Kilatan Guntur vs Darkness

Kael berdiri kokoh, tatapannya tajam dan penuh amarah. Ia menantang Guntur dan Ega dengan satu kata yang membuat atmosfer di sekelilingnya semakin tegang.

"Majulah."

Tanpa ragu, Guntur melesat dengan kecepatan petir, tubuhnya diselimuti kilatan listrik yang menari-nari di udara.

Dengan energi cahaya Light of Dust miliknya, ia mampu mengubah energi itu dengan Sentinel Art menjadi elemen petir yang berkekuatan destruktif.

Teknik Sentinel Art hanya dikuasai oleh Sentinel tingkat Radiant keatas, dengan kemampuan unik yang berbeda-beda dari tiap kebangkitan sentinel. Adapun bagi mereka yang selalu berlatih dan bertahan hidup dalam kondisi apapun mampu berada di titik ini meskipun dibangkitkan dengan Rank terendah.

"Zzztttt...!!!"

Kilatan petir menyambar tanah saat Guntur menerjang. Kael, tetap tenang, mengangkat tangannya, dan tiba-tiba Dagger hitam pekat muncul di genggamannya dari inventory.

"CLAAANGG!!"

"SRRRRTTTT!!"

Benturan antara pedang Guntur dan Dagger Kael menghasilkan percikan energi yang menyilaukan. Tekanan besar saling mendorong satu sama lain, tanah di bawah mereka bergetar, menciptakan retakan kecil akibat kekuatan yang dilepaskan.

Dari belakang, Ega segera mengangkat tongkatnya dan mengeluarkan mantra dengan nada menggema di udara:

"Lantunan Musik Cahaya: Cahaya Kekuatan!"

Tubuh Guntur langsung bersinar dengan aura hijau keemasan. Kekuatan fisiknya meningkat drastis, refleksnya semakin tajam, kecepatannya melonjak hingga batas yang bahkan sulit diikuti dengan mata telanjang.

Dengan kekuatan barunya, Guntur mengayunkan pedangnya sekali lagi—lebih cepat, lebih kuat! Kael yang masih menahan dorongan itu tiba-tiba terhempas beberapa meter ke belakang, tubuhnya menyeret tanah hingga membentuk parit kecil di padang rumput yang luas.

"Tch... seperti yang kuduga, tidak mudah menghadapi Sentinel Radiant, dan kemampuan mereka jauh lebih kuat dan merepotkan."

Namun, bukannya gentar, Kael hanya menyeringai tipis. Ia mengulurkan tangannya, lalu...

"Darkness Control!"

Sekejap, energi gelap keunguan mulai merembes keluar dari tubuhnya, menyelimuti Dagger di tangannya. Udara di sekitarnya terasa lebih berat, dan padang rumput yang tadinya cerah mulai meredup, tertutup oleh kabut hitam yang merayap pelan.

Guntur kembali melesat, petir membungkus tubuhnya, kilat-kilat berloncatan dari tiap jejak kakinya. Dengan ayunan pedang yang kini dilapisi listrik, ia menebas ke arah Kael.

"SWOOSHHH!!"

Namun, kali ini Kael tidak hanya bertahan—ia membalas!

"CLANG! CLANG! CLANG! SRING!!"

Mereka terlibat dalam pertempuran kecepatan tinggi, senjata mereka beradu dalam ritme yang mengerikan. Kilatan listrik bertemu dengan kegelapan pekat, menciptakan percikan energi yang menari di udara.

Tebasan Guntur yang luar biasa cepat berusaha menerobos pertahanan Kael, tetapi Dagger hitam milik Kael tidak kalah gesit, menangkis setiap serangan dengan presisi yang luar biasa. Mereka melompat, berputar, dan bergerak dengan kecepatan yang bahkan mata manusia biasa tak mampu mengikutinya.

Awan-awan hitam mulai berkumpul di atas mereka. Petir menyambar liar di langit, mencerminkan pertempuran dahsyat di bawahnya.

Dari kejauhan, Ega mengamati dengan tatapan waspada, menyadari bahwa Kael bukanlah lawan sembarangan.

"Ini... tidak seperti yang kita bayangkan..." gumamnya.

Tapi dia tak punya waktu untuk ragu—Kael belum selesai.

Kael mundur sedikit, mengambil ancang-ancang, lalu dengan kecepatan yang tak terduga, ia berputar dan melesat ke arah Guntur.

"HAAAAAAAAH!!"

Dagger yang diselimuti kegelapan menyapu udara, menembus celah pertahanan Guntur yang terkejut dengan perubahan ritme serangan Kael.

"SRREEEGGHH!!"

Darah segar memercik di udara.

Untuk pertama kalinya, ekspresi percaya diri Guntur berubah menjadi keterkejutan. Luka muncul di bahunya, asap hitam keluar dari luka itu, menunjukkan bahwa serangan Kael bukan hanya luka biasa—tetapi luka yang menggerogoti energi Sentinel-nya!

Guntur terhuyung ke belakang, sementara Kael berdiri dengan senyuman tajam, tatapan penuh kemenangan di matanya.

"Ini baru pemanasan."

Ega menggertakkan giginya.

"Brengsek! Tidak mungkin Sentinel Ember bisa melakukan ini!!"

Guntur mundur dengan beberapa lompatan ke belakang, tangannya mencengkeram bahu yang terluka. Matanya terbelalak—tak percaya bahwa Sentinel Ember seperti Kael bisa menebasnya.

"Tch… bagaimana mungkin?" gumamnya, rahangnya mengatup rapat.

Dari belakang, Ega—Sentinel dengan Role Support—tak tinggal diam. Ia kembali mengangkat tongkatnya, melantunkan mantra yang menggema seperti suara paduan suara suci yang turun dari langit.

"Lantunan Musik Cahaya: Cahaya Kesucian."

"Cahaya Kehidupan."

Kilauan emas kehijauan melingkupi tubuh Guntur. Dalam sekejap, luka di bahunya pulih, dan efek Darkness Control yang menggerogoti Light of Dust di tubuhnya menghilang sepenuhnya.

Merasa tubuhnya kembali ke kondisi sempurna, Guntur mengepalkan pedangnya, mengarahkannya ke Kael.

"Aku terlalu meremehkanmu. Kali ini, aku akan serius… dan kau akan mati."

ZRRRTTTTTTTT!!

Petir menggelegar, menyambar di sekelilingnya. Tubuh Guntur kini diselimuti petir.

"Kilatan Guntur: Sang Dewa Petir''

Sebuah teknik pamungkas yang hanya bisa ia keluarkan ketika bertarung dalam kondisi maksimal.

Kilatan listrik membentuk armor petir di sekitar lengannya, sikunya, lututnya, dan tumitnya, seolah menjadi ekstensi tubuhnya. Pedangnya kini bukan sekadar baja biasa, melainkan petir yang dikendalikan dalam wujud pedang, berkilauan dengan warna putih kebiruan, siap menghanguskan apa pun yang disentuhnya.

Dari belakang, Ega menyaksikan dengan ekspresi tegang.

"Guntur sampai mengeluarkan teknik pamungkasnya..." gumamnya.

Tapi bukan itu yang paling mengusik pikirannya—melainkan....

"Siapa sebenarnya dia? Bagaimana bisa Sentinel Ember mengendalikan energi kegelapan?!"

Ega menggertakkan giginya, mengingat luka yang tadi diderita Guntur.

"Energi hitam yang keluar dari tubuhnya… itu energi para monster dari dalam Labyrinth! Seharusnya itu adalah racun bagi Sentinel! Energi itu mampu menggerogoti Light of Dust seperti virus yang tak bisa dilawan… Tapi kenapa dia bisa mengendalikannya seolah itu adalah bagian dari dirinya sendiri?"

Pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan yang mustahil.

Melihat kekuatan Guntur yang meningkat pesat, Kael sadar… satu kesalahan kecil saja bisa menghabisinya.

Ia mengangkat tangannya ke udara, dan dari dalam Void kecil, sebuah pedang raksasa muncul.

"Tyrant Sword."

Pedang raksasa itu muncul kembali dan kini tergenggam di tangan kirinya, sementara Dagger kegelapan tetap berada di tangan kanannya. Aura hitam pekat menyelimuti tubuhnya, mengalir ke kedua senjatanya.

"Aku harus mengeluarkan seluruh kemampuanku..." Kael bergumam pelan.

Kegelapan di sekelilingnya semakin pekat, bercampur dengan aura emas kehitaman yang aneh—seperti perpaduan Light of Dust dengan sesuatu yang jauh lebih gelap dan mengerikan.

Ega semakin merinding.

"Tch… cahaya dan kegelapan dalam satu tubuh? Itu… bahkan lebih mustahil lagi!"

Namun tak ada waktu untuk berpikir.

Guntur sudah melesat.

"Kilatan Guntur: Tebasan Dewa Petir!"

Tubuhnya seperti kilatan petir yang tak dapat dihentikan, melesat dengan kecepatan yang tak mungkin diikuti mata manusia.

Kael pun bersiap.

"Light Glove."

Tangannya bercahaya keemasan, membentuk sarung tangan cahaya, tetapi yang mengejutkan, cahaya itu bercampur dengan kegelapan dari Darkness Control, menciptakan sinar emas redup kehitaman, sesuatu yang tak pernah terlihat sebelumnya.

"HUUAAAAAHHH!!"

Mereka berdua berteriak saat serangan mereka bertabrakan.

"BAAAMMMMMM!!!"

Benturan itu menciptakan gelombang kejut yang meratakan rerumputan di sekeliling mereka. Kael terdorong jauh ke belakang, tak mampu menahan kekuatan petir Guntur yang kini mencapai puncaknya.

Namun, Guntur tak memberinya kesempatan untuk bernapas.

Dengan kecepatan luar biasa, ia melompat dari batu ke batu, gerakannya nyaris seperti teleportasi, lalu dengan lompatan terakhirnya—ia kembali menerjang!

"Kilatan Guntur: Tebasan Dewa Petir!!"

Kael dengan cepat mengangkat Tyrant Sword untuk menahan serangan itu.

"DUAAARRRR!!!"

Begitu mereka bertabrakan, petir meledak dari tubuh Guntur, menyambar ke segala arah, menciptakan badai listrik di sekitar mereka. Tanah merekah, bebatuan terlempar ke udara, dan langit semakin gelap seolah pertarungan mereka mengacaukan keseimbangan alam itu sendiri.

Namun, kali ini Kael berhasil menahan serangan tersebut—dan bahkan mampu menghempaskan Guntur ke depan meskipun tubuhnya sendiri ikut terhempas ke belakang menghantam beberapa pilar batu akibat kekuatan dahsyat itu.

Namun…

Guntur yang masih mendapat buff dari Ega kembali menyerang tanpa kehilangan momentumnya!

Kilatan listrik semakin liar di tubuhnya.

"Kali ini selesai!"

Guntur melesat lagi dengan serangan yang lebih cepat dan lebih ganas.

"Kilatan Guntur: Tebasan Dewa Petir!!"

"DUAARRRARRARRA!!!"

Petir menyambar ke segala arah, menyelimuti tubuhnya seperti tombak kematian yang melaju ke arah Kael yang tidak dalam kondisi siap setelah terhempas tadi, lalu dengan kekuatan yang tak terbendung!

"ARGHHH!!"

Kael tak sempat menghindar.

Serangan itu menebas tubuhnya, menyisakan luka yang menganga di dadanya. Darah langsung menyembur di udara, dan seketika tubuhnya terhempas jauh ke belakang, dihantam oleh ledakan petir yang mengiringinya.

Kael melayang di udara menghantap beberapa pilar batu sekaligus sebelum akhirnya jatuh menghantam tanah dengan keras.

"KRAAAKKK!!"

Tanah retak di bawahnya, asap dan debu mengepul, menyelimuti area tempatnya terjatuh.

Dari kejauhan, Ega menyipitkan mata, menunggu apakah Kael masih bisa bangkit setelah serangan itu.