Sejam telah berlalu setelah pelajaran sejarah di Kelas S berakhir dan semenjak Wim menunjukkan kepada semua orang yang berada di kelas S tentang lingkaran sihir pertama The One yang tidak pernah dipublikasikan, semuanya menjadi heboh
Murid:" Eh, lo dengar nggak sih? Anak baru di Kelas S…"
Murid 2:" Yang rambutnya acak-acakan itu? Wim, kan?"
Murid:" Iya, dia! Dia menggambar lingkaran sihir The One yang untuk ras mermaid? "
Murid 3:" Itu mustahil… sihir seperti itu bahkan tidak diajarkan di ruang arsip sihir rahasia! "
Murid 2:" Aku dengar bahkan Profesor Herman sendiri sampai diem…”
Satu persatu gumaman tersebut menyebar seperti percikan api di tengah hutan kering. Dari ruang kelas ke kafetaria, dari aula latihan sampai ke taman belakang, beberapa orang membicarakan satu nama.
Wim
Tak hanya murid. Para pengajar dan profesor pun mulai berkerut kening. Di ruang diskusi para staf akademi, belasan suara mulai memenuhi udara
Profesor 1:" Menurut kalian dari mana dia bisa tahu lingkaran sihir itu?”
Pengajar 1:" Bisa jadi ada seseorang dari luar yang memberinya akses. Atau mungkin… dia berasal dari keluarga rahasia?"
Pengajar 2:" Tidak tercatat di arsip manapun. Nama Wim tidak punya afiliasi keluarga besar"
Pengajar 1:" Tidak mungkin anak seusianya mengakses lingkaran sihir kuno yang belum dipublikasikan secara resmi…"
Profesor 1:" Kalau begitu, siapa dia sebenarnya?"
Sementara perdebatan itu memanas di ruang utama staf pengajar, Sherman tetap berdiri di balik meja kayu mahoni besar, menatap jendela kaca yang menyuguhkan pemandangan langit siang Unio yang berwarna biru, di per cantik dengan awan-awan putih
Sherman:" Menarik…" Gumamnya pelan
??? :" Sherman"
Ujar salah satu pengajar senior bernama Profesor Delin yang ingin menyuarakan
Profesor Delin:" Kami… mendapat laporan dari Profesor Herman. Bahwa murid bernama Wim menunjukkan bentuk lingkaran sihir warisan The One… yang tidak pernah dipublikasikan"
Sherman:" Aku sudah dengar"
Senyum tipis menghiasi wajahnya
Sherman:" Mermaid, bukan?"
Profesor Delin mengangguk
Profesor Delin:" Yah... Bahkan Profesor Herman mengakui bahwa salah satu lingkaran sihir yang digambar anak itu belum pernah tercatat dalam arsip sihir Unio manapun"
Lalu Profesor Delin mulai berbicara lagi
Profesor Delin:" Apa kita perlu menyelidikinya?"
Sherman:" Tidak... Biarkan saja ia bebas memilih jalannya sendiri. "
Profesor Delin:" Baiklah" Lalu ia mulai meninggalkan ruang utama staf
Sementara itu, Sherman mulai menatap ke luar jendela kaca besar yang menghadap ke taman akademi.
Sherman:' Venditus benar rupanya… anak itu memang unik' katanya dalam hati
***
(Kelas S akademi Unio)
Sementara itu, pelajaran kedua setelah pelajaran sejarah terlihat Luna sedang mengamati pelajarannya. konsentrasinya terbagi dua antara catatan sihir yang dipelajari dan sosok Wim yang duduk tidak terlalu jauh darinya
Ia duduk di bangkunya, tak jauh tapi juga tak terlalu dekat dari Wim. Matanya sesekali melirik ke arah bocah berkacamata itu, namun tangannya tetap bergerak menulis di buku catatannya.
Sebagai murid kelas S, ia tahu pentingnya fokus... tapi, sesuatu tentang Wim terasa aneh. Terlalu aneh untuk diabaikan.
Luna:' Bagaimana ia tahu kedua lingkaran sihir tersebut? '
Pikir Luna sambil mengetuk meja dengan pena nya
Tak... Tak... Tak...
Ringgg...
Bel telah berbunyi. Pelajaran telah usai, dan para siswa mulai meninggalkan ruangan dengan langkah ringan dan suara obrolan ringan yang bergema di lorong
Namun Luna masih tetap duduk diam, matanya mengunci pada Wim dari sudut mejanya.
Wim tidak bergegas seperti yang lain. Ia hanya santai, merapikan peralatannya sambil berbicara dengan sesuatu... atau lebih tepatnya, seseorang
Melayang di sebelahnya adalah sebuah automaton bola kecil berwarna perak mengilap Art. Luna mengingatnya. Ia pernah melihat automaton itu di toko buku Vanessa. Art memancarkan aura positif dan sedikit kebisingan statis setiap kali ia bicara
Dari kejauhan, ia masih bisa menangkap sedikit percakapan
Art:" Bzzzt! Apa kita benar-benar harus ke perpustakaan sekarang, Wim?" Tanyanya pada Wim
Wim:" Iya" jawabnya dengan santai sambil memasukkan buku catatannya ke tas
Wim:" Ada sesuatu yang harus aku cari. Kau akan tahu nanti"
Luna yang menguping dari kejauhan hanya bisa menangkap potongan-potongan percakapan dari situ
Tap... tap... tap...
Dengan langkah ringan, Luna mengikuti mereka dari jarak aman, melintasi lorong-lorong akademi Unio yang penuh dengan suara bisik-bisik dan derap langkah dari para mahasiswa
....
Perpustakaan Akademi Unio berdiri megah di salah satu sisi kompleks bangunan utama, dengan pintu besar dari kayu ebon yang diukir dengan pola lambang akademi
GRAAARHHK!
Luna membuka pintu kayu perpustakaan itu secara perlahan, dan mulai melangkah secara perlahan
Selama ia berjalan di antara rak demi rak, ia mendengar gumaman mahasiswa lain, derit buku ditarik, dan srek! suara lembaran buku sihir yang sedang dibalik
Ia melangkah pelan, berbaur di antara mahasiswa lain yang sedang membaca. Matanya bergerak cepat, menyisir lorong demi lorong
Luna:' Akhirnya, ketemu juga'
Ia akhirnya menemukan mereka berdua di lorong sejarah
Wim dan Art berdiri di depan rak buku besar, mengambil satu buku, lalu menaruhnya kembali, dan mengambil yang satunya lagi, lalu taruh kembali. Melakukan itu berulang-ulang
Wim:" Aku sebenernya ingin cari alat sihir yang bisa yang bisa menetralisir penyakit disabilitas mana" gumamnya sambil membalikkan halaman
Art mengeluarkan suara kecil bip! tanda ia paham
Art:" Ah! Jadi itu alasanmu. Kau ingin mengatasi masalah itu tanpa biaya yang mahal"
Wim:" Ya" jawab pendeknya sambil tersenyum kecil
Wim:" Aku juga harus meningkatkan statusku untuk bisa bertahan"
Art berputar excited di udara.
Whirrrr!
Art:" Baiklah! Aku akan bantu cari! "
Luna yang mengintip dari balik rak, membuka sedikit matanya. Ia mengamati cahaya biru tipis yang muncul dari mata Art
Luna:' Apa yang sedang dia lakukan?...'
Namun, sebelum Luna mendengar lebih lanjut-
Tap!
Sebuah tangan menepuk pelan bahunya.
Luna:" Hya!"
Ia berbalik kaget, dan melihat Louisa Von Teuer berdiri di belakangnya.
Louisa berdiri dengan anggunnya, rambut putihnya memantulkan cahaya lilin perpustakaan, matanya merah cerah bersinar hangat
Louisa:" Luna? Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya dengan heran, suaranya seolah membungkus Luna dalam kenyamanan.
Luna tersentak. Dalam sekejap ia melirik ke arah Wim dan Art... mereka masih sibuk.
Dengan cepat, ia menarik satu buku acak dari rak dan memeluknya
Luna:" A-aku hanya... mencari beberapa buku bacaan tambahan" jawab Luna dengan suara kecil, berusaha terdengar alami
Louisa hanya bisa diam saja, entah karena ia mengerti atau tidak. Akhirnya ia mengangguk mengerti walaupun tidak tahu
Louisa:" Bagus. Tapi jangan terlalu lama ya. Kadang perpustakaan ini ditutup secara tiba-tiba tanpa ada pemberitahuan. Kalau kau bersembunyi di balik rak, kau bisa terkunci semalaman"
Luna:"Terkunci semalaman...?!" Ia mulai membayangkan dirinya terjebak di tengah lautan buku
Louisa:" Kalau begitu, sampai jumpa lagi Luna. Aku duluan"
Dengan lambaian anggun, Louisa berjalan pergi
Begitu Louisa pergi, Luna segera kembali melirik ke arah Wim dan Art
.....
Kosong
Luna:" Eh... !? "
Luna hampir menjatuhkan bukunya lagi. Ia buru-buru mencari ke kiri, ke kanan, ke lorong berikutnya
Tapi mereka sudah tidak ada
Luna:' Mereka pergi ke mana...? ' pikirnya frustasi
Ia mengepalkan tangannya, bertekad dalam hati
Luna:' Sebenarnya... Apa yang sedang mereka cari? '