Keberanian dalam Kegelapan
Langkah-langkah mereka terdengar hampa di sepanjang lorong sempit yang gelap. Ryuta menatap ke sekelilingnya, hanya dibantu oleh cahaya dari beberapa obor yang menempel di dinding dungeon. Setiap langkah membawa mereka lebih dalam ke dalam kegelapan, dan semakin jauh mereka berjalan, semakin intens perasaan aneh yang merayap di dalam diri Ryuta. Sebuah insting yang mengatakan bahwa bahaya sudah dekat.
"Aku tidak suka ini," Lucas bergumam, matanya mengamati setiap sudut dengan cermat. "Ada sesuatu yang aneh di sini."
Ryuta menatap temannya, dan meskipun dia ingin mengatakan sesuatu yang menenangkan, dia merasakan hal yang sama. Keheningan yang menyesakkan, suasana yang begitu mencekam, seolah dungeon ini bukan hanya sebuah tempat untuk diuji, tapi tempat yang akan mengungkapkan sisi gelap dari diri mereka.
Tak lama kemudian, suara berderak keras terdengar, menggelegar di seluruh lorong. Ryuta menoleh dengan cepat, dan di ujung koridor yang gelap, muncul bayangan besar. Monster itu, setinggi dua kali manusia, tampak seperti makhluk bersayap yang dipenuhi dengan tentakel hitam yang menggeliat.
"Serangannya cepat. Hati-hati!" Ryuta berteriak, melompat mundur ke belakang untuk menghindari serangan pertama monster itu yang hampir menghantamnya.
Lucas sudah bersiap, pedangnya berkilau di bawah cahaya obor yang redup. "Aku akan mencoba menahannya. Kamu serang dari belakang!"
Tanpa menunggu perintah lebih lanjut, Lucas menyerang dengan cepat. Pedangnya terayun ke arah monster itu, namun makhluk tersebut bergerak lebih cepat dari yang mereka kira. Tentakel panjangnya menyambar, menangkis pedang Lucas dengan kekuatan yang mengejutkan.
Ryuta mengambil kesempatan, menggunakan kecepatan dan kelincahannya untuk melompat ke samping. Dengan tangan kosong, dia berlari ke arah monster, menyelinap di antara serangan tentakel yang bergerak liar. Setelah beberapa kali menghindar, Ryuta akhirnya berhasil mendekati tubuh monster dan melancarkan serangan langsung ke jantungnya. Namun, makhluk itu hanya terhuyung, lalu bangkit kembali dengan kekuatan yang lebih besar.
"Ini lebih kuat dari yang aku kira!" teriak Ryuta, terengah-engah.
Lucas berlari mengelilingi monster itu, berusaha untuk mengalihkan perhatian makhluk itu agar Ryuta bisa menyerang lebih efektif. "Kita harus bekerja sama, Ryuta! Ini bukan pertarungan biasa!"
Ryuta mengangguk. Mereka sudah berlatih bersama, dan meskipun ini adalah ujian terberat mereka, Ryuta tahu mereka harus memanfaatkan segala keahlian yang mereka punya. Ryuta mulai melihat pola serangan monster tersebut. Tentakel-tentakel yang bergerak tak beraturan memiliki titik lemah di ujungnya, tempat di mana serangan mereka bisa mempengaruhi monster.
"Lucas, serang pada tentakel kiri!" Ryuta berteriak, merencanakan langkah selanjutnya. "Aku akan memotong bagian tengahnya!"
Lucas tak ragu, mengikuti perintah dengan cepat. Dia meluncurkan serangan pedangnya, tepat mengenai salah satu tentakel monster yang tampak lebih lemah. Monster itu mengeluarkan raungan keras, tubuhnya terguncang, dan Ryuta tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut.
Dengan satu lompatan tinggi, Ryuta memotong tentakel lainnya yang memegangi tubuhnya, kemudian menancapkan pisau besar ke bagian tubuh monster yang paling rentan. Wajah monster itu terkulai, matanya tampak kosong, dan akhirnya tubuhnya terjatuh dengan gemuruh yang mengguncang tanah.
"Kita berhasil," Lucas berkata, terengah-engah, menyeka peluh di keningnya.
Namun, meskipun monster itu telah jatuh, suasana di dungeon semakin mencekam. Keheningan menggantikan kebisingan sebelumnya, seolah dungeon itu sedang menunggu untuk menantang mereka lebih jauh lagi.
Ryuta menatap ke dalam kegelapan lebih dalam. "Ini baru permulaan. Kita belum tahu apa yang menunggu di depan."
---