Xiao Shao dan Ling mendayung sekoci mereka dengan napas terengah-engah, mata tertuju pada cahaya keemasan yang memancar dari Pulau Abadi. Udara di sekitar pulau terasa berbeda—penuh dengan energi magis yang begitu murni hingga seolah setiap tarikan napas mengisi tubuh mereka dengan kekuatan baru. Namun, di balik keindahannya, ada getaran misterius yang mengisyaratkan bahaya tersembunyi.
**Pertemuan dengan Kapten Liang**
Begitu menginjak pantai berpasir kristal, mereka melihat jejak kaki menuju hutan lebat di tengah pulau. Di kejauhan, suara Kapten Liang dan anak buahnya terdengar memecah kesunyian.
"Kita harus mengambil kembali Tanduk Naga Emas," bisik Xiao Shao, matanya menyala tekad.
Mereka menyusuri jalan setapak yang dipenuhi tumbuhan aneh—bunga-bunga berpendar dalam gelap, pohon dengan daun seperti pisau, dan akar-akar yang bergerak sendiri menghalangi jalan. Tiba-tiba, seekor **Naga Terbang** berwarna perak—makhluk langka yang diyakini sebagai penjaga Pulau Abadi—menukik dari langit, menyemburkan api biru ke arah mereka.
"Lari!" teriak Ling, menarik Xiao Shao ke balik batu besar.
Naga itu mengaum, tetapi tiba-tiba terdengar suara Tanduk Naga Emas ditiup dari arah berlawanan. Naga Terbang itu menghentikan serangan dan terbang menjauh, seolah tunduk pada kekuatan tanduk.
"Liang menggunakan tanduk itu untuk mengontrol makhluk di sini," geram Xiao Shao.
**Perburuan di Hutan Magis**
Mereka akhirnya menemukan Kapten Liang di sebuah lapangan terbuka, dikelilingi oleh tiga monolit batu bertuliskan mantra kuno. Liang sedang mencoba memecahkan segel sebuah pintu gerbang batu yang tertutup oleh vegetasi.
"Berhenti, Liang!" teriak Xiao Shao.
Liang berbalik, wajahnya dipenuhi kegilaan. "Kalian pikir bisa menghentikanku? Dengan Tanduk Naga Emas, aku akan menguasai kekuatan Pulau Abadi!"
Dia meniup tanduk itu, memanggil kawanan **Serigala Bayangan**—makhluk berbulu hitam dengan mata merah—dari dalam hutan. Pertarungan sengit pun terjadi. Ling melompat ke udara, menghujam pedangnya ke jantung serigala terdepan, sementara Xiao Shao menggunakan jurus naga untuk menciptakan perisai energi.
"Tanduk itu bukan milikmu!" teriak Xiao Shao, mencoba merebutnya.
Tapi Liang terlalu licik. Dia mengarahkan tanduk ke tanah, memicu gempa yang membuat celah besar muncul di bawah kaki mereka. Xiao Shao dan Ling nyaris terjatuh, tetapi mereka berhasil memanjat tepi celah itu. Liang dan anak buahnya kabur ke dalam gerbang batu yang kini terbuka.
**Gua Reruntuhan Naga Kuno**
Xiao Shao dan Ling memasuki gerbang itu, menemukan diri mereka di dalam gua raksasa yang dipenuhi mural naga purba. Di tengah gua, terdapat **Pohon Keabadian**—sebuah pohon raksasa dengan batang berwarna emas dan buah berbentuk kristal yang berpendar.
"Buah Abadi…" bisik Ling, terpesona.
Tapi di depan pohon itu, Liang sudah berdiri dengan pedang terhunus. "Buah ini akan menjadi milikku! Aku akan menjadi penguasa abadi!"
Xiao Shao tidak membuang waktu. Dia meluncur ke depan, menyerang Liang dengan jurus naga. Pertarungan sengit terjadi di antara akar-akar pohon yang bergerak sendiri, seolah hidup. Liang menggunakan kekuatan Tanduk Naga Emas untuk memanggil angin tornado, tetapi Xiao Shao mengalihkan serangan itu dengan memantulkan energi ke dinding gua.
Akhirnya, Ling berhasil menyelinap dari belakang dan merebut tanduk itu. "Sekarang, Xiao Shao!"
Xiao Shao melompat ke puncak pohon, mengambil Buah Abadi yang berpendar. Saat buah itu disentuh, cahaya keemasan menyelimuti tubuhnya. Energi murni mengalir ke setiap selnya, dan dia merasakan kekuatan yang tak terbayangkan—**keabadian**.
**Keputusan untuk Berkultivasi**
Liang, yang terluka parah, tertawa getir. "Kau pikir keabadian adalah berkah? Ini adalah kutukan! Kau akan melihat semua yang kau cintai hancur, sementara kau tetap ada!"
Setelah Liang menghembuskan napas terakhir, Xiao Shao memandang buah di tangannya. "Aku harus belajar mengendalikan kekuatan ini. Jika tidak, aku akan menjadi seperti dia."
Dia memutuskan untuk tinggal di gua reruntuhan naga kuno itu. Di dinding gua, terdapat tulisan kuno tentang teknik kultivasi para naga purba—**Seni Naga Abadi**. Teknik ini memungkinkannya menyelaraskan energi keabadian dengan kekuatan naga di dalam dirinya.
"Aku akan tetap di sini, Ling. Aku harus menguasai ini sebelum kekuatannya menghancurkanku," kata Xiao Shao, wajahnya serius.
Ling mengangguk. "Aku akan menjagamu. Tapi kau tidak boleh lupa… kita masih punya misi."
**Proses Kultivasi**
Xiao Shao duduk bersila di bawah Pohon Keabadian, dikelilingi oleh kristal-kristal energi yang mengambang. Setiap napasnya menyedot energi magis dari pulau, sementara mantra naga purba terpampang di dinding gua membimbingnya.
Di dalam meditasinya, dia memasuki **Dunia Batin**, sebuah dimensi tempat jiwa dan kekuatannya diuji. Di sana, dia berhadapan dengan bayangan dirinya sendiri—sebuah manifestasi dari keraguan dan ketakutan.
"Kau tidak layak menjadi abadi!" teriak bayangan itu, menyerang dengan jurus naga gelap.
Xiao Shao bertarung dengan gigih, mengingat setiap orang yang dia cintai dan janjinya untuk melindungi mereka. Perlahan, dia mulai menyatukan kekuatan keabadian dengan kekuatan naga di dalam dirinya. Di dunia nyata, tubuhnya mulai berpendar dengan cahaya keemasan, dan simbol naga muncul di dahinya.
**Bahaya yang Mengintai**
Sementara itu, Ling menjaga pintu gua. Tapi dia tidak sendirian. Kapten Mei—bajak laut yang pernah mereka lawan—tiba dengan kapal baru, membawa pasukan bayaran dan makhluk hibrida hasil eksperimen gelap.
"Aku tahu kalian akan ke sini," sindir Kapten Mei. "Serahkan Buah Abadi, atau aku akan menghancurkan pulau ini!"
Ling mengangkat pedangnya. "Kau harus melewati aku dulu!"
Pertarungan sengit terjadi di luar gua. Ling menggunakan segala keterampilannya, tetapi jumlah musuh terlalu banyak. Satu per satu luka menghiasi tubuhnya.
**Kebangkitan Sang Naga Abadi**
Di dalam gua, Xiao Shao mencapai puncak kultivasi. Seluruh tubuhnya berubah—kulitnya bersinar seperti emas, mata memancarkan kekuatan naga murni, dan sayap naga perak tumbuh dari punggungnya. Dia telah menguasai **Tahap Pertama Seni Naga Abadi**.
Saat Kapten Mei hampir membunuh Ling, Xiao Shao muncul dengan ledakan energi yang mengguncang pulau. Dengan satu gerakan, dia menghempaskan semua musuh ke laut menggunakan gelombang suara dari Tanduk Naga Emas.
"Pulanglah," kata Xiao Shao kepada Kapten Mei, suaranya beresonansi seperti dewa. "Atau hadapi kemusnahan."
Kapten Mei kabur dengan sisa pasukannya, ketakutan.
**Epilog: Tujuan Baru**
Dengan kekuatan barunya, Xiao Shao sadar bahwa perjalanannya belum berakhir. Keabadian adalah awal dari tanggung jawab yang lebih besar.
"Kita harus menemukan sumber kekuatan gelap yang mengancam dunia ini," katanya kepada Ling. "Dan aku yakin jawabannya ada di *Gerbang Antar Dunia* yang disebut dalam mural naga purba."
Ling tersenyum, meski lukanya masih perih. "Kemana pun kau pergi, aku akan ikut."
Mereka meninggalkan Pulau Abadi dengan kapal Kapten Mei yang direbut, menuju petualangan baru. Tapi di kedalaman lautan, sesuatu yang lebih mengerikan telah terbangun—entitas purba yang terpicu oleh kekuatan Xiao Shao.