Menara Valthros – Gerbang yang Tak Bernama
Angin sihir menyapu permukaan Menara Valthros, menara tua menjulang yang tampak seperti paku dimensi menancap ke inti Bumi. Dindingnya dipenuhi simbol-simbol kuno yang tidak bisa diterjemahkan bahkan oleh database pusat. Puncaknya tertutup kabut yang tampak hidup, bergulung perlahan seperti mengawasi siapa pun yang berani mendekat.
Tim utama berdiri di kaki menara:
Ryuta Excelsior
Alicia ar Rexya
Lucas Takari
Reina Airis
Akira Rotaxr
Dengan perlengkapan lengkap dan perintah langsung dari Divisi Inti, mereka melangkah maju. Tapi tak satu pun dari mereka menyadari bahwa pintu masuk tidak hanya mengarah ke dalam menara, melainkan ke dimensi yang diputar balik oleh kehendak Penguasa.
---
Gerbang Dimensi
Begitu Ryuta menyentuh permukaan pintu, dunia di sekitarnya runtuh seperti kaca pecah.
Semua tiba-tiba terlempar ke lingkungan yang tidak dikenal—hutan hitam yang langitnya memancarkan cahaya hijau dan merah secara bersamaan. Tanah berlendir, udara berat, dan suara-suara bisikan bergaung dari pepohonan.
“Ini… bukan dunia kita,” gumam Akira.
Ryuta menyipitkan mata. “Bukan dunia siapapun. Ini... ruang uji.”
---
Ilusi atau Realita?
Mereka berjalan menyusuri hutan, dan satu per satu mulai mengalami hal aneh:
Lucas melihat sosok ayahnya—yang seharusnya sudah mati—memanggilnya dari antara kabut.
Reina mendengar suara masa lalunya, gadis kecil yang ia tinggalkan saat kabur dari zona perang.
Akira mendengar strategi rahasia yang ia simpan dalam pikiran… dibisikkan oleh suara asing.
Sementara itu, Ryuta dan Alicia berjalan di jalur yang lebih sepi. Tapi Ryuta melihat sesuatu… atau lebih tepatnya, seseorang.
Seorang pria tua duduk di atas batu, mengenakan jubah putih compang-camping. Wajahnya tidak asing—karena itu adalah wajah Ryuta sendiri… tapi lebih tua. Lagi.
“Kau terus bergerak maju, tapi tak tahu apa yang kau tinggalkan di belakang.”
Ryuta mendekat. “Kau lagi.”
Pria tua itu menggeleng. “Aku bukan hanya pantulanmu. Aku adalah pengingat. Bahwa kekuatanmu... tidak datang tanpa harga.”
“Kalau kau tahu harganya, katakan saja.”
Pria itu berdiri, menatap langit hutan hitam. “Jika kau membuka lantai ketiga menara ini... sebagian dari dirimu akan lenyap. Tapi jika kau tidak membukanya… dunia akan jatuh.”
---
Sementara Itu
Alicia mendengar langkah Ryuta berhenti. Saat menoleh, ia hanya melihat Ryuta berdiri mematung, tatapannya kosong.
“Ryuta?” panggilnya.
Tak ada jawaban. Aura gelap mulai menyelimuti tubuh Ryuta… lalu pecah dalam sekejap. Gelombang energi menyebar ke seluruh hutan.
Seketika ilusi hancur.
Lucas terjatuh sambil memeluk dirinya sendiri, Reina menutup telinga, Akira berlutut sambil muntah darah.
Ryuta berdiri diam, matanya kembali menyala samar—cahaya perak gelap berkedip seperti pulsa.
Alicia menghampirinya. “Kau... menghancurkan ilusi mereka semua?”
Ryuta menoleh perlahan. “Bukan hanya menghancurkan. Aku... menolak memainkannya.”
---
Lantai Pertama – Gerbang Terbuka
Setelah kekacauan itu berakhir, sebuah pintu batu besar muncul di tengah hutan. Tertulis huruf asing yang hanya Ryuta bisa baca:
> “Hanya yang telah gagal… boleh mencoba kembali.”
Ryuta menyentuh pintu.
Pintu terbuka.
Dan dari dalamnya… muncul suara lembut namun penuh kekuatan:
“Selamat datang kembali… Perwakilan Terakhir.”
---
Di ruang tak dikenal, jauh dari semua planet dan dimensi, Zetax Aeternus membuka matanya sepenuhnya.
Ia berdiri dari kursi batu dan berkata dengan nada tenang:
“Gerbang Pertama telah dibuka. Maka, waktunya aku menguji warisan yang tersisa.”