Chapter 14 Secret (2)

Sejam telah berlalu setelah pelajaran sejarah di Kelas S berakhir dan semenjak Wim menunjukkan kepada semua orang yang berada di kelas S tentang lingkaran sihir pertama The One yang tidak pernah dipublikasikan, semuanya menjadi heboh

Murid:" Eh, lo dengar nggak sih? Anak baru di Kelas S…"

Murid 2:" Yang rambutnya acak-acakan itu? Wim, kan?"

Murid:" Iya, dia! Dia menggambar lingkaran sihir The One yang untuk ras mermaid? "

Murid 3:" Itu mustahil… sihir seperti itu bahkan tidak diajarkan di ruang arsip sihir rahasia! "

Murid 2:" Aku dengar bahkan Profesor Herman sendiri sampai diem…”

Satu persatu gumaman tersebut menyebar seperti percikan api di tengah hutan kering. Dari ruang kelas ke kafetaria, dari aula latihan sampai ke taman belakang, beberapa orang membicarakan satu nama.

Wim

Tak hanya murid. Para pengajar dan profesor pun mulai berkerut kening. Di ruang diskusi para staf akademi, belasan suara mulai memenuhi udara

Profesor 1:" Menurut kalian dari mana dia bisa tahu lingkaran sihir itu?”

Pengajar 1:" Bisa jadi ada seseorang dari luar yang memberinya akses. Atau mungkin… dia berasal dari keluarga rahasia?"

Pengajar 2:" Tidak tercatat di arsip manapun. Nama Wim tidak punya afiliasi keluarga besar"

Pengajar 1:" Tidak mungkin anak seusianya mengakses lingkaran sihir kuno yang belum dipublikasikan secara resmi…"

Profesor 1:" Kalau begitu, siapa dia sebenarnya?"

Sementara perdebatan itu memanas di ruang utama staf pengajar, Sherman tetap berdiri di balik meja kayu mahoni besar, menatap jendela kaca yang menyuguhkan pemandangan langit siang Unio yang berwarna biru, di per cantik dengan awan-awan putih

Sherman:" Menarik…" Gumamnya pelan

??? :" Sherman"

Ujar salah satu pengajar senior bernama Profesor Delin yang ingin menyuarakan

Profesor Delin:" Kami… mendapat laporan dari Profesor Herman. Bahwa murid bernama Wim menunjukkan bentuk lingkaran sihir warisan The One… yang tidak pernah dipublikasikan"

Sherman:" Aku sudah dengar"

Senyum tipis menghiasi wajahnya

Sherman:" Mermaid, bukan?"

Profesor Delin mengangguk

Profesor Delin:" Yah... Bahkan Profesor Herman mengakui bahwa salah satu lingkaran sihir yang digambar anak itu belum pernah tercatat dalam arsip sihir Unio manapun"

Lalu Profesor Delin mulai berbicara lagi

Profesor Delin:" Apa kita perlu menyelidikinya?"

Sherman:" Tidak... Biarkan saja ia bebas memilih jalannya sendiri. "

Profesor Delin:" Baiklah" Lalu ia mulai meninggalkan ruang utama staf

Sementara itu, Sherman mulai menatap ke luar jendela kaca besar yang menghadap ke taman akademi.

Sherman:' Venditus benar rupanya… anak itu memang unik' katanya dalam hati

***

(Kelas S akademi Unio)

Sementara itu, pelajaran kedua setelah pelajaran sejarah terlihat Luna sedang mengamati pelajarannya. konsentrasinya terbagi dua antara catatan sihir yang dipelajari dan sosok Wim yang duduk tidak terlalu jauh darinya

Ia duduk di bangkunya, tak jauh tapi juga tak terlalu dekat dari Wim. Matanya sesekali melirik ke arah bocah berkacamata itu, namun tangannya tetap bergerak menulis di buku catatannya.

Sebagai murid kelas S, ia tahu pentingnya fokus... tapi, sesuatu tentang Wim terasa aneh. Terlalu aneh untuk diabaikan.

Luna:' Bagaimana ia tahu kedua lingkaran sihir tersebut? '

Pikir Luna sambil mengetuk meja dengan pena nya

Tak... Tak... Tak...

Ringgg...

Bel telah berbunyi. Pelajaran telah usai, dan para siswa mulai meninggalkan ruangan dengan langkah ringan dan suara obrolan ringan yang bergema di lorong

Namun Luna masih tetap duduk diam, matanya mengunci pada Wim dari sudut mejanya.

Wim tidak bergegas seperti yang lain. Ia hanya santai, merapikan peralatannya sambil berbicara dengan sesuatu... atau lebih tepatnya, seseorang

Melayang di sebelahnya adalah sebuah automaton bola kecil berwarna perak mengilap Art. Luna mengingatnya. Ia pernah melihat automaton itu di toko buku Vanessa. Art memancarkan aura positif dan sedikit kebisingan statis setiap kali ia bicara

Dari kejauhan, ia masih bisa menangkap sedikit percakapan

Art:" Bzzzt! Apa kita benar-benar harus ke perpustakaan sekarang, Wim?" Tanyanya pada Wim

Wim:" Iya" jawabnya dengan santai sambil memasukkan buku catatannya ke tas

Wim:" Ada sesuatu yang harus aku cari. Kau akan tahu nanti"

Luna yang menguping dari kejauhan hanya bisa menangkap potongan-potongan percakapan dari situ

Tap... tap... tap...

Dengan langkah ringan, Luna mengikuti mereka dari jarak aman, melintasi lorong-lorong akademi Unio yang penuh dengan suara bisik-bisik dan derap langkah dari para mahasiswa

....

Perpustakaan Akademi Unio berdiri megah di salah satu sisi kompleks bangunan utama, dengan pintu besar dari kayu ebon yang diukir dengan pola lambang akademi

GRAAARHHK!

Luna membuka pintu kayu perpustakaan itu secara perlahan, dan mulai melangkah secara perlahan

Selama ia berjalan di antara rak demi rak, ia mendengar gumaman mahasiswa lain, derit buku ditarik, dan srek! suara lembaran buku sihir yang sedang dibalik

Ia melangkah pelan, berbaur di antara mahasiswa lain yang sedang membaca. Matanya bergerak cepat, menyisir lorong demi lorong

Luna:' Akhirnya, ketemu juga'

Ia akhirnya menemukan mereka berdua di lorong sejarah

Wim dan Art berdiri di depan rak buku besar, mengambil satu buku, lalu menaruhnya kembali, dan mengambil yang satunya lagi, lalu taruh kembali. Melakukan itu berulang-ulang

Wim:" Aku sebenernya ingin cari alat sihir yang bisa yang bisa menetralisir penyakit disabilitas mana" gumamnya sambil membalikkan halaman

Art mengeluarkan suara kecil bip! tanda ia paham

Art:" Ah! Jadi itu alasanmu. Kau ingin mengatasi masalah itu tanpa biaya yang mahal"

Wim:" Ya" jawab pendeknya sambil tersenyum kecil

Wim:" Aku juga harus meningkatkan statusku untuk bisa bertahan"

Art berputar excited di udara.

Whirrrr!

Art:" Baiklah! Aku akan bantu cari! "

Luna yang mengintip dari balik rak, membuka sedikit matanya. Ia mengamati cahaya biru tipis yang muncul dari mata Art

Luna:' Apa yang sedang dia lakukan?...'

Namun, sebelum Luna mendengar lebih lanjut-

Tap!

Sebuah tangan menepuk pelan bahunya.

Luna:" Hya!"

Ia berbalik kaget, dan melihat Louisa Von Teuer berdiri di belakangnya.

Louisa berdiri dengan anggunnya, rambut putihnya memantulkan cahaya lilin perpustakaan, matanya merah cerah bersinar hangat

Louisa:" Luna? Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya dengan heran, suaranya seolah membungkus Luna dalam kenyamanan.

Luna tersentak. Dalam sekejap ia melirik ke arah Wim dan Art... mereka masih sibuk.

Dengan cepat, ia menarik satu buku acak dari rak dan memeluknya

Luna:" A-aku hanya... mencari beberapa buku bacaan tambahan" jawab Luna dengan suara kecil, berusaha terdengar alami

Louisa hanya bisa diam saja, entah karena ia mengerti atau tidak. Akhirnya ia mengangguk mengerti walaupun tidak tahu

Louisa:" Bagus. Tapi jangan terlalu lama ya. Kadang perpustakaan ini ditutup secara tiba-tiba tanpa ada pemberitahuan. Kalau kau bersembunyi di balik rak, kau bisa terkunci semalaman"

Luna:"Terkunci semalaman...?!" Ia mulai membayangkan dirinya terjebak di tengah lautan buku

Louisa:" Kalau begitu, sampai jumpa lagi Luna. Aku duluan"

Dengan lambaian anggun, Louisa berjalan pergi

Begitu Louisa pergi, Luna segera kembali melirik ke arah Wim dan Art

.....

Kosong

Luna:" Eh... !? "

Luna hampir menjatuhkan bukunya lagi. Ia buru-buru mencari ke kiri, ke kanan, ke lorong berikutnya

Tapi mereka sudah tidak ada

Luna:' Mereka pergi ke mana...? ' pikirnya frustasi

Ia mengepalkan tangannya, bertekad dalam hati

Luna:' Sebenarnya... Apa yang sedang mereka cari? '