Chapter 12 Reboot

Luna dan Wim saling menatap satu sama karna terkejut mereka bertemu lagi, sekali lagi

Wim:" Yo" Tanpa ragu, ia melambaikan tangannya

Kali ini Luna melirik Wim lalu mengangguk pelan

Luna:" Ah, itu kamu. Aku tidak menyangka kamu akan ke sini... setelah kejadian tadi "

Wim:" Kejadian... tadi" Saat itu wajahnya mulai pucat

Keduanya berdiri dalam keheningan beberapa detik. Lalu, tanpa basa-basi, Luna membuka percakapan… dengan menyinggung sesuatu yang sangat tidak ingin Wim dengar kembali.

Luna:" Kamu baik-baik saja? Maksudku... Setelah kejadian kentutmu itu yang menghebohkan satu kelas. Itu cukup keras"

Bzzzt

Wim membeku. Ia menelan ludah. Otaknya seperti terkena stun spell, harapannya untuk melupakan insiden memalukan itu sirna dalam sekejap

[Hahaha, coba bayangkan saja suara dari kentutnya🤣🤣]

Wim yang syok, mulai berbicara

Wim:" Kau… masih ingat itu?"

Luna mengangguk

Luna:" Yah. Sulit untuk dilupakan. Tapi... Maaf.Aku tak bermaksud membuatmu tidak nyaman. Aku hanya... mencoba berbasa-basi, mungkin gagal"

Meski ia sudah melupakan hal memalukan tersebut nyatanya masih ada yang mengingat kejadian tersebut, bahkan salah satu protagonis di sini masih mengingatnya

Lalu Luna melanjutkan

Luna:" Jangan lakukan hal memalukan seperti itu lagi, ya. Itu tidak layak untuk siswa kelas S."

Mendengar itu, Wim yang tersipu mulai mengangguk

Wim:" Iya... Akan kuusahakan"

Kedua remaja itu terdiam sejenak sebelum Wim bertanya, penasaran dengan Luna

Wim:" Ngomong-ngomong, kenapa kamu ada di toko ini? Jarang sekali seorang bangsawan seperti kamu mengunjungi toko buku tua kayak gini"

Wim bertanya kepada Luna, kenapa ia ada di toko buku biasa ini. Karena tidak mungkin seorang bangsawan seperti Luna tidak akan berkunjung ke sebuah toko buku biasa seperti Toko buku Vanessa ini

Lalu Luna mulai melirik rak

Luna:" Aku suka mencari buku langka. Toko ini punya koleksi yang tidak bisa dimiliki toko lain. Bahkan beberapa buku seperti ini tidak bisa ditemukan di toko resmi akademi"

Wim:" Ah... masuk akal sekarang... "

Matanya bergerak menatap dua buku yang kini berada di satu tangan Luna. Meski tak bisa melihat judulnya, Wim yakin isinya pasti sangat langka dan berharga.

Setelah beberapa saat, Luna menggeser tubuhnya ke belakang, memberi jalan

Luna:" Kau ambil saja bukunya " ia membiarkan Wim mengambil buku yang sedang dicarinya

Wim:" Hah? Kamu gak mau—?"

Luna:" Aku sudah cukup. Lagi pula, kelihatannya kamu lebih... butuh itu."

Dengan nada yang sulit ditebak antara peduli atau canggung, Luna mulai melangkah pergi perlahan dari keduanya

Disaat itu juga Wim mengambil buku sampul hijau yang ia cari, ia mulai membuka isinya dan ternyata benar. Isinya terdiri dari resep-resep formula alkimia tingkat tinggi persis seperti yang ia inginkan

Untung saja Luna tidak mengambil buku ini, jika iya Wim akan kesulitan dengan pelajaran alkimia di akademi

Kling... Kling

Bunyi bel tua di atas pintu terdengar saat Wim menuju meja kasir. Vanessa, si pemilik toko yang tidak bergeming dari balik bukunya, akhirnya melirik sebentar lalu menyebutkan harganya tanpa nada

Vanessa:" Harganya 15 koin emas"

Art:" Wow, mahal sekali harganya?

Vanessa:" Kenapa? Ragu. Harganya saja sudah sepadan dengan isinya "

Wim:" Ya ampun, aku sudah mulai kehabisan stok uang disini"

Wim:" Baiklah " Ia pun mengambil kantong emasnya yang berasal dari hasil jarahan para bandit dan mulai memberikan 15 koin emasnya kepada Malia

Clink... Clink... Clink...

Suara koin emas berjatuhan ke atas meja. Vanessa hanya mengangguk pelan sebelum kembali membaca. Wim mengambil bukunya dan berjalan keluar. Sekarang buku itu telah menjadi miliknya

....

(Akademi Unio)

Waktu itu malam hari, dan semua siswa telah masuk kedalam asrama mereka masing-masing

Di akademi Unio, setiap siswa akan diberikan akses untuk tinggal di sebuah asrama

Asrama Akademi Unio berada di sisi timur kompleks akademi, bangunannya megah bergaya gothic modern dengan pilar-pilar tinggi dan ukiran lambang akademi di tiap lantai. Setiap siswa kelas S mendapatkan kamar pribadi di dalam bangunan itu.

Kamar Wim berada di lantai 2. Interiornya sederhana namun bergengsi

Diantaranya ada tempat tidur kayu ukir berlapis kain linen biru gelap, meja belajar kecil dari kayu berkualitas dengan lampu kristal sihir meja yang ada disana, rak buku kecil di dinding sebelah kiri, lampu kristal sihir menggantung di langit-langit, memberikan cahaya keemasan lembut, sebuah jendela besar dengan tirai tebal biru, menghadap ke taman belakang akademi

Art yang berada dalam ruangan, sedang melayang-layang

Art:" Jadi ini rumah baru kita! Sederhana, tapi aku menyukainya "

Sementara itu, Wim duduk di tepi tempat tidurnya, membuka buku hijau yang baru saja ia beli

Ia mulai membaca isi dari buku tersebut

Meski telah melihat dan membaca setiap halamannya, Wim masih tetap tidak mengerti satu kata pun yang mereka jelaskan

Ia pun mengerutkan dahi

Wim:" ...Apa ini? Simbol kimia? Persamaan tekanan mana? "

Teks di buku itu terlihat seperti campuran rumus kimia, simbol kuno, dan struktur sihir alkimia. Baginya, ini seperti membaca buku pelajaran SMA tingkat dewa

Wim:" Gak bisa… ini bener-bener kayak pelajaran IPA yang gagal kumengerti waktu sekolah "

Akhirnya karena telah menyerah, pun mulai menggunakan kacamata Glass Artnya untuk melakukan scan setiap rumus dan kalimat yang ada di setiap halaman buku tersebut

Wim:" Art Glass, aktifkan pemindai teks"

Kacamata itu menyala dengan suara bip lembut, dan Wim mulai membuka kembali buku itu. Dalam sekejap, halaman demi halaman direkam oleh pemindai canggih dari Art Glass.

Satu persatu halamannya dipindai dan direkam oleh sistem dalam kacamata.

Hingga Wim berhasil menyelesaikan 34 halaman dari buku tersebut, dalam kacamatanya ada ratusan kalimat yang berisi setiap rumus dan tulisan yang ia scan selama itu

Wim:" Akhirnya…" ia pun bernafas lega sambil menutup buku itu

Ia merebahkan diri di tempat tidur, menatap langit-langit dengan pandangan kosong.

Wim:" Hari ini benar-benar melelahkan sekali yah? "

Art:" Yah kau benar, ada kejadian yang tidak terduga, tapi juga penuh pencapaian"

Wim yang mendengar itu tersenyum

Wim:" Iya, iya... oh, hampir lupa. Aku dapat hadiah saat pelajaran Kryuger waktu itu"

Wim:" Art, bukakan jendela status"

'Whrrzz... Klik' hologram terbuka

Kemudian sebuah tampilan biru transparan muncul, menunjukkan berbagai statistik Wim dan satu notifikasi yang menunggu

Wim mulai menekan satu notifikasi itu

Klik

[Anda mendapatkan item 'Ring of Vitality']

Cincin yang memiliki sebuah rune berwarna putih ini, bisa memberikan penggunanya tambahan stamina sehingga, dengan ini Wim tidak akan mudah kelelahan hanya dalam beberapa putaran

Ia menaruh cincin itu di kotak kecil di bawah bantalnya

Art:" Besok adalah pelajaran sejarah yah, kuharap kamu tidak akan melakukan hal yang sama seperti yang tadi siang" Ia menyinggung kejadian yang tadi di kelas S

Wim:" Art... " dengan wajahnya yang datar dan kesal

Art:" Maaf... "

Wim:" Saatnya untuk tidur"

Cahaya kristal redup perlahan. Suara malam di luar jendela menjadi latar musik pengantar tidur. Malam pun menelan segala rasa malu, rasa penasaran, dan harapan baru. Esok akan menjadi tantangan baru bagi Wim

***

(Keesokannya)

(Pov Luna)

Pagi ini merupakan hari kedua bagi awal pelajaran Akademi Unio

Pagi itu, matahari menggantung rendah di atas menara-menara Akademi Unio. Cahaya lembut menembus kaca-kaca tinggi di aula utama, memantul pada lantai marmer putih dan dinding-dinding yang berukir simbol akademi

Luna berjalan pelan menyusuri koridor utama akademi. Langkah-langkah sepatunya nyaris tak terdengar, kontras dengan suara hiruk-pikuk para siswa baru yang ramai berbicara dan berlarian di sekitarnya.

Ia berhenti di depan sebuah papan hologram sihir berwarna biru yang melayang stabil di udara. Papan itu berisi jadwal pelajaran hari ini yang terus berganti-ganti setiap dua detik

Disana ia melihat jadwal pelajaran sejarah Kelas S, akan dimulai dalam 30 menit lagi

Luna:* Tiga puluh menit… Haruskah aku membaca sesuatu? Tidak. Aku sudah melakukannya semalam* dalam hati

Tiba-tiba, suara kecil terdengar dari perutnya

"Grrruuk..."

Luna seketika membeku

Pipinya memerah samar. Ia menoleh perlahan ke kiri dan kanan—tidak ada yang mendengar. Atau setidaknya, ia berharap begitu. Ia menyentuh perutnya dengan ringan, mencoba menenangkan gemuruh itu.

Luna:" …Sarapan, mungkin ide yang bagus."

....

(Kafetaria Akademi Unio)

Bangunan kaca besar dengan atap melengkung dan jendela-jendela kristal berwarna. Cahaya pagi memantul di permukaannya. Di dalamnya, ratusan mahasiswa duduk, berdiri, dan berjalan. Suara baki, obrolan, dan aroma makanan memenuhi ruangan besar ini.

Clatter! Clink!

Suara sendok dan garpu.

Namun di tengah keramaian, Luna berjalan tanpa menyapa siapa pun.

Dengan cepat, ia mengambil dua sandwich daging sapi, sayur, dan saus keju dari bar makanan.

Ia keluar dari kafetaria tanpa duduk di dalam, membawa makanannya di atas baki kayu kecil. Seperti biasa… ia butuh tempat yang tenang

....

(Taman belakang Akademi)

Taman belakang akademi adalah tempat yang jauh dari keramaian. Ada bangku-bangku kayu di bawah pohon besar yang rindang, rerumputan hijau yang dijaga dengan sihir pertumbuhan, dan suara angin sepoi-sepoi yang tenang.

Luna duduk sendiri di salah satu bangku. Ia membuka sandwich-nya, menggigit perlahan.

"Crisp…"

Tekstur renyah menyebar di mulutnya. Matanya menyipit sedikit. Wajahnya terlihat puas

Luna:" Ini… lebih enak dari yang kuduga."

Namun ketenangan itu segera diganggu

??? :" Luna Selene… Masih makan sendiri, huh?"

Suara itu tajam dan bernada sinis. Luna berhenti mengunyah. Perlahan, ia menoleh

Di depannya berdiri seorang gadis dengan rambut kuning terang yang ditata rapi, mengenakan versi modifikasi seragam Unio dengan emblem StarBlue di dadanya. Di belakangnya, dua gadis lain yang tertawa-tawa kecil seperti bayangan

Gadis itu adalah Jelly Frits