Expanding the world

Panggung Telah Dibuka

Di seluruh dunia, perubahan energi yang dihasilkan oleh ledakan Ryuta di Kravos Expanse dan pertarungan melawan utusan tak dikenal menyebar seperti gelombang kejut. Para ahli di berbagai negara—baik dari faksi pemerintah, organisasi bayangan, maupun entitas luar dunia—semuanya sepakat pada satu hal:

"Seseorang telah bangkit."

Dan dunia... bereaksi.

---

Markas Tertinggi Komite Pertahanan Dunia – Astrya

Puluhan layar holografik menyala bersamaan, memperlihatkan rekaman pertarungan Ryuta dalam mode resonansi jiwa. Simbol di telapak tangannya, pola energi tak terdaftar, dan kekuatan spasial yang mengubah struktur medan—semuanya jadi data emas.

Di tengah ruangan, seorang pria tua bertongkat dengan lencana emas bergambar dua naga saling melingkar berdiri.

“Namanya?” tanyanya.

Seorang analis menjawab, “Ryuta Excelsior, 18 tahun. Lahir di sektor termiskin Jakarath. Lolos seleksi perwakilan. Tapi... data sebelum usia 7 tahun kabur. Seperti dihapus.”

Pria tua itu tersenyum tipis.

“Kalau begitu, dia adalah… anomali yang akhirnya kembali.”

---

Fasilitas Latihan – Ruang Isolasi Khusus

Ryuta duduk diam di kursi logam, hanya ditemani suara detak jarum jam. Di hadapannya duduk Seraphine Klythe, kali ini tanpa tablet atau dokumen.

“Aku akan jujur, Ryuta. Kau membuat banyak orang gelisah.”

“Karena aku kuat?” tanya Ryuta datar.

“Bukan. Karena kau terlalu mirip dengan seseorang yang pernah... mengancam tatanan seluruh perlombaan ini.”

Ryuta menatap lurus. “Diriku yang lama?”

Seraphine tidak menjawab langsung. Tapi dari sorot matanya, Ryuta tahu jawabannya.

“Semua pihak ingin sesuatu darimu. Beberapa ingin membimbing, sebagian ingin membunuh, sisanya... hanya ingin melihatmu jatuh.”

Ryuta bangkit dari kursi. “Dan kau?”

“Aku?” Seraphine berdiri juga. “Aku ingin lihat apakah kau akan tetap manusia… atau menjadi sesuatu yang bahkan para Penguasa pun takutkan.”

---

Di Tempat Lain – Perwakilan Dunia Lain Bergerak

Di planet Solcarn, delegasi elit berkumpul. Salah satu dari mereka—Serra Noruv, wanita bersenjata kipas beracun—berdiri di balkon menatap langit ungu planetnya.

“Jadi... pewarisnya sudah bangun,” katanya, suaranya lembut namun beracun.

Dari balik bayangan, muncul sosok bermantel hitam.

“Apakah kau akan membunuhnya?”

Serra tersenyum. “Tidak sekarang. Aku ingin melihat... apakah ia benar-benar bisa menanggung beban jiwanya. Kalau dia jatuh... aku akan menjadi orang pertama yang menghancurkannya.”

---

Kembali ke Bumi – Taktik Baru

Tharos Velm memanggil Ryuta, Alicia, Akira, dan Lucas ke ruang taktis.

"Ini bukan latihan," katanya langsung. "Kita punya misi penyusupan ke Menara Valthros. Salah satu dari lima menara global yang didirikan para Penguasa saat pertama kali datang."

Reina masuk terlambat. Napasnya terengah, tapi matanya tetap menatap Ryuta. Kali ini... bukan dengan kecewa, tapi ketakutan.

Lucas menoleh. "Kau baik-baik saja?"

Reina menjawab tanpa mengalihkan pandangan dari Ryuta. “Aku bermimpi… tentang dia. Tapi bukan dia yang sekarang. Dia... membakar langit.”

Semua terdiam.

Tharos menekan proyektor holografik. "Menara Valthros mendadak aktif. Tim dari negara lain dikirim, tapi hilang tanpa jejak."

Alicia mengangguk. "Perang sudah dimulai. Ini hanya awalnya."

Ryuta mengepalkan tangannya. “Kalau ini panggung mereka, maka saatnya kita membalikkan arah permainan.”

---

Di dasar Menara Valthros yang belum mereka capai, di ruangan tak terjamah manusia, sebuah bola cahaya mengambang. Di dalamnya, mata merah tua menyala pelan, menatap langit.

Dan suara tak bersumber berbisik:

“Kembalilah… kami menunggu.”

---

Dunia mulai mengetahui Ryuta bukan manusia biasa.

Planet-planet lain seperti Solcarn (Serra Noruv) mulai menunjukkan perhatian.

Menara global Penguasa mulai aktif → tantangan besar berikutnya menanti.

Ryuta menyadari, perlombaan ini akan segera berubah menjadi perang eksistensi.