Setelah berjalan selama beberapa jam, Kael dan kelompoknya mulai merasa ada sesuatu yang aneh.
Tidak ada monster, tidak ada suara makhluk buas. Labyrinth ini… terlalu sepi.
Sambil berjalan didepan, Kael menutup matanya sejenak dan berkata:
"Sentra… Klaim Hadiah."
DING!
Sebuah jendela hologram transparan muncul di hadapan Kael.
Sentra, sistem AI pribadi milik Kael.
Dengan suara lembut namun jelas, Sentra berbicara:
"Baik, Tuan. Selamat! Anda mendapatkan kenaikan level!"
Karena pertarungan sebelumnya, Kael mendapatkan peningkatan level.
Sekarang, dia berada di Level 16.
[Kaelindra Azrath – Level 16]
🩸 HP: 1750 (+300)
🔅 Energi: 1300 (+180)
⚔️ Kekuatan: 105 (+15)
🛡️ Ketahanan: 90 (+15)
⚡ Kecepatan: 80 (+8)
🧠 Kecerdasan: 60 (+5)
👁️ Kepekaan: 55 (+5)
"Anda juga mendapatkan hadiah, Tuan. Apakah mau melihatnya?"
Mata Kael bersinar penuh antusias.
"Hadiah, ya?! Akhirnya aku dapat skill baru!"
"Tampilkan informasinya!"
[Skill Baru Diperoleh!]
🔮 Skill: Darkness Control
Tipe: Kemampuan Aktif & Pasif
Deskripsi:
Memungkinkan pengguna untuk menyerap dan mengendalikan energi kegelapan dari monster yang dikalahkan.
Memberikan kekebalan terhadap racun dan serangan energi kegelapan.
Efek pasif: Meningkatkan resistensi terhadap serangan berbasis Light of Dust, menjadikan pengguna lebih kuat dalam pertempuran melawan Sentinel lain.
Efek aktif: Pengguna dapat menghasilkan dan mengubah energi kegelapan menjadi serangan langsung atau meningkatkan statistiknya secara sementara.
Efek Tambahan:
Dark Absorption: Saat membunuh monster, energi mereka dapat diubah menjadi tambahan kekuatan sementara.
Shadow Cloak: Dalam kegelapan, kecepatan dan kepekaan meningkat sebesar +30%.
Peningkatan stat pada senjata beratribut kegelapan:
Dagger Duri Voidborn Tyrant (Rank C) → Serangan +20%, Efek racun meningkat.
Pedang Voidborn Tyrant (Rank C) → Serangan +20%, Energi kegelapan menyelimuti pedang, memberikan efek serangan bayangan.
Kael mengusap dagunya, membaca informasi skill tersebut dengan penuh ketertarikan.
"Berarti aku bisa menggunakan energi yang biasanya hanya bisa digunakan oleh monster..."
"Ini berbanding terbalik dengan para Sentinel yang seharusnya menggunakan energi cahaya Light of Dust di dalam tubuh mereka."
"Menarik... tapi..."
Sebelum Kael bisa menyelesaikan pikirannya, Mala tiba-tiba bertanya.
"K-Kaelindra… kamu lagi mikirin apa? Sepertinya dari tadi kamu berbicara sendiri?"
Kael terkejut.
Dia tidak sadar kalau Mala sudah memperhatikannya sejak tadi.
Dengan cepat, dia mengarahkan pandangannya ke arah lain dan menjawab,
"Ah, tidak… hehe. Aku cuma mikirin gimana nanti kalau ada monster lagi… hehe."
Mala menatapnya dengan mata berbinar.
Lalu, tanpa sadar, dia tersenyum.
"Kamu ini memang orang yang menarik, ya."
Kael membeku.
Jantungnya berdegup lebih cepat.
"Menarik?"
Wajahnya sedikit memerah.
Dengan suara agak gugup, dia menjawab:
"E-euh… i-iya… makasih, hehe."
Mala terkekeh pelan, lalu melanjutkan perjalanan.
Sementara itu, Kael hanya bisa menggaruk tengkuknya dan mengalihkan pandangan.
Namun, tepat di saat itu…
Kael, yang berjalan di depan, tiba-tiba mengangkat tangannya, memberi isyarat kepada yang lain untuk berhenti.
Mala dan dua Sentinel lainnya memperlambat langkah mereka dan melihat ke arahnya dengan bingung.
Udara di sekitar terasa lebih berat, seolah-olah ada tekanan tak terlihat yang menekan tubuh mereka. Kael menghentikan langkahnya, pupil matanya menyempit saat kepekaannya yang meningkat setelah naik level menangkap sesuatu yang berbeda.
"Di depan sana…" gumamnya pelan, namun cukup jelas untuk didengar oleh rekan-rekannya. "Aku bisa merasakan sesuatu… ada bahaya beberapa kilometer ke depan."
Mala dan kedua Sentinel lainnya menegang, insting bertahan hidup mereka berteriak untuk waspada. Namun, berbeda dengan mereka, Kael tetap tenang, bahkan sedikit menyeringai.
"Sentra…"
Sebuah jendela hologram muncul, diikuti suara AI yang sudah menjadi pendamping setianya.
"Ya, Tuan! Monster yang berada di depan adalah boss dari Labyrinth ini."
Ketiga Sentinel itu membelalakkan mata. Boss Labyrinth?! Mereka bahkan hampir terbunuh oleh kelompok Orc biasa sebelumnya, apalagi sekarang mereka harus menghadapi pemimpin dari tempat ini?
Namun, alih-alih merasa gentar, Kael justru tersenyum penuh antusias.
"Pas banget. Aku akan mencoba skill yang barusan aku dapatkan."
Dia menoleh ke rekan-rekannya, tatapan matanya tajam namun penuh keyakinan.
"Ayo kita hadapi monster itu."
Sentinel yang membawa tombak menelan ludah, tetapi tetap mengangguk. Mala mengepalkan tangannya, mencoba menyembunyikan kegugupannya. Sedangkan Sentinel yang membawa pedang menatap Kael dengan sedikit keraguan, namun akhirnya berkata, "Baiklah… kalau kau memimpin, aku percaya."
Mereka pun mulai berjalan.
Seiring mereka melangkah maju, udara di sekitar semakin terasa menyesakkan.
Mereka keluar dari hutan, dan pemandangan baru terbentang di depan mereka—hamparan padang rumput yang luas, dihiasi batu-batu besar yang menjulang seperti reruntuhan kuno.
Namun, yang benar-benar menarik perhatian mereka adalah sosok yang duduk di atas singgasana batu hitam di tengah area itu.
Seekor Orc Raksasa.
Dia dua kali lebih besar dari Orc biasa, tubuhnya dipenuhi otot yang menggembung seperti monster mitologi. Warna kulitnya hijau gelap, dengan dua tanduk panjang mencuat ke depan dari kepalanya.
Di tangan kanannya, dia menggenggam gada raksasa dengan ujung batu hitam yang memancarkan aura berbahaya. Lengan kanannya terbalut gauntlet besi besar, melindungi dari bahu hingga ke jari.
Kael menyipitkan matanya.
"Jadi dia yang menjadi Boss Labyrinth ini?"
[🔰 Horn Green Axe Orc -- Rank C Level 25]
🩸 HP: 12000
⚔️ Serangan: 870
🛡️ Ketahanan: 720
⚡ Kecepatan: 355
🧠 Kecerdasan: 240
👁️ Kepekaan: 245
Skill:
"Earthquake Smash" → Mengayunkan gada ke tanah dan menciptakan gempa kecil yang melumpuhkan musuh dalam radius 10 meter.
"Berserk Mode" → Saat HP di bawah 30%, semua stat meningkat sebesar 50%.
"Armor Break" → Setiap serangannya bisa mengurangi pertahanan lawan selama beberapa detik.
Kael membaca informasi itu sambil tersenyum sinis.
"Hanya sedikit lebih kuat dari Voidborn Tyrant," gumamnya.
Lalu, dengan mata bersinar emas keunguan, dia mengangkat jari telunjuknya dan menunjuk langsung ke arah monster itu.
"Kau akan menjadi uji coba skill baruku."
Kael melompat ke depan, tubuhnya melesat seperti kilat ke tengah padang rumput yang luas. Langkahnya mantap, tanpa sedikit pun keraguan.
Di sisi lain, Horn Green Axe Orc bangkit dari singgasananya yang terbuat dari batu, suaranya bergemuruh seperti guntur yang mengguncang tanah. Otot-ototnya menegang, memancarkan kekuatan buas yang siap meledak kapan saja.
Mereka berdua berjalan maju.
Jarak antara mereka semakin menyusut. 10 meter… 5 meter… 3 meter…
Hingga akhirnya—hanya tersisa 1 meter di antara mereka.
Dua pasang mata bertemu.
Kael harus sedikit menengadahkan kepalanya untuk melihat wajah monster itu. Orc raksasa setinggi 3 meter itu menggeram, matanya yang berwarna merah terang bersinar penuh amukan dan dominasi.
Seketika, udara di sekitar mereka bergejolak.
WHUUSHH!!
Aura mereka meledak secara bersamaan.
Kael memancarkan cahaya emas keunguan, berpadu dengan angin yang berputar ganas di sekelilingnya. Matanya menyala terang, sorot tajamnya seolah menusuk ke dalam jiwa.
Di sisi lain, Horn Green Axe Orc mengeluarkan kabut hijau kehitaman, aura yang begitu pekat hingga seolah-olah meracuni udara di sekitarnya. Tanah di bawahnya bergetar, rumput-rumput di sekeliling mereka tertunduk dalam tekanan.
Gelombang udara yang tercipta dari bentrokan aura mereka menyapu seluruh area.
Dari kejauhan, ketiga Sentinel yang mendampingi Kael hanya bisa membeku.
Tulang belakang mereka merinding, seolah mereka bukan lagi berada di medan tempur, melainkan di hadapan dua makhluk superior yang akan menuliskan sejarah pertarungan epik.
Sentinel yang memegang tombak bahkan tidak bisa menahan getaran di tangannya.
Dalam suara yang hampir berbisik, dia bergumam:
"Siapa sebenarnya Sentinel Kaelindra…?"
Mala yang berdiri di sebelahnya hanya terdiam, matanya membelalak dalam keterkejutan.
Mereka tahu bahwa Kael kuat.
Tapi benturan aura ini…?
Ini bukan sesuatu yang biasa.
Kael menyeringai, tangan kanannya terangkat perlahan, Dagger Duri Voidborn Tyrant muncul dalam genggamannya.
Di depan, Orc raksasa itu menggeram pelan, sebelum mengangkat gada raksasa dengan ujung batu hitamnya.
Angin kembali bergejolak.
Pertarungan ini sudah ditakdirkan untuk menjadi pertempuran luar biasa.
"Ayo kita mulai…" Kael berbisik, lalu...