10.Cakrawala yang Dijahit dari Jiwa-Jiwa yang Hilang

Kapal hantu melaju perlahan di atas lautan asam waktu, mendekati Pelabuhan Bayangan, sebuah kota terapung yang terbuat dari bayang-bayang dan kepingan kenangan yang tersisa dari peradaban yang telah lama hancur. Di dermaga itu, udara terasa lembap dengan aroma karat dan rahasia, dan di antara reruntuhan pelabuhan yang tersapu waktu, patung-patung korban genosida Kael berdiri dalam keheningan, wajah-wajah mereka tampak seperti pecahan jiwa yang tak utuh. Dari balik kabut kelam, bisikan samar terdengar:

"Kembalilah... Sang Arsitek yang Hilang..."

Kael muda, versi kehidupan ke-1001, turun dari kapal hantu dengan langkah mantap. Ia mengenakan rompi kapten yang terbuat dari kulit lubang hitam, seolah menyerap setiap kilauan sisa cahaya di sekelilingnya. Di dermaga, ia menemukan keanehan yang menunggu untuk diungkap. Di dinding gudang kargo yang lapuk, terukir sebuah peta multiverse yang menunjukkan 777 titik—tempat di mana, konon, ia pernah "menanam" fragmen jiwanya ke dalam alam semesta paralel. Tak jauh dari situ, tergeletak sebuah jurnal tua, tulisannya diukir dengan tinta yang seolah adalah darah. Jurnal itu mengisahkan bahwa Kael sengaja menciptakan Galactic Cocoon sebagai perangkap untuk menahan bayangan tanpa wajah yang selalu mengintai di ambang realitas. Di pojok lain, tersembunyi dalam kegelapan, terdapat peti mati terlarang berisi tubuh Kael yang membusuk, dihiasi tattoo di dadanya yang berbunyi, "Aku Bukan yang Pertama." Pesan itu menyiratkan rahasia kelam tentang siklus dan warisan penderitaan yang harus ditanggung.

Sementara itu, di balik lapisan realitas Alam 8, tersembunyi sebuah laboratorium rahasia tempat berlangsungnya Proyek Echo. Di ruangan yang diselimuti cahaya redup dan bayangan mesin-mesin kuno, ribuan tabung berisi klon Kael tersusun rapi. Setiap klon, terperangkap dalam cairan bercahaya, menyanyikan mantra kematian dalam unisono, seolah menjadi simfoni kehancuran yang telah direncanakan jauh sebelumnya. Dr. Vyrion, mantan mentor Kael yang kini telah berganti tubuh menjadi mekanis dengan otak quark yang berdenyut dalam keabadian digital, berdiri di depan layar besar. "Dia pikir bisa lari dari takdir? Kita akan menciptakan 10.000 takdir baru!" serunya dengan nada sinis yang menusuk. Di sampingnya, Nyx, makhluk yang berasal dari Alam 6 dengan bentuk yang terus berubah, menyuntikkan memori palsu ke dalam setiap klon, memastikan bahwa mereka semua percaya diri adalah Kael sejati. Di sudut ruangan, entitas tanpa wujud bernama The Whisperer dengan lihai mencuri 1% kekuatan Galactic Cocoon melalui sambungan quantum, mempersiapkan sebuah eksperimen yang tak terbayangkan. Klon-klon itu, tanpa mereka sadari, telah dirancang untuk menjadi baterai hidup, sumber energi bagi kebangkitan entitas purba yang dikenal sebagai The Devourer, yang selama ini dikurung di inti Alam 8.

Di Alam 7, suasana semakin mencekam. Di Kuil Lupa, Astraea, dewi perang yang angkuh dan penuh dendam, memimpin upacara terlarang dengan kekuatan yang menggetarkan. Seratus ribu tawanan perang dari Alam 3 dikumpulkan, dipaksa menjalani transformasi mengerikan; tubuh mereka diubah menjadi kristal jiwa yang disusun menjadi tangga spiral yang menjulang ke langit. Setiap anak tangga yang hancur berarti satu tahun sejarah Dinasti ke-7 hilang, seolah waktu pun terbalut dalam kutukan. Dengan penuh keberanian sekaligus kegelapan, Astraea mengorbankan mata kirinya—hadiah yang dulu diberikan oleh Selene di masa kecil—untuk memanggil Roh Leluhur Pertama. Darahnya membanjiri altar, mengiringi teriakan yang menggema, "Lebih baik kita menjadi debu daripada budak Galactic Cocoon!" Sebuah seruan yang menyatukan semangat perlawanan dan keputusasaan dalam satu dentuman niscaya.

Di dalam Galactic Cocoon, konflik tidak hanya terjadi di dunia fisik, melainkan juga di dalam ranah pikiran. Kael asli dan Kael Prime bertarung sengit di Mindscape, medan perang berupa ingatan-ingatan yang telah direkonstruksi ulang. Pada lapisan pertama, di Alam 5, pertempuran berlangsung dengan brutal: Kael menghancurkan tiga galaksi demi sekadar mendapatkan senyuman manis dari Lysandra, seolah setiap kehancuran adalah bukti cinta yang terdistorsi. Di lapisan kedua, di ruang kontrol di Alam 9, Kael menekan sebuah tombol yang dapat memusnahkan Alam 3, sebuah keputusan yang membuat realitas bergetar hebat. Di lapisan ketiga, yang menyimpan kenangan masa kecil, Kael menemukan kamar tidurnya, tempat di mana ayahnya yang gantung diri—yang selama ini dianggap sebagai korban tragedi—ternyata adalah hasil eksperimen kejam yang pernah dilakukannya ketika masih kecil. "Kau pikir kau korban?" teriak Kael Prime sambil menusukkan pedang memori ke dada Kael asli, "Kau selalu algojo!" Teriakan itu bergema, menyatu dengan suara ingatan yang terlupakan. Namun, di tengah pertarungan yang semakin memuncak, Kael asli berhasil merobek lapisan ketiga, mengungkap ruang rahasia di mana dirinya, di Alam 9, sedang menyaksikan pertarungan itu dengan tawa yang keji, seolah menikmati penderitaan yang telah lama ia ciptakan.

Di Alam 8, kekacauan mencapai puncaknya. Klon-klon Kael yang telah dikumpulkan mencapai massa kritis, meleleh menjadi sungai energi yang mengalir deras ke inti planet. Langit di Alam 8 pun retak, mengeluarkan sebuah Mata Abyssal sebesar galaksi, yang menatap tajam ke segala penjuru. Dalam keheningan yang mengerikan, The Devourer bangkit dalam wujud awalnya; sebuah gumpalan energi liar dengan miliaran mulut yang terus menerus melantunkan nama Kael. Efek samping dari kebangkitan ini begitu dahsyat, sehingga 10% populasi di Alam 3 hingga Alam 7 tiba-tiba mengalami amnesia total, seolah ingatan tentang Kael telah dicuri sebagai bahan bakar bagi kekuatan baru yang bangkit.

Di dalam Galactic Cocoon, di tengah kekacauan yang berkecamuk, Lysandra-Re menjerit kesakitan sambil memegang kepalanya. Suaranya pecah, "Dia datang... Dia yang Kuno..." Sebuah peringatan dan pengakuan atas sesuatu yang telah lama terlupakan, seolah bayangan masa lalu bangkit kembali untuk menuntut keadilan atas setiap dosa.

Kapal hantu Kael muda, yang telah membawa peti mati tubuh Kael, perlahan menghilang dari Pelabuhan Bayangan, meninggalkan koordinat yang merujuk ke tujuh alam semesta paralel. Di sudut gelap Alam 1.3, patung Kael yang terbuat dari darah menangis, dan tetesan darah yang jatuh membentuk pesan yang mengerikan:

"Bab 11: Aku Akan Mengubur Kita Semua."

Di antara reruntuhan dan bayang-bayang kehancuran itu, seluruh multiverse menyaksikan nasib yang terukir dengan tinta duka dan kutukan. Setiap segmen dari konflik yang telah terjadi—dari Proyek Echo yang mengumpulkan ribuan klon, hingga ritual pengorbanan di Kuil Lupa yang menghapus sejarah, hingga pertempuran psikis yang menghancurkan ingatan—merupakan benang-benang yang menyulam sebuah kisah epik tentang penderitaan, pengkhianatan, dan kebangkitan.

Dalam perjalanan panjang 1500+ chapter yang telah direncanakan, konflik akan berkembang melalui arc besar seperti Perang Proyek Echo dan kebangkitan The Devourer, penjelajahan melalui tujuh alam semesta paralel untuk mengumpulkan fragmen jiwa Kael, pemberontakan Dinasti ke-7 yang membawa intrik dan pengkhianatan dari dalam, serta kembalinya Lysandra asli yang penuh misteri. Subplot-subplot yang rumit, mulai dari petualangan kapal hantu yang membuka kilas balik kehidupan Kael, hingga evolusi Galactic Cocoon yang menghasilkan mini alam dengan hukum unik, serta sidang darurat Majelis Antar Alam yang terus memperkenalkan musuh dan sekutu baru, semuanya akan membentuk narasi yang tidak pernah berakhir.

Setiap elemen, mulai dari klon Kael yang bisa menjadi anti-hero maupun musuh, krisis identitas yang terus menerus memaksa Kael kehilangan dan menemukan kembali memori setiap seratus chapter, hingga ancaman kosmik berupa entitas yang lahir dan mati dari alam semesta sebagai musuh episodik, akan terjalin dalam sebuah simfoni kesengsaraan dan keabadian. Bayangan tanpa wajah, yang akan terungkap sepenuhnya di chapter 500 sebagai versi Kael dari siklus sebelumnya, bersama dengan Jurnal Sang Kapten yang muncul setiap tujuh chapter untuk memberikan petunjuk teka-teki, serta Mata Abyssal yang berkembang menjadi portal menuju Alam 0, semuanya mengisyaratkan puncak akhir dari konflik yang telah direncanakan sejak lama.

Gaya penulisan dalam bab ini dipenuhi dengan deskripsi brutal yang menakutkan, di mana "lautan asam waktu" mencerna kapal hantu secara perlahan, dan dialog sarkastik antara Kael Prime dan Kael asli penuh dengan metafora filosofis gelap. Kilas balik non-linear yang muncul dari tiap lapisan Mindscape memberikan puzzle lore yang menantang pembaca untuk menyusun potongan-potongan rahasia yang tersebar di seluruh multiverse. Dan cliffhanger multi-lapis, yang secara konsisten hadir di setiap chapter—mulai dari kebangkitan The Devourer, kemunculan Lysandra asli dalam wujud setengah hantu, hingga pesan darah yang terbentuk dari tangisan patung Kael—menjamin bahwa setiap halaman selalu menyimpan misteri yang tak terungkap.

Kini, di ambang babak baru, sebuah pratinjau muncul tentang bab selanjutnya. Di Bab 11, dengan judul "Kuburan Bintang-Bintang yang Membenciku," Kael akan memasuki Alam 1.3, padang pasir waktu yang sunyi, untuk mencari fragmen jiwa pertamanya. Di sana, The Devourer akan mengirimkan seratus klon Kael untuk menghadangnya, dan twist yang mengejutkan akan terungkap: setiap butir pasir di padang itu merupakan versi miniatur Selene yang terkutuk, sebuah metafora keputusasaan dan identitas yang terpecah belah.

Saat cakrawala multiverse terbentang di depan mata, setiap potongan cerita, setiap ledakan energi kosmik, dan setiap pengorbanan yang ditumpahkan, membentuk mosaik penderitaan dan kekuatan yang tak terhingga. Dunia-dunia yang telah hancur, klon-klon yang hidup sebagai baterai, ritual pengorbanan yang menghapus sejarah, dan pertempuran psikis di Mindscape Galactic Cocoon, semuanya bergabung dalam simfoni yang menghantui—simfoni yang tak akan pernah berhenti sampai kebenaran terakhir terungkap.

Di balik setiap dinding kehancuran, setiap patahan waktu, dan setiap rahasia yang telah lama disembunyikan, tersimpan janji bahwa meskipun dunia telah terbenam dalam kegelapan, masih ada cahaya yang tersisa. Cahaya yang akan menerangi jalan menuju keabadian dan penebusan, meskipun harus melalui penderitaan yang tak terhingga.

Dan begitulah, di ambang kegelapan dan di puncak keputusasaan, Kael, dengan segala luka, dosa, dan kekuatan yang telah diwariskan oleh ribuan kehidupan, melangkah ke depan. Di sampingnya, bayangan Lysandra-Re—simbol dari penyesalan, cinta, dan harapan yang hilang—menggenggam erat tangan sang arsitek, membawa mereka menembus kegelapan multiverse dengan tekad untuk mengukir kembali takdir yang telah lama tertulis dalam darah dan waktu.

Di balik cakrawala yang dijahit dari jiwa-jiwa yang hilang, di mana setiap fragmen memori adalah saksi bisu dari kehancuran dan kelahiran kembali, nasib seluruh alam semesta bergantung pada satu keputusan: apakah mereka akan terus terjebak dalam lingkaran penderitaan, atau bangkit untuk menantang kekuatan yang telah mengubur segala sesuatu dalam keputusasaan. Dengan setiap denyut jantung yang berdetak di antara kehancuran dan harapan, Kael mengerti bahwa masa depan adalah pilihan yang harus diambil—meskipun pilihan itu berarti mengorbankan segala yang pernah ia cintai.

Dalam keheningan terakhir, saat patung Kael menangis darah di sudut gelap Alam 1.3 dan pesan terakhir terbentuk dari tetesan itu, seluruh alam semesta seolah berbicara:

"Bab 11: Aku Akan Mengubur Kita Semua."

Pesan itu menggantung di udara, sebuah ancaman dan janji sekaligus, mengundang mereka yang tersisa untuk melangkah lebih jauh ke dalam kegelapan, ke dalam rahasia yang tak pernah usai, dan ke dalam pertempuran yang akan menentukan nasib segala sesuatu. Di sana, di balik tiap lapisan waktu dan ruang, cerita tentang penderitaan, pengorbanan, dan kekuatan abadi terus berlanjut—selamanya.