Info Loker !!!

Diantara mereka bertiga yang makan bersama sama, Raka adalah yang pertama selesai makan. Dengan santai, ia menyandarkan punggungnya, meraih bungkus rokok dari sakunya, lalu berdiri.

"Gue ke balkon dulu, mau ngudud," katanya singkat sebelum berjalan keluar.

Sementara itu, Kael masih menyendok sisa makanannya, dan Agness tampak asyik mengunyah sambil menatapnya penuh rasa ingin tahu.

"Kak... Emangnya semua Sentinel bisa ngelakuin hal yang tadi kakak lakuin? Meskipun rank-nya masih rendah?" tanyanya tiba-tiba.

Kael sedikit tersentak. Ia tidak menyangka Agness memperhatikan hal itu. Dengan cepat, ia berusaha merangkai jawaban yang masuk akal.

"E-eh? Kamu lihat?" Kael terkekeh kecil, mencoba mengulur waktu. "Uhh... yaa, jadi gini... Setiap Sentinel memang dikaruniai kekuatan yang berbeda-beda. Bisa dibilang, ini adalah kemampuan yang kakak dapat waktu kakak dibangkitkan."

Agness mengangguk-angguk, lalu menyandarkan sendoknya di piring. Matanya berbinar penuh rasa ingin tahu.

"Oooh, jadi begitu... Eum, terus... gimana sih caranya jadi Sentinel, Kak? Aku liat di TikTok, para Sentinel itu keren banget! Aku juga pengen kayak mereka!"

Kael terdiam sejenak, memikirkan jawaban yang tepat.

"Hmm... Kalau menurut sejarah, beberapa tahun lalu, ada fenomena aneh di langit. Debu cahaya berhamburan, dan tiba-tiba banyak orang mendapatkan kekuatan. Mereka yang terpilih itu disebut Sentinel," jelasnya.

Kael menghela napas sebelum melanjutkan.

"Kalau kakak sendiri... waktu itu kakak hampir mati diserang monster. Itu kejadian yang mengerikan. Kakak udah pasrah, pikir kakak, ini udah akhir dari segalanya... Tapi tiba-tiba, tubuh kakak terasa panas banget. Seolah ada sesuatu yang membakar dari dalam... Dan kemudian, cahaya keluar dari tubuh kakak. Saat itulah kakak bangkit sebagai seorang Sentinel."

Agness mendengarkan dengan penuh perhatian, lalu bergumam pelan.

"Ohh... Jadi harus mengalami kejadian yang hampir mati dulu, ya? Terus, tubuh kita bakal merespon dan bangkit sendiri?"

Kael menatapnya sekilas, lalu buru-buru menambahkan, "Yaa... kurang lebih begitu. Tapi... bukan berarti semua orang yang hampir mati bisa jadi Sentinel, lho. Kakak juga nggak terlalu paham kenapa bisa terjadi."

Namun dalam hati, Kael mulai waswas.

"Waduh, kalau anak ini salah nangkep maksud gue, bisa-bisa dia nekat cari bahaya sendiri... Ngeri juga ya, anak-anak zaman sekarang. Semua tontonan di medsos bikin mereka jadi terlalu terobsesi."

Kael menghabiskan suapan terakhirnya, lalu mendorong piringnya sedikit menjauh.

"Yaudah, Nes, kakak udah beres makan. Kakak ke balkon dulu, mau ngerokok bareng Raka."

Tanpa menunggu jawaban, Kael bangkit dan berjalan keluar, bergabung dengan Raka di balkon.

Sementara itu, Agness tetap duduk di meja makan, pikirannya dipenuhi bayangan tentang bagaimana rasanya menjadi seorang Sentinel.

Kael melangkah ke balkon, menghampiri Raka yang sudah lebih dulu berdiri di sana. Sore itu cerah, angin sepoi-sepoi menerpa wajah mereka, membawa aroma jalanan yang mulai sibuk dengan orang-orang pulang kerja.

Kael mengulurkan tangannya tanpa berkata apa-apa. Raka hanya tersenyum kecil, mengeluarkan bungkus rokok dari sakunya, mengambil sebatan, lalu menyerahkannya ke tangan Kael. Tak lupa, ia juga memberikan koreknya.

Kael menyalakan rokoknya, tapi tubuhnya sedikit berputar, membuatnya menghadap ke dalam apartemen sementara Raka tetap menatap ke luar, memperhatikan langit yang mulai berubah jingga.

"Fffiuuhhh... Kayaknya besok gue mau cari kerja deh, Ka," kata Kael setelah menghembuskan asap rokoknya perlahan. "Hitung-hitung buat makan dan bertahan hidup."

Raka, yang juga tengah menikmati rokoknya, melirik ke arah Kael.

"Lu mau kerja apaan?" tanyanya santai.

Kael mengangkat bahu.

"Gue ini Sentinel, meskipun rank rendah, tapi tubuh gue lebih kuat dibanding orang biasa. Kuli bangunan sabi kali, ya?" ujarnya dengan nada bercanda, tapi ada sedikit keseriusan dalam kata-katanya.

Raka menyeringai, lalu menghembuskan asap rokoknya ke atas.

"Hmm... Katanya lu Sentinel yang bisa bertambah kuat kalau banyak bunuh monster di dalam Void, kan? Jadi kenapa nggak coba ikut ekspedisi ke dalam Labyrinth aja?"

Kael terdiam sejenak. Saran itu masuk akal, tapi…

"I-iyalah gue juga pengen... Tapi siapa yang mau nerima Sentinel Rank Ember buat ikut ekspedisi?"

Raka terkekeh kecil, lalu menepuk bahu Kael.

"Sentinel Rank Ember mana yang mampu lompat lima lantai apartemen, hah? Hahaha! Setidaknya kalau cuma Void Rank E, lu pasti bisa bertahan hidup. Beda sama lu yang seminggu lalu cuma masuk Void buat setor nyawa."

Kael terdiam, pikirannya mulai berputar.

"Iya juga, ya... Kalau gue ikut ekspedisi, gue bisa bunuh lebih banyak monster, naikin level, tingkatin stat, dan akhirnya gue bakal makin kuat," gumamnya pelan.

Lalu ia kembali menatap Raka.

"Tapi gimana caranya gue bisa ikut ekspedisi?"

Raka mengangkat alis, berpikir sejenak.

"Hmm… Entah juga, sih. Tapi mungkin bisa nyari info di medsos, kali aja ada lowongan buat Sentinel yang mau ikut ekspedisi ke dalam Void Rift."

Kael menghela napas panjang.

"Hhhhhaahhh... HP aja gue nggak punya, Ka."

Raka tertawa kecil, lalu menepuk bahu Kael lagi.

"Tenang aja, nanti gue bantu."

Kael tersenyum tipis, ada sedikit kelegaan dalam hatinya.

"Makasih banyak, Ka. Lu udah banyak banget bantu gue."

Raka hanya mengangkat bahunya, lalu berbalik menghadap ke dalam apartemen.

"Udahlah, kaya sama siapa aja," katanya santai.

Ia berjalan menuju meja, membuang puntung rokoknya ke dalam asbak.

"Gue mau mandi dulu," katanya sambil meregangkan tubuh.

Kael, yang masih bersandar di pagar balkon, hanya mengangkat tangannya sambil menghisap rokok terakhirnya.

"Yaudah, sono. Gw juga mau, tanggung ini sebat."

Raka hanya tertawa kecil sebelum melangkah masuk ke dalam apartemen, sementara kael masih bersandar di balkon, menghisap rokoknya hingga tersisa puntung. Pandangannya kosong menatap langit senja, pikirannya penuh dengan rencana ke depan.

Setelah beberapa saat, ia menarik napas dalam dan berkata pelan,

"Sentra... Status."

Tiba-tiba, hologram berwarna biru transparan muncul di depan wajahnya, menampilkan statusnya saat ini.

[Statistik Kael – Level 14]

🩸 HP: 1450

🔅 Energi: 1120

⚔️ Kekuatan: 90

🛡️ Ketahanan: 75

⚡ Kecepatan: 72

🧠 Kecerdasan: 55

👁️ Kepekaan: 50

Kael menyipitkan mata, memperhatikan angka-angka itu. Jelas sekali ia jauh lebih kuat dibanding saat memasuki void hukuman 3 hari yang lalu, tetapi… apakah ini cukup?

"Berapa lama lagi gue bisa naik level?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangan dari hologram.

Suara sistem dari Sentra menjawab dengan nada monoton,

"Hanya tinggal 10.817 EXP lagi, Tuan. Diperkirakan sekitar lima kali menyelesaikan tugas latihan fisik harian."

Kael menghela napas pelan. Lima kali latihan harian? Itu berarti bisa memakan waktu beberapa hari.

"Kalau membunuh monster?" tanyanya lagi.

"Mungkin setelah mengalahkan dua monster Voidborn Tyrant, Anda bisa naik level, Tuan."

Mata Kael sedikit membulat mendengar jawaban itu.

"Dua Voidborn Tyrant?" gumamnya pelan. Itu adalah monster yang hampir membunuhnya saat mendapatkan hukuman masuk Labyrinth. Namun, dengan level dan statistiknya sekarang… mungkin kali ini dia bisa menang.

Pikiran itu membuat jantungnya berdebar. Ia menggenggam tangannya erat, merasakan kekuatan yang mulai berkembang dalam dirinya.

"Close," ujarnya.

Hologram itu pun berkedip dan menghilang. Kael menghela napas panjang, lalu membuang puntung rokok ke dalam asbak di meja. Ia melangkah masuk ke dalam apartemen dengan langkah mantap, seolah sudah membuat keputusan besar dalam hidupnya.

Beberapa Jam kemudian.

Jam menunjukkan 19.47, suasana apartemen terasa santai. Raka duduk di sofa, asyik dengan ponselnya, sementara Kael menatap layar TV menonton kartun Upin & Ipin.

Di lantai, Agness berbaring santai di atas karpet, tangannya sibuk menekan layar smartphone, menikmati game yang sedang ia mainkan.

Di tengah keheningan, tiba-tiba Raka berseru, "Eh, El! Ini gue nemu nih loker buat ikut ekspedisi!"

Kael langsung menoleh, matanya berbinar penuh harapan. "Mana, liat!" katanya sambil langsung mendekat, memperhatikan layar ponsel Raka yang menyodorkannya ke depan wajahnya.

Sebuah iklan lowongan ekspedisi terpampang jelas:

[Lowongan Sentinel – Ekspedisi Labyrinth]

💰 Bayaran: 15 Juta Rupiah

⚔️ Kualifikasi: Minimal Rank Luminous

Kael menyipitkan matanya, membaca setiap detailnya dengan teliti. Namun, hanya dalam hitungan detik, harapannya runtuh.

"Yang bener aja lu, baca lah! Minimal Rank Luminous!" serunya kesal.

Raka yang tadinya semangat, langsung melirik lagi ke layar ponselnya. "Lah? Iyakah? Ah, iya bener, njir! Sorry..." katanya sambil garuk-garuk kepala. "Susah njir kalo nyari di IG buat Rank Ember mah."

Kael menghela napas panjang, sementara Raka mencoba memberi saran.

"Coba di LinkedIn, pastinya banyak tuh."

Kael menoleh dengan alis terangkat.

Raka kembali melihat Smartphone nya.

"Oiya juga, bentar."

Suasana kembali hening sejenak saat Raka sibuk scroll di ponselnya, mencari lowongan yang cocok. Setelah beberapa menit, ia kembali berseru.

"Gak ada lah, kocak! Yang ada malah lowongan buat jadi bagian dari Sentinels Order. Minimal Rank Radiant... Yang ini minimal Rank Luminous..." Ia kembali menggeser layar. "Eh, eh! Liat ini! Lowongan dari Order Batara Yudha! Order yang berada di Top 5 Order terkuat di Indonesia, Minimal Rank Celestial!"

Kael menatapnya dengan tatapan datar, lalu memutar bola matanya. "Heeumm... yang bener lah, Ka..." katanya dengan nada pasrah.

Raka hanya tertawa kecil. "Oiyaa... di Facebook kayanya banyak grup-grup Sentinel."

Kael menatapnya penuh skeptis. "Lah, emang lu punya FB? Kayak emak-emak aja."

Raka tertawa santai. "Ya ada lah, gw bikin buat jual beli COD barang doang."

Mendengar percakapan mereka, Agnes yang sejak tadi fokus ke gamenya tiba-tiba ikut menimpali.

"Memangnya Kak Kael mau nyari Order Sentinel, Kak?"

Sebelum Kael sempat menjawab, Raka sudah lebih dulu menimpali. "Bukan! Ini bocah mau nyari lowongan buat ikut ekspedisi."

Agnes yang awalnya santai tiba-tiba terduduk, matanya sedikit melebar.

"Ekspedisi? Maksudnya masuk ke dalam Void, menjelajah Labyrinth, dan ngelawan monster buat nutup Rift itu?"

Raka mengangguk santai. "Iya, itu..."

Mata Agness makin membesar. "Tapi Kak Kael kan cuma Rank Ember. Wajar lah nggak ada yang mau nerima. Mungkin bakal jadi beban doang kali kalo ikut. Mirip banget sama pas push rank, terus ada Rank Epic yang masuk satu tim, pasti auto beban!"

Kael langsung terdiam. Kata-kata Agness barusan terasa seperti tusukan telak ke jantungnya.

"Jahat banget kata-katamu, Nes..." katanya dengan wajah putus asa.

Namun sebelum suasana semakin meredup, tiba-tiba Raka kembali berseru dengan nada excited.

"NAHHH! ADAAA!"

Ia langsung menyodorkan ponselnya ke depan wajah Kael.

[Lowongan Sentinel – Ekspedisi Labyrinth (Void Rift Level D)]

💰 Bayaran: 3-5 Juta Rupiah

⚔️ Kualifikasi: Terbuka untuk semua Rank Sentinel!

Kael segera meraih ponsel Raka dan membaca detailnya dengan seksama.

"Void Rift Level D..." gumamnya.

Otaknya langsung memproses informasi. Monster yang hampir membunuhnya waktu itu adalah Voidborn Tyrant dengan Rank C. Jika ini hanya Void Rift Level D, maka monster-monster di dalamnya seharusnya tidak lebih kuat dari yang sudah pernah ia kalahkan.

"Boleh banget nih, Ka!" katanya dengan semangat. "Coba lu tanyain!"

Raka menyeringai dan langsung mengetik pesan. "Okee, bentar..."

Raka langsung menghubungi kontak dari lowongan ekspedition ini, sementara Kael menatapnya dengan sedikit ragu.

Kael: "Eh, loker beginian beneran bisa dipercaya, gak?"

Raka: tanpa mengalihkan pandangan dari HP "Hmm... Harusnya sih iya. Kan ekspedisi Labyrinth itu di bawah pengawasan Sentinels Order Association, yang sekarang bagian dari pemerintah. Dan Sentinels yang mau melakukan ekspedisi juga harus punya izin, jadi seharusnya mereka juga udah ada izin. Tapi ya, buat memastikan, sekalian aja gue tanyain."

Kael mengangguk pelan, masih belum sepenuhnya yakin. Lalu, dengan wajah penasaran, ia bersuara lagi.

Kael: "Tapi tiga sampai lima juta? Emangnya berapa sih rata-rata gaji ekspedisi Sentinel?"

Raka: menatap Kael sinis "Njir, lu baru juga mau kerja, udah pilih-pilih gaji!"

Kael: tertawa kecil "Bukan gitu juga, kocak. Semuanya harus jelas lah."

Kael pun menoleh ke depan dan berkata, "Sentra..." Seketika, sebuah hologram transparan berwarna biru muncul di udara, menampilkan asisten AI miliknya.

Sentra: "Iya, tuan?"

Kael: "Berapa rata-rata pendapatan Sentinel dari ekspedisi?"

Hologram itu menampilkan animasi loading sebentar sebelum akhirnya memberikan jawaban dengan suara tenang dan datar.

Sentra:

"Berikut adalah estimasi pendapatan dari ekspedisi berdasarkan level Void Rift:

Level S: 50 - 75 juta rupiah

Level A: 40 - 50 juta rupiah

Level B: 30 - 40 juta rupiah

Level C: 20 - 30 juta rupiah

Level D: 10 - 20 juta rupiah

Level E: 5 - 10 juta rupiah

Pendapatan tersebut meliputi taksiran harga drop item, Kristal Cahaya, serta sumber daya lainnya yang diperoleh di dalam Labyrinth. Setiap Sentinel yang berpartisipasi dalam ekspedisi mendapatkan bagiannya masing-masing berdasarkan kontribusi."

Kael mengangguk paham. "Oh, gitu ya..." gumamnya sambil melirik Raka.

Agness, yang sejak tadi asyik bermain game, akhirnya ikut bersuara.

Agness: "Sentra?? Kael ngomong sama siapa sih?"

Raka: dengan santai "Dia ngobrol sama khodamnya, biarin aja."

Kael: mendengus kesal "Khodam, khodam... Engga nes cuman lagi mikir aja"

Tiba-tiba, Raka berseru, "Eh, nih! Katanya ekspedisinya besok malam, lokasi di sekitar Pasar Senen. Mereka tim profesional dan udah dapet izin dari asosiasi."

Kael langsung sumringah. "Serius?! Wah, boleh banget ini! Terus, besok gue harus ke mana dulu?"

Raka: membaca chat di HP "Besok langsung ke sana aja. Mereka bakal share lokasi detailnya nanti. Tapi katanya, Sentinel yang mau ikut wajib datang jam 12 siang buat sesi interview dulu."

Kael langsung berteriak kegirangan, "YESS! Akhirnya! Malam ini gue harus buru-buru tidur biar cepet besok!"

Raka menyeringai, melihat antusiasme temannya. "Ya, tapi... Lu tau Jakarta, gak?"

Wajah Kael yang tadi sumringah mendadak muram. Dengan tatapan penuh harapan, dia menoleh ke arah Raka.

Kael: "Ehh... kaa... Tolong anterin gue yaaa! Pliss! Nanti kalo gue udah dapet honor, gue ganti bensin! Sekalian gue traktir nasi padang!"

Melihat ekspresi memelas Kael, Raka menghela napas panjang.

Raka: "Haaah... Yaudah, yaudah! Besok gue anterin!"

Kael: "SIAP, PAK MANAGER!" sambil memberi hormat dengan gaya bercanda

Raka: "Yeuu, manager-manager..."

Mereka pun tertawa bersama, sementara Agness hanya menggelengkan kepala melihat tingkah konyol mereka berdua. Malam semakin larut, dan Kael benar-benar tidur lebih awal kali ini.

Besok, petualangan pertamanya sebagai Sentinel dimulai dan ini adalah langkah awalnya sebagai Sentinel Rank rendah. Jika ia bisa membuktikan dirinya di ekspedisi ini, mungkin suatu saat nanti… ia bisa menjadi lebih dari sekadar Rank Ember.