkan perkataannya.

“Kami para manusia... Bisa saja menyelesaikan masalah dengan kekerasan, tetapi, jika masih ada cara untuk berbicara sebelum bertindak, cara itu mungkin bisa masuk akal.

“Namun terkadang... Cara itulah yang menyebabkan masalah yang sesungguhnya.”

Seperti mendapatkan kesempatan untuk berargumen, Synthosizer, berbicara kepada lawannya dengan tegas.

“Karena itulah, kekerasan dan dominasi diperlukan demi dunia tanpa adanya kesedihan dan masalah!”

Namun, Nathan mencoba untuk menahan perkataan tegas dari Synthosizer Revolt dengan berkata yang cukup untuk membantah perkataan lawannya tersebut.

“Namun faktanya manusia membutuhkan masalah untuk berkembang!”

Seketika Synthosizer berhenti berkata-kata dna terdiam sejenak.

“...”

“Jika kedamaian ada, namun tanpa adanya masalah... Akan jadi apa manusia selanjutnya? Hidupnya menjadi enak, damai, tanpa adanya perang serta kesedihan.”

Synthosizer Revolt masih terdiam mematung dengan mendengarkan ocehan Nathan yang membantah sesuatu yang ia katakan barusan.

Mengenai dunia tanpa adanya kekerasan dan dominasi, dunia aman, nyaman dan damai.

Kemudian, Nathan melanjutkan argumen yang logis kepada lawannya.

“Manusia memerlukan proses untuk berkembang dari yang seharusnya. Jika diam di satu tempat saja, Apa yang akan terjadi di masa depan...?

“Hancur. Itu sama saja bukan?

“Masalah pasti akan ada dan datang di setiap orang yang hidup. Tidak peduli mau ke manapun itu... Masalah harus diselesaikan dengan cara mereka sendiri...

“Tidak hanya Revolt yang menginginkan kedamaian dan kebahagiaan... Manusia juga adalah makhluk dengan pemikiran yang sama.”

Setelah Nathan beres, langkah selanjutnya dari Synthosizer Revolt mengejutkan Nathan.

“Apa yang kau katakan mungkin benar... Sayangnya, argumen seperti itu tidak dapat digunakan oleh seorang Revolt.”

Dalam momen ini, lawan dari Nathan memiliki banyak kesempatan, dan Synthosizer Revolt tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang banyak tersebut.

Revolt itu melesat terbang dengan kecepatan yang luar biasa untuk menjangkau Nathan, ia mengarahkan hunusan cakarnya ke musuhnya, Nathan terkejut akan hal itu.

“...!”

Nathan mengangkat Saga CoreBladenya untuk melindunginya sekaligus mencoba menangkisnya.

“...!?”

Tubuh Nathan terhempas ke belakang, melayang di udara seolah tanpa gravitasi.

Rezon dan Orion yang masih bertarung di tebing, melihat Nathan yang terhempas itu.

“Nathan!”

“Kau seharusnya, fokus dengan lawanmu!”

Orion berbicara berbarengan dengan ia yang mengayunkan kapaknya untuk menyerang Rezon, hingga membelah angin yang ada didepannya.

Namun, Rezon yang teralihkan, mencoba untuk fokus kembali dengan menangkis tebasan kapak besar Orion menggunakan Saga CoreBladenya.

Nathan terhempas atau melayang melewati Rezon dan Orion itu, sebelum akhirnya menghantam sebuah pohon dengan keras, menciptakan jejak gesekan di permukaan tanah.

Debu dan pecahan kecil beterbangan mengikuti lintasan tubuhnya, sementara suara benturan menggema di sekeliling tempat.

Didalam debu-debu itu, Nathan mencoba untuk berdiri meski sekarang ia dalam posisi seperti berlutut akibat terkena serangan yang kuat dari Revolt sintesis itu.

Saga CoreBladenya tertancap di tanah depannya sambil Nathan yang masih memegang senjatanya itu, namun terlihat seperti ingin melepasnya dari genggaman tangan.

Kemeja hitam yang ia pakai akhirnya mengalami dampak dari pertarungan, robek robek akibat serangan barusan.

Kemudian, akibat ia yang terluka cukup berat, darah mengalir dari kepalanya, membasahi bagian kiri wajahnya dengan darah merah yang pekat.

Pada saat itulah — Batu Anima yang disimpan di saku celananya retak dan pecah secara bersamaan, melepaskan semburan partikel kecil berwarna biru yang berputar liar di sekeliling tubuhnya, menyembuhkan semua luka tadi.

Lalu Nathan kembali berdiri sambil melihat Synthosizer Revolt yang masih melayang, Nathan melihatnya dari kejauhan.

Nathan kemudian teringat dengan perkataan dari profesor di bridge.

———

— Di bridge, Profesor menjelaskan tentang Synthosizer Revolt kepada Nathan.

“Synthosizer Revolt tidak dapat di sentuh olehmu, tetapi jika kau memiliki senjata yang dapat menyentuh eksistensi yang lebih tinggi, maka kau bisa mengalahkannya.

“Dia adalah perwujudan kehampaan jiwa dari ketiga Revolt yang sudah ada di dalam tubuhnya, dengan dimensinya lebih dari hanya sekedar tiga dimensi saja. Informasi, data, konsep, jiwa. Ia tidak memiliki itu semua.

“Tidak bisa disentuh jika hanya dengan bermodalkan kekuatan saja. Seperti yang sudah saya bilang barusan, diperlukan kekuatan yang sama dengan Revolt ini.

“Sebuah senjata yang dapat melakukan interaksi dengan sesuatu yang hampa.”

———