"BOOMMM!!"
Suara dentuman keras menggema ke seluruh penjuru padang rumput berbatu.
Dagger Kael dan gada raksasa Orc bertabrakan!
Gelombang kejut meledak di sekitar mereka, mengguncang tanah, merobek udara, dan menyapu debu ke segala arah.
Dua kekuatan besar saling berbenturan, menciptakan getaran yang bisa dirasakan hingga ke kaki ketiga Sentinel yang menyaksikan dari kejauhan.
Kael dan Orc terpental ke belakang!
Kael mendarat dengan gesit, meluncur ke belakang beberapa meter sebelum menghentikan dirinya dengan tumit tertanam kuat di tanah.
"Fiuuhh..."
Dia menarik napas, menenangkan diri, lalu kembali menatap monster di depannya dengan tajam.
Sementara itu, Horn Green Axe Orc berdiri kembali dengan tatapan penuh amarah.
Tiba-tiba—
"GRAAHHH!!"
Orc itu mengangkat gada raksasanya tinggi-tinggi, aura hijau kehitaman kembali meledak dari tubuhnya.
"EARTHQUAKE SMASH!!"
Gada itu menghantam tanah dengan kekuatan luar biasa!
"BOOOOM!!"
Tanah bergetar dahsyat, gelombang kejut mengguncang seluruh area! Retakan-retakan besar muncul di tanah, batu-batu beterbangan, dan debu menyelimuti udara.
Namun, dalam sekejap—
"Light Step!"
Kael melompat ke udara dengan gesit, menghindari dampak serangan itu sepenuhnya.
Namun, sesuatu mengganggu pikirannya sejak tadi.
Sambil melayang di udara, dia bertanya:
"Sentra... ada sesuatu yang mengganjal pikiranku."
Tampilan berbentuk hologram cahaya pun muncul di sampingnya, "Ya, Tuan?"
Kael melanjutkan dengan suara serius:
"Saat aku melawan Voidborn Tyrant, statistikku sekitar tiga kali lebih lemah dibandingkan dengan monster itu. Namun, meskipun aku mendapatkan peningkatan level yang cukup banyak setelah mengalahkannya, statusku masih belum mendekati Tyrant."
Matanya kembali menatap Horn Green Axe Orc yang berdiri kokoh di bawahnya.
"Dan sekarang, situasinya sama."
"Aku baru saja naik level, tapi jika dibandingkan dengan statistik orc ini, aku masih terlihat jauh lebih lemah."
"Namun..."
"Kenapa nickname monster ini tidak berwarna merah?"
"Seharusnya dia lebih kuat dariku, bukan?"
Sentra menjawab dengan tenang:
"Statistik monster dan statistik Anda jelas berbeda, Tuan."
"Itulah mengapa ada sistem level ancaman di atas nama mereka."
"E untuk yang paling lemah, hingga S untuk yang paling berbahaya."
Kael mengernyit, "Jadi itu berarti... meskipun statistik monster ini terlihat lebih tinggi dariku, dia tetap tidak lebih kuat dariku?"
Sentra mengangguk, "Benar, Tuan. Sistem Anda berbeda dari monster. Angka yang ditampilkan lebih sederhana agar mudah dipahami. Namun, dalam kenyataannya, Anda jauh lebih kuat dibandingkan yang terlihat di status Anda."
Kael kembali mendarat di tanah, menghindari tebasan brutal dari orc yang nyaris menghancurkan tempat dia berdiri.
Dia masih berpikir, "Tapi ini tetap membingungkan..."
Sementara serangan demi serangan terus menghujaninya, dia bertanya lagi:
"Kalau begitu, kenapa statistikku masih terlihat lebih rendah dibanding monster?"
Sentra menjawab, "Sistem program hanya bisa menampilkan angka yang terbatas, Tuan. Sebenarnya, kekuatan Anda sudah berada di level yang bisa mengalahkan monster berlevel ancaman C ke atas."
Kael menghindar lagi dari serangan Orc yang menghantam tanah dan menciptakan lubang besar.
"GRAAHH!!"
Kael mendengus, "Tapi tetap saja, angka yang ditampilkan bikin bingung! Makanya gue nanya ke lu!"
Sentra menghela napas (jika sistem bisa melakukan itu).
"Untuk mempermudah, anggap saja angka terakhir dalam statistik Anda mendapat tambahan nol di belakangnya. Seperti itulah kekuatan Anda yang sebenarnya."
Kael berhenti sejenak, mencerna penjelasan itu.
"... Gitu ya?"
Dia menghindar dari serangan lagi, lalu berkata dengan nada datar:
"Yaudah, makasih."
Sentra tersenyum, "Sama-sama, Tuan."
Lalu, dia menghilang kembali ke sistem.
Di kejauhan, ketiga Sentinel masih memperhatikan pertempuran itu.
Mereka mulai bertanya-tanya sesuatu.
Sentinel yang membawa pedang akhirnya berkata, "Kenapa Sentinel Kaelindra dari tadi hanya menghindari serangan monster itu? Kenapa dia tidak menyerang balik?"
Sebelum ada yang menjawab, Mala mendesis kesal.
"Diam dan perhatikan saja, bodoh."
Sentinel pedang menoleh kaget.
Mala menambahkan, "Sentinel Kaelindra sedang mengamati dan mengukur kekuatan monster itu."
Matanya masih fokus pada Kael.
"Seharusnya kalian sadar... bahwa Sentinel Kaelindra menghindari semua serangan itu dengan sangat mudah."
Sentinel pedang terkejut. "E-Eh? Gitu ya...? Maaf..."
Sementara di bawah sana, Kael terus bergerak.
Serangan demi serangan Orc menghujani tanah, tapi tidak ada satu pun yang berhasil mengenainya.
Kael mengamati, menganalisis, dan menunggu saat yang tepat untuk menyerang.
Di matanya, pertarungan ini baru saja dimulai.
"BAMMM!!!"
Gada raksasa orc itu menghantam tanah dengan kekuatan mengerikan, menciptakan kawah kecil dan retakan yang menjalar ke segala arah. Debu beterbangan, tetapi di balik kekacauan itu, Kael melompat ke belakang dengan gesit, mendarat ringan tanpa kehilangan keseimbangan. Ia tersenyum tipis, matanya masih fokus pada lawannya yang mulai terlihat frustrasi.
Orc itu menggeram, mengacungkan gada besarnya ke arah Kael, seolah menantangnya untuk berhenti menghindar dan bertarung dengan serius.
Kael menutup matanya sejenak, lalu perlahan menyeringai. "Baiklah... Akan aku tunjukkan sesuatu yang baru," katanya dengan nada tenang namun penuh ancaman.
Saat matanya kembali terbuka, pupil emasnya kini berubah menjadi ungu pekat, memancarkan aura gelap yang tak wajar. Di tangannya, dagger yang ia genggam mulai berdenyut, mengeluarkan asap hitam keunguan yang berputar mengelilinginya seperti makhluk hidup.
"Darkness Control."
Di kedua sisinya, dua celah hitam pekat muncul, seolah membelah ruang itu sendiri. Dari dalamnya, dua senjata muncul perlahan—sebuah kapak besar yang dilapisi energi kegelapan dan pedang milik Tyrant, keduanya memancarkan energi kegelapan yang mencekam.
Kael mengangkat kedua tangannya, membiarkan senjata itu melayang di udara, lalu menatap lurus ke arah orc.
"Sekarang... Rasakan ini."
"SWOOSHHH!!!"
Kapak dan pedang itu melesat ke depan dengan kecepatan mengerikan, bagaikan tombak kegelapan yang menusuk ruang. Orc itu sempat terkejut, namun dengan refleks luar biasa, ia mengayunkan gada besarnya untuk menangkis.
"BOOMMM!!"
Benturan dahsyat terjadi, menyebabkan ledakan energi yang mengguncang seisi ruangan. Orc itu terdorong mundur beberapa langkah, dan saat ia melirik ujung gada besarnya, matanya melebar—batu kokoh di ujung gada itu kini retak!
Sementara kapak dan pedang kael terpental dan menancap di tanah
Dari kejauhan, Kael tersenyum puas.
"belum selesai."
Dalam sekejap, ia melesat ke depan menggunakan Light Step—namun kali ini, cahaya yang terpancar dari langkahnya tidak lagi putih keemasan, melainkan berwarna kuning dengan kilatan ungu gelap, menandakan energinya telah bercampur dengan kekuatan kegelapan.
Di tengah lompatan, ia mengulurkan tangan kanan nya. Seolah mendengar panggilannya, pedang Tyrant yang tadi terpental kini meluncur kembali ke genggamannya. Dengan tangan kiri, ia melemparkan daggernya ke arah orc.
"WHIIISHH!!"
Dagger itu menancap tepat di dada sang orc, menembus dagingnya dan membuat makhluk itu mengeram marah.
Kael tak menyia-nyiakan kesempatan. Dengan tangan kirinya, ia kembali memanggil kapaknya yang tertancap di tanah, dan kini ia menggenggam dua senjata besar sekaligus.
Aura kegelapan mengelilingi tubuhnya, dan ia bersiap melancarkan serangan pamungkas.
Dengan satu lompatan cepat, Kael melesat ke udara, tubuhnya berputar di tengah lompatan, mengumpulkan momentum.
"Tebasan Tyrant Ganda!!"
Dengan kekuatan penuh, ia menebaskan kapak dan pedangnya secara bersilangan, membentuk pola "X" di udara.
"SLASSHHH!!!"
Gelombang energi kegelapan berbentuk "X" melesat dengan kecepatan yang mengerikan, menghantam tubuh sang orc tepat di dadanya. Suara raungan kesakitan memenuhi padang rumput saat luka mendalam terbuka di tubuhnya, dan tubuhnya terdorong dengan kekuatan luar biasa, meluncur ke belakang seperti peluru yang ditembakkan.
"BAAMMM!!!"
Orc itu menghantam singgasananya sendiri dengan keras, menghancurkan struktur batu besar itu menjadi puing-puing. Debu dan reruntuhan berhamburan di mana-mana, menutupi pandangan.
Kael mendarat di tanah dengan ringan, berdiri dengan senjata masih terangkat, matanya kembali bersinar emas saat efek Darkness Control mulai mereda.
Ia tersenyum tipis, lalu berkata pelan, "Nah, sekarang apakah kau masih hidup atau mungkin kau masih ingin lanjut?"
Dari balik reruntuhan, sebuah tangan besar yang dipenuhi luka mencuat keluar. Bebatuan besar yang menimpa tubuhnya terdorong ke samping, dan dengan raungan menggelegar, orc itu bangkit kembali.
"GGRAAHHHHHH!!"
Luka menganga di dadanya masih mengalirkan darah, tetapi tubuhnya kini diselimuti aura hijau pekat. Otot-ototnya menggembung, napasnya memburu, dan matanya kini berkilat merah seperti binatang buas.
Kael melihat itu dan mendengus pelan. "Oh, skill Berserk itu ya?''
Orc itu menatapnya tajam, tidak seperti sebelumnya. Sekarang, kecepatan dan kekuatannya meningkat drastis, efek dari Berserk Mode yang mengalir dalam tubuhnya. Dengan suara gemuruh, ia menginjak tanah dan melesat ke arah Kael seperti meteor hijau yang siap menghancurkan apa pun yang menghalangi jalannya.
Namun, Kael tetap berdiri tenang di tempatnya, tatapannya justru dipenuhi rasa penasaran.
"Aku jadi penasaran... bagaimana kalau aku menggabungkan Darkness Control dengan energi cahaya yang ada di tubuhku?"
Dengan perlahan, ia mengangkat tangan kirinya, mengarahkannya ke orc yang melaju. Dari telapak tangannya, energi kegelapan mulai berputar, membentuk pusaran hitam pekat yang meliuk-liuk liar seperti badai mini.
Kael mengambil posisi kuda-kuda, lalu mengepalkan tangan kanannya.
"Light Glove."
Cahaya mulai berkumpul di tangan kanannya, membentuk gauntlet bercahaya yang bersinar seperti matahari mini. Aura kegelapan dan cahaya dari kedua tangannya berlawanan, tetapi tidak saling meniadakan—justru mulai berputar harmonis, saling menyatu dalam tarian energi yang belum pernah ada sebelumnya.
"Saatnya mencoba."
Kael meninju pusaran kegelapan di depannya dengan kekuatan penuh.
"LIGHT GLOVE: UNION'S DARKNESS!"
Dalam sekejap, kekuatan cahaya dan kegelapan meledak bersamaan, menciptakan serangan berbentuk tinju raksasa yang melesat ke depan dengan kecepatan luar biasa. Pukulan energi itu menyapu udara, meninggalkan gelombang kejut yang menghancurkan bebatuan di sekitar Kael.
Orc yang sedang berlari ke arahnya tak sempat menghindar.
"BOOOOOMMM!!!"
Ledakan dahsyat terjadi begitu tinju energi menghantam orc tepat di dadanya. Dalam sekejap, tubuhnya terhempas ke belakang dengan kecepatan tinggi, menembus reruntuhan, menghancurkan batu batu besar, dan terus melesat jauh sebelum akhirnya meledak dengan ledakan energi bercampur cahaya dan kegelapan.
Gelombang kejut yang ditimbulkan membuat angin berhembus kencang, menerbangkan debu dan puing-puing ke segala arah.
Para Sentinels yang menyaksikan pertarungan itu hanya bisa terpaku. Mereka ingin bicara, tetapi kata-kata seolah tersangkut di tenggorokan mereka. Ini bukan hanya sekadar pertarungan biasa—mereka baru saja menyaksikan kekuatan di luar logika.
Sementara itu, beberapa kilometer jauhnya, di dalam hutan yang gelap, dua sosok mengamati kejadian itu dari kejauhan.
Ega dan Guntur, dua Sentinel pengkhianat.
Dari tempat mereka berdiri, mereka bisa merasakan sisa energi dari serangan barusan yang bercampur dengan udara.
Guntur menyipitkan mata. "Sepertinya itu Boss Labyrinth."
Ega mengangguk pelan, merasakan jejak kekuatan cahaya di antara gelombang energi yang terbawa angin. "Dan di sana juga ada energi cahaya... Sepertinya para Sentinel bodoh itu bertemu dengan monster itu."
Guntur tertawa kecil. "Hahaha... Harusnya mereka mati kalau terkena serangan seperti itu. Tapi ini menarik. Ayo kita ke sana."
Kembali ke lokasi pertarungan, Kael berdiri diam di tempatnya, masih menatap kedua tangannya. Ia sedikit terkejut—bukan karena hasil pertarungan, tetapi karena kekuatan yang baru saja ia keluarkan.
Ia belum sepenuhnya memahami kombinasi Light of Dust dan Darkness Control, tetapi efeknya... sungguh luar biasa.
Di tengah keheningan, suara Sentra akhirnya terdengar.
"Selamat, Tuan. Anda telah mengalahkan Boss Labyrinth."
Kael menghela napas, lalu tersenyum tipis. "Yah... sepertinya aku benar-benar jadi monster sekarang."
Angin masih berhembus kencang, membawa sisa-sisa energi dari pertarungan epik itu ke seluruh penjuru Labirin Terlarang.
Dan di kejauhan, dua ancaman baru sedang mendekat...