BRAKK!!
Pintu apartemen terbuka dengan kasar. Kael dan Raka langsung masuk, tapi bukannya terkesima, Kael malah langsung menyipitkan mata sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan.
"Busettt... ini apartemen apa kandang ayam? Berantakan banget!" ujarnya sambil mengibaskan tangan di depan hidung, seolah-olah ada aroma tak sedap.
Tiba-tiba, dari dalam ruangan terdengar suara cewek menyahut dengan nada malas.
"Baru masuk bukannya assalamualaikum malah nyinyir."
Kael langsung terdiam sejenak, lalu menoleh ke arah Raka dengan alis terangkat. "Eh, suara siapa, Ka?"
Raka yang sedang melepas jaketnya hanya menjawab santai, "Adek gue."
Sambil berjalan menuju sofa, Raka duduk dengan tenang. Kael, masih sedikit penasaran, akhirnya melangkah masuk dan berdiri di sampingnya.
Di depan mereka, terlihat seorang cewek berusia sekitar 18 tahun sedang tengkurap di karpet, matanya fokus menatap layar HP. Jarinya bergerak cepat, bermain game dengan serius.
Raka mengangguk ke arah cewek itu. "Nih, kenalin. Adek gue."
Kael menyeringai tipis, sedikit canggung. "Ha-haloo..."
Namun, cewek itu sama sekali tidak menggubris. Ia masih asyik bermain game, dan beberapa detik kemudian...
"DEFEAT!"
Dari HP-nya terdengar suara kekalahan.
"AHH GOBLOK! TOLOL SIH TIM BEBAN! GARA-GARA LO PADA GW KALAH LAGI!!"
Kael refleks mundur setengah langkah. "Wah... emosinya tinggi nih."
Cewek itu akhirnya mendongak dan baru menyadari keberadaan Kael. Matanya melirik tajam. "Apa lu liat-liat?" tanyanya dengan nada galak.
Kael hanya tersenyum kaku.
Tanpa berkata apa-apa lagi, cewek itu langsung berdiri dan berjalan ke arah kulkas. Dia membuka pintunya dengan gerakan cepat, mengambil satu kaleng minuman, lalu meneguknya dengan santai.
Raka akhirnya angkat suara. "Untuk sementara waktu, Kael bakal tinggal di sini."
"Hah???"
Cewek itu tersedak sedikit. Dia langsung menoleh dengan ekspresi kaget. "Apa kakak bilang?! Orang ini mau tinggal bareng kita?? Kakak udah gila ya?!"
Kael terpaku di tempatnya, tak menyangka akan mendapat reaksi sekeras ini.
Raka menghela napas. "Untuk sementara aja. Dia ini temen gue. Kasian, kosannya hancur kena insiden Void Break kemarin."
Cewek itu tampak sedikit lebih tenang setelah mendengar penjelasan itu. Matanya membesar sedikit, seolah baru sadar.
"Ohh… itu yang lagi trending di TikTok ya?"
Sekarang dia malah mendekat ke arah Kael, menyodorkan tangan dengan santai.
"Kenalin, nama gue Agnes."
Kael yang masih sedikit terkejut buru-buru membalas jabatan tangan itu. "Ah iya, kenalin juga. Kaelindra."
Raka, yang sudah mulai bosan dengan drama kecil ini, mengambil remote TV dan menyalakannya.
"Semoga akur dah…" katanya datar sambil mengganti-ganti channel.
Kael hanya bisa tersenyum canggung, sementara Agnes menatapnya dengan ekspresi masih setengah ragu.
Suasana di dalam apartemen sedikit tenang. Raka duduk santai di sofa sambil mengganti-ganti channel TV. Kael juga ikut duduk, sementara Agnes bersandar di dinding dengan HP di tangannya.
Di layar TV, tayangan berita menampilkan sorotan utama tentang insiden Void Break yang baru-baru ini terjadi.
Sambil melihat siaran, Raka berkata santai, "Saat insiden itu terjadi, Kael ini penyelamat hidup gue. Dia nyelamatin gw pas ada monster yang menyerang. Dia juga seorang Sentinel."
Mata Agnes yang awalnya biasa saja langsung berbinar. Dia menoleh cepat ke arah Kael, matanya penuh semangat. "Wahh, seriusan?! Lu—eh, kak Kaelindra seorang Sentinel??"
Kael menggaruk kepalanya, sedikit canggung. "Heheh… iya, tapi cuma Rank Ember."
Begitu mendengar itu, ekspresi excited Agnes langsung berubah. Dia menghela napas panjang lalu memalingkan muka. "Hhmmmm… dikira Sentinel rank tinggi yang kuat dan keren, rupanya cuma rank Ember."
Kael terpaku di tempatnya, merasa sedikit tertusuk oleh komentar itu.
Namun, Raka langsung menimpali. "Dia ini meskipun cuma rank Ember, tapi kuat. Bahkan mungkin suatu hari bakal lebih kuat dari Sentinel pujaan lo yang sok ganteng di Instagram itu."
Mendengar itu, Agnes langsung menoleh dengan ekspresi sedikit marah. "Hah?? Maksud kakak Sentinel Jefri?! Dia itu Sentinel dengan rank Ascendant! Dia itu sangat kuat dan… GANTENGGG!!"
Agnes menatap kosong ke arah langit-langit sambil membayangkan Sentinel idolanya. Di layar imajinasinya, terlihat siluet seorang pria gagah dengan armor mengkilap dan aura misterius.
Raka langsung mendengus sambil tertawa kecil. "Iyalah, tuh Sentinel konten."
Agnes langsung berbalik dengan tatapan tajam. "Maksud kakak apa, HAH?! Ngajak berantem?! Jangan ngejelekin Jefri, dia itu pujaan para cewek cewek di medsos!"
Raka mengangkat tangan, pura-pura pasrah sambil tertawa. "Yaudah-yaudah, terserah lo deh."
Tiba-tiba, saat Raka mengganti channel TV ke TVOne, sebuah berita menarik perhatian mereka semua.
Di layar, muncul tayangan berita dengan headline besar:
"ORDER CAKRA BHASKARA MENYUSUL PENCAPAIAN ORDER GARUDA! KALI INI MEREKA BERHASIL MENUTUP VOID TINGKAT S DI BOGOR, JALAN RAYA PADJADJARAN, KECAMATAN BOGOR TIMUR."
Reporter melanjutkan dengan penuh semangat.
"Dengan kekuatan Master Arga Prasetya, mereka berhasil menaklukkan monster-monster tingkat S yang muncul dari Void. Ini merupakan pencapaian luar biasa yang semakin memperkuat posisi Order Cakra Bhaskara sebagai salah satu Order terkuat di Indonesia!"
Di layar, terlihat seorang pria dengan postur tegap berdiri di tengah reruntuhan, tubuhnya dikelilingi aura merah cerah yang berbentuk harimau besar.
Kael terpaku menonton berita itu, matanya menyipit. Dia bergumam pelan, "Hanya ada beberapa Order yang benar-benar terkenal karena pencapaian dan kekuatannya. Apalagi para Master Order… mereka berada di level yang jauh berbeda."
Dia mengepalkan tangannya. "Melawan monster kelas S, ya…? Kemarin di Void, gue cuma melawan monster kelas C, dan gue hampir mati."
Raka dan Agnes ikut terdiam, fokus menonton berita itu.
Namun, Agnes yang biasanya banyak omong kali ini hanya menatap layar dengan mata berbinar. Dia benar-benar terpesona melihat kekuatan Master Arga Prasetya dari Order Cakra Bhaskara.
Kael masih terpaku dalam pikirannya sendiri. Jika ia ingin bertahan hidup di dunia yang dikuasai oleh Void dan monster, ia harus lebih kuat. Rank Ember… bukanlah batas akhirnya.
Dan di sinilah, awal perjalanan Kael untuk menjadi Sentinel yang lebih kuat benar-benar dimulai.
Beberapa Jam Kemudian.
Waktu menunjukkan pukul 16.12, langit sore memancarkan cahaya keemasan yang memantul di jendela apartemen Raka. Dengan kantong plastik berisi nasi padang di tangannya, ia berjalan santai ke dalam apartemen sambil memanggil Kael berulang kali.
"Kael! Woy! Lu di mana?!" serunya.
Tak ada jawaban. Ia pun menoleh ke arah Agnes, yang masih sibuk dengan ponselnya, jari-jarinya menari di layar dengan intensitas tinggi.
"Kael ke mana?" tanya Raka lagi.
"Gatau... Tadi setelah kakak pergi, dia juga keluar," jawab Agnes singkat tanpa mengalihkan pandangan dari game-nya.
Raka hanya menghela napas. Ia berjalan ke balkon, membuka pintu geser kaca, dan bersandar di pagar besi. Angin sore menerpa wajahnya, membawa aroma khas udara kota yang bercampur dengan sedikit bau hujan yang sempat turun tadi siang. Matanya menelusuri area sekitar hingga akhirnya menemukan sosok yang dicarinya.
Di bawah sana, Kael sedang berlari di sepanjang trotoar, langkahnya cepat dan teratur, napasnya stabil seolah berlari sejauh apa pun tak akan membuatnya lelah. Raka menyipitkan mata, memperhatikan dengan seksama.
"Sejak kejadian itu, dia jadi sering olahraga..." gumamnya.
Sambil tetap bersandar di pagar, Raka berteriak, "Woyy! Ini nasi padang, mau kaga?! Kalo kaga, gw abisin nih!"
Kael yang tengah fokus berlari langsung menoleh ke atas. Begitu mendengar kata "nasi padang," ia menghentikan langkahnya, berdiri tegak sambil menatap balkon di lantai atas tempat Raka berada.
"Yeeyy mau lah! Tunggu bentar!" jawabnya.
Namun, alih-alih masuk ke dalam apartemen lewat pintu biasa, Kael mengalihkan pandangannya ke tiap lantai apartemen. Ia sedikit menyipitkan mata, mengukur jarak.
"Berapa meter ya... Lima? Enam?" gumamnya.
Kemudian, dengan satu tarikan napas, Kael menjejakkan kaki ke tanah, matanya tajam, tubuhnya sedikit condong ke depan.
''Light Step!''
Dalam sekejap, tubuhnya seakan menghilang, berubah menjadi kilatan cahaya keemasan yang melesat ke atas dengan kecepatan luar biasa. Jejak langkahnya seakan membakar udara, meninggalkan efek afterimage yang samar. Dalam satu kedipan mata, Kael sudah berada di balkon, berjongkok di pagar besi dengan keseimbangan sempurna.
"Hhh..." Ia mengembuskan napas pelan.
Raka yang melihat kejadian itu langsung terkejut bukan main. Matanya membesar, dan sebelum sempat mengendalikan reaksi tubuhnya, ia kehilangan keseimbangan dan jatuh terduduk ke belakang.
"Woiii! ANJ*NG! Sejak kapan lu bisa kayak gitu?!" teriaknya dengan wajah panik.
Kael melompat turun ke lantai balkon, berdiri dengan santai seakan yang baru saja ia lakukan bukanlah hal luar biasa. Ia menepuk-nepuk celananya dan menatap Raka sambil menyeringai.
"Ya... semenjak kejadian itu lah," jawabnya santai. "Udah, mana nasi padangnya? Gw laper banget!"
Sambil berjalan masuk ke dalam apartemen, Kael menoleh sekilas ke arah Raka yang masih terduduk di lantai, mulutnya setengah terbuka, matanya masih tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat.
Raka akhirnya bangkit dengan sedikit cengiran di wajahnya. Sambil menggelengkan kepala, ia bergumam, "Sepertinya si goblok ini beneran bisa jadi semakin kuat..."
Ia pun menyusul Kael ke dalam, membawa plastik berisi nasi padang, dengan banyak pertanyaan mulai bermunculan di pikirannya.
Sementara itu saat Kael mendarat di balkon dengan gaya meng-keren, ternyata ada satu pasang mata yang diam-diam menyaksikan aksinya dari dalam. Agnes, yang sejak tadi pura-pura sibuk bermain game, sebenarnya sudah penasaran sejak mendengar suara Raka berteriak.
Dari balik gorden, ia mengintip dengan mata berbinar. Ia memang selalu mengagumi para Sentinel, dan melihat Kael melompat empat lantai dengan mudah membuatnya terpana. Jantungnya berdebar.
"Gila... Kak Kaelindra bisa kayak gitu?! Ini beneran?!" pikirnya.
Namun, tanpa ia sadari, Kael yang kini memiliki sense lebih tajam sejak peningkatan stat, langsung menyadari keberadaannya. Dengan santai, Kael berjalan ke dalam apartemen, lalu mendekati jendela tempat Agnes bersembunyi.
Dia menyipitkan mata curiga, lalu dengan cepat menarik gorden ke samping.
"Nes... Kamu lagi ngapain?" tanyanya dengan ekspresi datar.
Agnes, yang tidak menyangka akan ketahuan secepat itu, langsung panik. Matanya membesar seperti anak kucing yang tertangkap basah mencuri ikan. Wajahnya langsung merona merah seperti kepiting rebus.
"E-Euu… Enggaa… Tadi cuma mau buka jendela doang… Panaass..." jawabnya terbata-bata, sambil mencoba bersikap santai. Namun, jelas sekali dari ekspresinya kalau ia sedang berbohong.
Kael melipat tangan dan menyeringai jahil. "Oh, jadi jendela ini bisa dibuka dari dalam gorden ya?"
"Diem lu ah!" Agnes langsung meninju lengan Kael pelan, lalu buru-buru melipir ke sofa sambil memainkan game nya lagi dengan ekspresi wajah memerah karena malu.
Saat itu, Raka masuk sambil membawa tiga bungkus nasi padang di tangannya.
"Ayo makan!! makan!!, gw beli tiga bungkus nih," katanya santai.
Mendengar kata "makan," Agnes langsung melupakan rasa malunya dan bergegas menghampiri Raka, diikuti oleh Kael yang masih terkekeh kecil.
Mereka pun duduk di meja makan, masing-masing mengambil nasi padang mereka. Begitu bungkusnya dibuka, aroma rempah langsung memenuhi ruangan.
"Ahhh akhirnyaaa!" seru Kael, langsung menyendok nasi dengan lahap.
Sementara itu, Agnes masih menatap Kael dengan tatapan penuh rasa penasaran.
Kael yang menyadari itu hanya melirik sebentar, lalu menyeringai.
"Nes, nasi padang nya ada yang aneh?"
"Eu- enggaa... apaa siii!!" Agnes langsung melempar sendok ke arah Kael, membuat Raka tertawa terbahak-bahak.