Ujian Perwakilan

Ujian Perwakilan

Pagi hari tiba dengan sinar matahari yang terik, namun udara yang memancarkan kehangatan tidak bisa mengusir kepenatan yang masih menyelimuti tubuh Ryuta dan Lucas. Setiap langkah mereka terasa lebih berat, setiap keputusan terasa lebih penting. Mereka tidak lagi sekadar berkelana mencari tempat aman atau kekuatan, mereka berada di tengah-tengah permainan yang lebih besar, di mana dunia mereka akan dipertaruhkan dalam perlombaan antar planet.

Di tempat yang mereka pilih untuk beristirahat, Ryuta dan Lucas dikelilingi oleh anggota kelompok yang baru mereka temui semalam. Ternyata, kelompok ini adalah bagian dari organisasi yang lebih besar yang telah dipersiapkan untuk menghadapi ujian yang datang bersama penguasa luar angkasa. Kelompok ini dikenal dengan nama "Shadewalkers," sebuah kelompok yang dibentuk oleh individu-individu yang memiliki kemampuan luar biasa untuk bertahan hidup dalam dunia yang penuh dengan kekacauan.

Seorang pria tua yang tampak bijaksana, dengan jubah berwarna gelap, mendekati mereka. Wajahnya penuh kerut, namun matanya tajam, seolah bisa menilai kekuatan seseorang hanya dengan satu pandangan.

"Ryuta Excelsior," katanya dengan suara yang dalam dan penuh makna. "Kau bukan hanya seorang petualang biasa, bukan? Aku bisa melihat potensi besar dalam dirimu. Namun, kekuatan yang kau cari... apakah kau siap untuk itu?"

Ryuta menatap pria itu dengan serius, tak merasa terganggu dengan tatapan yang menilai dirinya. "Siapa yang bisa siap untuk ini?" jawabnya. "Tapi aku tidak punya pilihan selain melangkah maju. Jika dunia ini akan diubah, maka yang pertama harus berubah adalah aku."

Pria itu mengangguk pelan. "Kau memang punya semangat yang dibutuhkan untuk bertahan hidup di dunia ini. Namun, kekuatan sejati tidak datang hanya dari tubuh yang kuat atau sihir yang hebat. Itu datang dari keputusan yang kau buat dalam saat-saat kritis. Keputusan yang akan menentukan siapa dirimu dalam perlombaan ini."

Lucas, yang berdiri di samping Ryuta, mengernyitkan dahi. "Apa maksudnya, Tuan?"

Pria itu tersenyum samar, seolah menantikan pertanyaan itu. "Kalian akan segera menghadapi ujian perwakilan. Tidak semua yang bertahan dalam ujian ini akan berhasil. Setiap dunia hanya dapat memilih sepuluh perwakilan. Dan tidak ada yang bisa dipastikan akan terpilih."

Kata-kata itu menggema di pikiran Ryuta. Meskipun ia sudah tahu tentang ujian ini, kata-kata pria tua itu seolah memberikan kesadaran baru yang lebih dalam. Perlombaan antar dunia tidak hanya soal bertarung—tetapi juga soal memilih siapa yang benar-benar pantas mewakili dunia mereka.

"Kami harus bertarung dengan siapa?" tanya Lucas, jantungnya mulai berdegup lebih cepat.

"Dengan siapa saja," jawab pria itu tanpa ragu. "Kalian akan dihadapkan dengan peserta dari dunia lain, baik yang manusiawi maupun yang lebih... asing. Setiap pertemuan adalah ujian, dan setiap ujian adalah kesempatan untuk naik atau jatuh. Hanya mereka yang terkuat dan paling cerdas yang bisa bertahan hidup."

Ryuta memejamkan mata sejenak, mengingatkan dirinya akan tujuan utamanya—untuk mengubah nasibnya dan membuktikan bahwa ia bisa menjadi seseorang yang mengubah dunia. Namun, semakin ia mendengar tentang ujian ini, semakin jelas baginya bahwa itu bukan sekadar tentang kekuatan fisik atau sihir. Ini adalah ujian yang akan menguji semua aspek dari dirinya—keputusan, moralitas, dan kemampuannya untuk mengatasi rintangan yang lebih besar dari sekadar monster atau musuh.

Tiba-tiba, seorang wanita muda dengan rambut hitam panjang dan mata tajam berjalan mendekat. Wajahnya dingin, tetapi ada sesuatu yang menggetarkan dalam dirinya. "Aku juga salah satu yang terpilih," katanya, suaranya tenang namun penuh tekad. "Dan aku tidak akan menyerah begitu saja."

Ryuta menatapnya, merasakan aura kekuatan yang kuat di dalam dirinya. "Siapa namamu?" tanyanya.

"Alicia," jawabnya singkat. "Alicia ar Rexya."

Kata-kata itu membuat Ryuta terdiam. Nama itu terdengar familiar—seperti nama seseorang yang harus ia hadapi dalam ujian ini. Namun, ia memilih untuk tidak mengungkitnya sekarang. Alicia adalah seseorang yang memiliki aura yang berbeda, lebih kuat daripada kebanyakan orang yang ia temui.

"Alicia..." Ryuta mengulangi, mencoba menyerap makna dari kata-kata yang baru saja didengarnya. "Kita akan bertarung bersama dalam ujian ini?"

Alicia mengangguk, matanya tajam menatap Ryuta. "Kita akan bertarung bersama, atau kita akan saling mengalahkan satu sama lain. Tidak ada yang tahu bagaimana ujian ini akan berjalan. Yang jelas, kita semua berada di jalan yang sama—jalan menuju kemenangan, atau kehancuran."

Setelah kata-kata itu, suasana di sekitar mereka menjadi lebih hening. Tidak ada yang bisa meremehkan apa yang akan datang. Semua orang di sini tahu, ujian yang sedang menanti mereka bukan hanya ujian fisik, tetapi juga ujian mental dan emosi.

Ryuta berdiri tegak, matanya penuh tekad. Ia sudah melewati begitu banyak rintangan, tetapi ujian yang sesungguhnya baru akan dimulai. Dunia ini tidak lagi memberikan pilihan untuk mundur. Sekarang, hanya ada satu jalan—jalan yang penuh tantangan dan ujian yang harus ia hadapi dengan segala kekuatan yang dimilikinya.

"Kalau begitu," kata Ryuta dengan suara yang penuh keyakinan. "Mari kita lihat siapa yang akan bertahan hidup."

Alicia menatapnya, lalu tersenyum tipis. "Kita akan melihat itu, Ryuta."

Dengan kata-kata itu, mereka pun melangkah maju, menyadari bahwa ujian perwakilan bukan hanya tentang bertarung. Ini adalah tentang menentukan nasib mereka sendiri, dan nasib dunia mereka.

---