Jinwoo melangkah bersama Namgung Ryuu menuju aula utama. Bocah di sampingnya tampak sedikit gugup, tapi ada tekad dalam matanya.
Saat mereka tiba di aula, suasana sudah terasa berat. Puluhan anggota klan Namgung duduk di sekeliling ruangan, dengan Namgung Baek, kepala keluarga, duduk di kursi utama. Tatapan pria tua itu tajam, penuh wibawa, dan sedikit rasa penasaran.
"Jin," suara Namgung Baek dalam dan tegas. "Kau akhirnya sadar setelah insiden di sungai."
Jinwoo membungkuk hormat. "Ya, Kakek."
Beberapa tetua mengernyit. Biasanya, Jinwoo terlalu takut untuk berbicara langsung dengan kepala keluarga.
Namgung Baek menyipitkan matanya. "Aku mendengar sesuatu yang menarik… Kau berlatih pedang dengan Ryuu?"
Suasana aula sedikit bergetar. Banyak anggota klan saling berbisik.
"Orang itu bahkan tidak bisa mengayunkan pedang dengan benar… Kenapa dia berlatih dengan tuan muda?"
"Hmph. Jangan bercanda. Ini pasti salah dengar."
Jinwoo tetap tenang. "Ya, aku ingin melihat perkembangan Ryuu. Dia memiliki bakat yang luar biasa."
Ryuu menunduk sedikit, wajahnya agak memerah.
Salah satu tetua berdiri. "Namgung Jin, kami tidak punya waktu untuk lelucon ini. Klan Namgung adalah salah satu keluarga pendekar pedang terkuat. Kau selama ini membawa aib bagi keluarga dengan kelemahanmu. Dan sekarang kau ingin bertindak seolah-olah kau layak menjadi bagian dari klan ini?"
Jinwoo menatap pria itu. Ia ingat dari ingatan Namgung Jin—tetua ini adalah Namgung Wei, salah satu pendekar kuat di klan.
"Aku hanya ingin membuktikan sesuatu," jawab Jinwoo.
Namgung Baek mengetukkan jarinya ke sandaran kursi. "Hmph. Kalau begitu, buktikan di depan kami."
Seorang murid klan maju, membawa dua pedang kayu. "Tuan besar, izinkan saya menguji dia."
Murid itu adalah Namgung Fei, salah satu pendekar muda berbakat. Banyak yang mengangguk setuju.
"Bagus. Kalau Jin bisa bertahan selama tiga menit, aku akan mengakui niatnya," kata Namgung Baek.
Jinwoo mengambil pedang kayu tanpa ragu.
Ryuu menarik lengan bajunya. "Ayah, hati-hati..."
Jinwoo tersenyum tipis. "Percayalah padaku."
[Quest Baru Dimulai!]
Buktikan kemampuanmu di hadapan klan Namgung!
Waktu bertahan: 3 menit
Hadiah: +150 Poin Heavenly & Demonic Energy
Mata Jinwoo berkilat.
'Baiklah. Mari kita mulai.'
Namgung Fei langsung menyerang. Pedangnya bergerak cepat, mencoba menebas sisi tubuh Jinwoo.
Namun, Jinwoo melangkah mundur dengan tenang, menghindari serangan itu tanpa kesulitan.
Whack!
Sebuah serangan horizontal datang. Jinwoo mengangkat pedangnya, menangkis serangan itu dengan mudah.
"…Apa?" Namgung Fei terkejut.
Para tetua dan murid lain yang menonton juga mulai menyadari sesuatu yang aneh.
"Gerakannya… jauh lebih baik dari sebelumnya?"
"Bagaimana bisa? Bukankah dia sampah?"
Jinwoo tersenyum dalam hati.
'Tubuh ini memang lemah sebelumnya, tapi dengan peningkatan dari sistem, refleksku jauh lebih cepat sekarang.'
Namgung Fei menggertakkan giginya. Ia mengubah posisi, lalu menyerang lebih agresif.
Serangannya cepat dan kuat, tapi…
Duk!
Jinwoo memblokirnya tanpa bergerak sedikit pun.
Seketika, aula menjadi sunyi.
'Sekarang… Saatnya menyerang balik.'
Jinwoo menggeser kakinya, lalu melancarkan satu tebasan sederhana.
Namgung Fei mengangkat pedangnya untuk menangkis—
TAP!
Dalam satu gerakan cepat, Jinwoo mengalihkan serangannya ke sisi lain, memukul bahu Fei dengan pedang kayu.
"Ugh—!" Fei terdorong ke belakang.
Orang-orang terdiam.
"Satu serangan…?"
"Dia membaca gerakan Fei dan langsung menyerang celahnya…?!"
Namgung Baek menatapnya dengan tajam. Mata pria tua itu menunjukkan sesuatu yang tidak pernah ia tunjukkan sebelumnya—ketertarikan.
[Quest Selesai!]
Buktikan kemampuanmu di hadapan klan Namgung!
+150 Poin Heavenly & Demonic Energy
Jinwoo menurunkan pedangnya. "Tiga menit sudah berlalu."
Semua orang masih terkejut.
Ryuu menggenggam ujung bajunya dengan erat. Matanya bersinar dengan kekaguman.
Namgung Baek akhirnya berbicara.
"Menarik."
Lalu, dia tersenyum tipis.
"Aku ingin melihat seberapa jauh kau bisa melangkah.