Di ambang perbatasan antara Alam 1.3 dan Alam 8, di atas jembatan yang terbuat dari kristal waktu dan disusun dari partikel antimateri, sebuah medan pertempuran kosmik mulai terurai. Di sana, waktu seakan terdistorsi, dan ruang menjadi saksi bisu dari tarian maut yang akan segera dimulai.
Kael asli dan Kael Prime berdiri berhadapan dengan The Devourer, entitas yang baru saja melewati fase awal kebangkitannya. Wujud The Devourer kini menyerupai sosok humanoid dengan enam lengan yang berkilau dari singularitas, namun dalam setiap gerakannya tersimpan kekuatan yang dapat mengguncang struktur realitas. Di hadapan mereka, udara bergetar, seolah-olah alam semesta sendiri menahan napas untuk menyaksikan pertarungan yang akan menentukan nasib banyak dunia.
Tanpa menunggu lagi, Kael asli melompat dengan gerakan melengkung setinggi 45 derajat. Ia mengulurkan telapak tangannya yang memancarkan aura kegelapan, lalu dengan cepat membentuk cakram hitam. Dalam satu gerakan yang memotong ruang-waktu lokal, cakram itu menghantam The Devourer, menciptakan tiga jurang dimensi yang menghisap lengan kirinya dengan dahsyat. Namun, aksi luar biasa itu tidak datang tanpa harga; segel Alam 2 yang tersemat di pergelangan tangan Kael retak, dan darah keemasan mulai menetes, menyebarkan tanda penderitaan yang mengganggu kekuatannya.
Tak mau kalah, Kael Prime melangkah maju dengan sikap penuh perhitungan. Ia mengayunkan pedangnya, lalu memutarnya dengan presisi sehingga membentuk simbol infinity. Dari gerakan itu, muncul dua belas klon ilusi yang tersusun rapi dalam formasi segi delapan. Klon-klon itu menyerbu ke arah The Devourer, memotong garis waktu musuh dengan teknik "Chrono-Sever Matrix". Dampaknya sangat dahsyat: tubuh The Devourer terpaksa berevolusi mundur ke fase sebelumnya, berubah menjadi gumpalan energi yang kehilangan sebagian kekuatannya. Namun, setiap kali teknik itu digunakan, Kael Prime harus mengorbankan 30% energi jiwanya, dan rambutnya mulai memutih, menandakan bahwa kekuatan besar selalu datang dengan harga yang mahal.
Di sisi lain medan pertempuran, The Devourer tidak tinggal diam. Dalam gerakannya yang mengerikan, 1.000 mulut kecil yang muncul di seluruh tubuhnya mulai menyanyikan nada-nada dari Alam 0. Suara itu menggelegar, merobek struktur jembatan kristal waktu, sehingga memicu apa yang dikenal sebagai Time Quake—getaran yang mengacaukan aliran sejarah di Alam 5. Namun, kekuatan tersebut pun tidak sempurna. Sebagian kecil, sekitar 1% dari tubuh The Devourer, larut menjadi debu bintang, sebagai bukti bahwa meskipun kehebatan dapat menghasilkan kehancuran, setiap kekuatan pasti memiliki kelemahan.
Di tengah kekacauan itu, dari balik bayangan medan pertempuran, Selene muncul. Tubuhnya terinfeksi, 67% dari jiwanya telah tercemar oleh energi yang tidak stabil, namun ia membawa Starforge Bomb dengan tekad yang tak tergoyahkan. Dengan langkah yang mantap, ia maju dan menusukkan sembilan jarum energi ke titik-titik akupuntur kosmik yang terletak di punggung The Devourer. Setiap jarum itu berisi memori yang telah dicuri dari Kael, dan ketika mengenai sasaran, mereka memicu konflik internal di sistem kekebalan The Devourer. Luka-luka muncul dan terbuka, sementara tattoo hitam di wajah Selene berubah, membentuk pola baru yang menyerupai simbol-simbol dari Alam 9. Tindakan itu jelas menandai awal dari pengorbanan yang berat, namun juga merupakan kunci bagi strategi yang telah lama direncanakan.
Sementara pertempuran utama berlangsung, Kael Prime melancarkan trik pengalihan quantum. Ia menciptakan tujuh realitas semu yang begitu meyakinkan sehingga The Devourer seolah percaya bahwa ia telah mencapai kemenangan. Namun, salah satu realitas itu bocor ke Alam 3, menyebabkan 600 planet terjebak dalam ilusi kemenangan, membuat kerusakan yang tersebar di antara bintang-bintang yang selama ini dianggap aman.
Di sisi lain, Kael asli menarik kekuatan terakhirnya dan menggunakan darah yang telah tumpah untuk mengaktifkan 777 Blackhole Shard yang tertanam di dalam Galactic Cocoon. Dengan kekuatan itu, ia berhasil membentuk sangkar singularitas seukuran galaksi, memperlambat pergerakan The Devourer hingga 40%, memberikan sedikit ruang untuk bernapas di tengah kegilaan pertempuran yang sedang berlangsung.
Tiba-tiba, intervensi dari faksi ketiga datang menghampiri medan perang. Di langit Alam 5, batalyon ke-9 dari Majelis Antar Alam menyerbu dengan formasi rapih. Sepuluh ribu prajurit mekanis, bersenjata Reality Nullifier, berbaris dalam formasi spiral Fibonacci, setiap langkah mereka menciptakan medan gaya seberat 500G yang memaksa Kael harus menggunakan 15% energi ekstra untuk melindungi Selene, yang mulai kejang akibat tekanan ekstrem medan tersebut. Di antara barisan itu, Elder Xanath dari Alam 6 muncul, dengan jari-jari yang menari lincah seperti dalang, memotong "benang takdir" yang selama ini mengikat Kael Prime. Luka lama di dada Kael Prime, yang pernah ia alami di Bab 11, terbuka kembali, mengeluarkan cairan spacetime yang berkilau, menandakan bahwa luka lama tidak pernah benar-benar sembuh.
Di tengah teriakan dan komentar sarkastik, Elder Xanath berseru, "Kalian pikir ini sekadar pertempuran? Ini pembersihan! Inilah awal dari penghapusan segala yang tidak murni!" Suaranya menggema, menembus setiap ruang dan waktu, menyatakan bahwa nasib ribuan klon Kael dan pasukan mekanis telah dipertaruhkan dalam konflik yang tak terelakkan.
Namun, di tengah hiruk-pikuk pertempuran dan intervensi faksi, The Devourer menunjukkan transformasinya yang menakutkan. Mengumpulkan energi dari 50 klon Kael yang telah gugur, ia berevolusi ke fase baru yang dinamakan "Event Horizon Monarch." Tubuhnya kini dihiasi oleh lapisan armor yang terbentuk dari lubang hitam mini yang terus lahir dan mati, dan senjatanya telah bergeser menjadi tongkat yang terbuat dari tulang punggung alam semesta yang telah mati. Setiap langkahnya menyebabkan terjadinya penyakit dimensi, menyebarkan kehancuran secara acak di sekitar medan perang. Dengan kekuatan baru itu, ia melancarkan teknik "Singularity Nova" yang menggabungkan 100 lubang hitam mini menjadi satu, melepaskan ledakan energi dari Alam 0 yang begitu dahsyat sehingga tiga sektor medan perang hancur, menelan 2.000 prajurit Alam 5 dalam sekejap. Dan dengan teknik "Memetic Corruption Virus," siapa pun yang memandang The Devourer kini terinfeksi oleh simbol-simbol dari Alam 0, membuat 30% pasukan Alam 5 berbalik menyerang sekutu mereka sendiri.
Dalam kekacauan yang tampaknya tidak ada habisnya, titik balik pun tiba. Kael asli, dengan keberanian yang tersisa, memutuskan untuk menarik Kael Prime dan Selene ke dalam satu dari Blackhole Shard yang telah ia aktifkan, menciptakan sebuah tempat persembunyian sementara yang disebut Fortress of Forgotten Sins. Benteng terapung yang dibentuk dari ingatan korban yang telah hilang itu menjadi tempat persembunyian mereka, sambil Kael asli mengumpulkan 10% energi Galactic Cocoon untuk menguatkan pertahanan.
Dalam keheningan sejenak di benteng tersebut, mereka merenungi kerugian yang telah terjadi. 45% pasukan Majelis Antar Alam telah hancur, dan The Devourer kini menguasai 20% Alam 8. Segel Alam 3 di tubuh Kael asli hampir terbuka, menandakan bahwa kekuatannya tak lagi terkendali. Sementara itu, Selene, yang semakin terpengaruh oleh infeksi, mulai kehilangan sebagian ingatan aslinya, dan mulai percaya bahwa dirinya adalah Lysandra dari kehidupan ke-777. Di sisi lain, Kael Prime mengungkapkan bahwa di dalam dirinya tersembunyi tujuh memori inti yang telah terfragmentasi, masing-masing berasal dari tujuh alam berbeda.
Di tengah kekacauan dan pertempuran, Kael asli menemukan sebuah blueprint kuno—Blueprint of Annihilation—tersembunyi di dalam Fortress of Forgotten Sins. Diagram itu adalah senjata purba yang pernah digunakan oleh penguasa alam semesta, yang membutuhkan tiga komponen utama: hati seorang penguasa dari Alam 9, tangisan The Devourer, dan jiwa sukarelawan dari tiap alam. Penemuan itu membuka peluang baru, meskipun harga yang harus dibayar sangatlah tinggi.
Di saat pertempuran di medan luar masih bergelora, The Devourer yang kini telah mencapai fase kedua, melakukan transformasi yang mengejutkan. Ia menyerap 50 klon Kael yang gugur, mengubah wujudnya menjadi entitas yang dikenal sebagai "Event Horizon Monarch." Tubuhnya kini berupa armor dari lubang hitam mini yang terus lahir dan mati, dan setiap langkahnya menciptakan penyakit dimensi yang menggerogoti alam sekitar. Dalam kondisi yang semakin kacau, The Devourer melancarkan serangan pamungkasnya dengan teknik "Singularity Nova," menggabungkan kekuatan lubang hitam yang ada hingga melepaskan ledakan energi dahsyat dari Alam 0, menghapus 3 sektor medan perang dan menelan 2.000 prajurit dalam sekejap. Pada saat yang sama, virus korupsi memori menyebar, membuat pasukan Alam 5 yang tersisa mulai saling menyerang.
Di tengah keputusasaan itu, Kael asli, Kael Prime, dan Selene terpaksa memutuskan untuk mundur sementara, menarik diri ke dalam Fortress of Forgotten Sins. Di dalam benteng yang dibangun dari ingatan dan duka, mereka menyusun rencana untuk pertempuran berikutnya. Selene, dengan tatapan kosong dan wajah yang mulai dipenuhi pola tattoo baru, menyaksikan kerugian yang terjadi dan mengumpulkan sisa-sisa kekuatan untuk mempersiapkan senjata rahasia berikutnya. Kael Prime, meskipun luka lama masih terbuka, diam-diam menghubungi bayangan tanpa wajah, menawarkan 50% jiwanya sebagai bahan bakar untuk sekutu sementara yang tak terduga. Sementara Kael asli, dengan segel yang mulai terancam di tubuhnya, menemukan petunjuk melalui blueprint kuno yang mungkin menjadi kunci untuk menghancurkan kekuatan musuh sekaligus mengurung kembali The Devourer.
Di saat-saat genting itu, di balik dinding-dinding ingatan yang telah hancur, terjadi intervensi dari faksi ketiga. Di Alam 5, batalyon ke-9 dari Majelis Antar Alam menyerbu dengan kekuatan Reality Nullifier, membentuk pola spiral Fibonacci yang menciptakan medan gaya seberat 500G. Elder Xanath, sosok manipulasi string kosmik dari Alam 6, dengan gerak jarinya yang lincah, memotong benang takdir Kael Prime, membuka luka lama di dadanya yang pernah terluka parah di Bab 11, sehingga cairan spacetime mengalir kembali sebagai pengingat akan kegetiran masa lalu. Kata-kata Xanath menggema, "Kalian pikir ini sekadar pertempuran? Ini adalah pembersihan dari segala yang tidak murni. Inilah awal dari penghapusan!"
Pertempuran di luar benteng semakin bergemuruh. Dalam kekacauan itu, The Devourer berevolusi lagi; ia menyerap 50 klon yang gugur dan berubah menjadi entitas yang semakin mengerikan. Dengan tubuh yang kini terbungkus oleh lapisan armor dari lubang hitam mini, ia meluncurkan serangan "Memetic Corruption Virus" yang membuat setiap mata yang memandangnya terinfeksi, sehingga pasukan mulai saling menyerang dengan kebingungan. Ledakan demi ledakan, medan perang bergolak, dan Galactic Cocoon mulai mengeluarkan sinyal kehancuran.
Di tengah semua kekacauan itu, Kael asli dengan susah payah menarik Kael Prime dan Selene ke dalam salah satu Blackhole Shard yang telah diaktifkannya. Di dalam kegelapan yang menelan mereka, ia menggunakan 10% energi Galactic Cocoon untuk membentuk sebuah benteng terapung—Fortress of Forgotten Sins—tempat di mana mereka dapat menenangkan kekuatan yang tersisa dan menyusun rencana untuk babak selanjutnya.
Dalam keheningan yang mencekam di dalam benteng, mereka menyusun inventarisasi kerugian. 45% pasukan Majelis Antar Alam telah hancur, dan The Devourer kini menguasai 20% dari Alam 8. Segel Alam 3 di tubuh Kael asli hampir terbuka, menandakan bahwa kekuatan yang selama ini dikendalikan mulai melemah. Di sisi lain, Selene, yang semakin kehilangan memori aslinya, mulai percaya bahwa dirinya adalah Lysandra dari kehidupan ke-777, sedangkan Kael Prime mengungkapkan bahwa dalam dirinya tersembunyi tujuh memori inti dari tujuh alam berbeda.
Di tengah kegelapan dan duka, Blueprint of Annihilation yang ditemukan Kael asli menyinari benaknya dengan secercah harapan. Diagram kuno itu menunjukkan senjata purba yang bisa memadamkan kekacauan, namun harus dibangun dengan hati seorang penguasa Alam 9, tangisan The Devourer, dan jiwa sukarelawan dari tiap alam. Rencana itu, meski berisiko tinggi, menjadi satu-satunya jalan untuk mengalahkan musuh yang telah mengoyak tatanan kosmik.
Sementara pertempuran di luar benteng terus berlangsung dengan dahsyatnya, The Devourer yang kini telah berevolusi ke fase "Event Horizon Monarch" terus melangkah, menciptakan penyebaran penyakit dimensi dan menghisap setiap jiwa yang berani menantangnya. Di sisi lain, Elder Xanath dan batalyon Majelis Antar Alam terus berjuang, namun kekuatan mereka kian berkurang seiring semakin banyaknya kerusakan yang terjadi di setiap alam.
Di tengah semua itu, di sudut gelap Alam 9, Lysandra asli muncul dalam bentuk bayangan yang semakin nyata. Dengan tekad yang terpancar melalui mata yang penuh rahasia, ia mengaktifkan Protokol Siklus ke-1000, mengubah Galactic Cocoon menjadi bom waktu yang mengancam akan meledak dan menghancurkan segala sesuatu. Sebuah prasasti yang terukir di dinding Fortress of Forgotten Sins pun muncul, bertuliskan:
"Pertempuran Sejati Dimulai di Antara Sela-Sela Waktu yang Terlupakan."
Ketika ledakan dahsyat mulai mengancam, The Devourer dan pasukan klonnya mengepung benteng. Kael Prime, dengan sisa-sisa kekuatan yang tersisa, mengirimkan pesan terakhir melalui bayangan tanpa wajah, "Aku datang untuk pembebasan... diri kita." Sebuah pernyataan yang penuh ambiguitas, menggugah perasaan bahwa dalam kegelapan, satu-satunya harapan adalah untuk bersatu melawan kutukan yang telah lama menghantui.
Di balik segala pertempuran, di dalam Ruangan 1001 yang terletak di inti Galactic Cocoon, Kael menemukan kenyataan yang mengguncang. Dinding-dinding ruangan itu dipenuhi layar yang menampilkan ribuan kehidupan yang pernah ia jalani—setiap versi dirinya, setiap pengorbanan, dan setiap kekalahan. Di tengah ruangan itu, peti mati dari Alam 1.2 terbuka, mengungkap tubuh Kael yang tertusuk oleh Sword of Forgotten Eternity. Kilasan masa lalu menyergapnya: di Alam 9, Kael sengaja menciptakan Galactic Cocoon sebagai kandang untuk menahan versi dirinya yang sadar—Kael Prime—agar tidak mengakses kekuatan mematikan dari Alam 0. Dan Lysandra asli, yang kini muncul dalam wujud setengah hantu, ternyata adalah kurir yang dikirim untuk memastikan bahwa ritual kehancuran ini terus berlangsung.
Dengan suara yang bergetar antara keputusasaan dan penerimaan, Kael bergumam, "Aku... penjaga penjara bagi diriku sendiri?" Sebuah pengakuan pahit bahwa setiap kehancuran yang ia ciptakan adalah bagian dari takdirnya yang tak terelakkan.
Di luar, di Alam 8, The Devourer mulai mengepung benteng dengan pasukan hibrida klon-prajurit yang masih tersisa. Kael Prime diam-diam menghubungi bayangan tanpa wajah, menawarkan setengah jiwanya untuk sekutu sementara, sementara di Alam 9, Lysandra asli mengaktifkan Protokol Siklus ke-1000, mengubah Galactic Cocoon menjadi bom waktu yang kian mendekati ledakan final.
Pesan terakhir dari dinding Fortress of Forgotten Sins terbaca samar, mengisyaratkan bahwa pertempuran baru saja dimulai, dan nasib multiverse bergantung pada keberanian mereka yang tersisa. Di sudut gelap, sebuah bayangan muncul—Kael dari siklus ke-999, terkikis oleh kegagalan yang sama—sebuah pengingat bahwa setiap generasi harus membayar harga yang sama untuk mempertahankan keabadian.
Di balik setiap kepingan kehancuran, di antara setiap retakan waktu, tersimpan janji bahwa meskipun dunia telah terbenam dalam kegelapan, perjuangan untuk menemukan arti dan keabadian tidak akan pernah berakhir. Dalam tarian pisau yang terus berputar di atas kuburan multiverse, setiap serangan, setiap teknik, dan setiap pengorbanan adalah bagian dari simfoni besar yang akan menentukan masa depan segalanya.
Ketika bintang-bintang mulai mati satu per satu, dan The Devourer mengeluarkan teriakan terakhirnya melalui lubang-lubang hitam yang terus tumbuh, Kael, Selene, dan Kael Prime bersiap untuk babak berikutnya. Di tengah tarian maut dan kehancuran kosmik, mereka tahu bahwa keputusan yang akan diambil tidak hanya menentukan nasib mereka, tetapi juga nasib seluruh multiverse. Dengan hati yang penuh luka dan jiwa yang terbagi, mereka melangkah maju, berjanji bahwa walaupun keabadian bisa menjadi kutukan, setidaknya mereka akan melawan—hingga setiap fragmen jiwa yang tersisa menemukan keadilan.
Di balik cakrawala yang dibentuk oleh kepingan ingatan dan duka, pertempuran sejati baru saja dimulai. Setiap detak jantung, setiap nafas yang tersisa, dan setiap bayangan yang melintas di antara reruntuhan alam semesta adalah saksi bisu dari tarian pisau yang abadi—tarian yang akan mengukir sejarah baru dalam kegelapan yang tak terelakkan.
Dengan segala penderitaan yang telah menimpa dan segala harapan yang masih tersisa, Kael melangkah ke depan, menyatukan kekuatan, mengumpulkan setiap potongan jiwanya, dan menantang takdir yang telah lama ditulis. Di tengah kehancuran, di atas kuburan multiverse, tarian pisau itu terus bergulir, memotong dan membelah batas antara kehidupan dan kematian, antara keputusasaan dan penebusan, hingga akhirnya, dalam kehancuran yang paling mutlak, terbitlah cahaya yang bisa mengubah segalanya—selamanya.