Menyerap Kegelapan

Tubuh Kael menghantam tanah dengan keras, debu dan puing-puing berhamburan di sekelilingnya. Sisa-sisa listrik dari serangan Guntur masih berdenyut di udara, sementara tubuh Kael tergeletak tak berdaya di antara reruntuhan. Napasnya terengah-engah, dadanya naik turun dengan berat. Luka dalam di tubuhnya mengalirkan darah segar yang membasahi tanah di bawahnya.

Dari sela-sela asap yang mengepul, hologram Sentra AI muncul kembali, memproyeksikan data di depan wajahnya.

"Tuan, HP Anda tersisa sekitar 14%. Ini benar-benar gawat."

Kael hanya bisa mendengar suara itu samar-samar, sementara kesadarannya mulai memudar. Tetapi, sesuatu yang aneh terjadi.

Ternyata ia terhempas ke tempat mayat Horn Green Axe Orc.

Getaran misterius merambat di tanah. Sebuah energi gelap yang pekat merayap dari mayat Horn Green Axe Orc, mengalir perlahan seperti kabut hitam yang bergerak hidup. Kael, yang terkapar di tanah, tiba-tiba merasakan aliran energi itu terhisap ke dalam tubuhnya.

Luka-luka yang menganga di dadanya mulai menyatu, rasa sakit yang membakar tubuhnya perlahan mereda. Otot-ototnya kembali merasakan kekuatan. Tubuhnya menggigil, tetapi bukan karena kelemahan—melainkan karena sensasi kekuatan baru yang meresap ke dalam dirinya.

Hologram Sentra muncul kembali, menampilkan informasi

"Skill Dark Absorption aktif. Menyerap energi kegelapan dari monster yang dikalahkan. Memulihkan HP dan energi secara berkala. Meningkatkan parameter kekuatan sementara."

Kael membuka matanya perlahan, kini berkilat dengan aura gelap keunguan, Tangannya merangkak mendekat ke mayat Orc, menyerap lebih banyak energi. Rasa sakitnya menghilang, tubuhnya terasa ringan, bahkan lebih kuat dari sebelumnya.

Sementara itu, Guntur berdiri dengan napas berat, kilatan petir masih berdenyut di sekitar tubuhnya. Energinya belum sepenuhnya pulih setelah mengeluarkan serangan "Kilatan Guntur: Sang Dewa Petir", dan ia bisa merasakan dampaknya.

"Ega! Pulihkan aku, sepertinya bocah itu masih hidup!" serunya.

Ega segera mengangkat tangannya, sinar keemasan mulai menyelimuti tubuh Guntur, meregenerasi stamina dan energi yang telah terkuras.

Tetapi...

Ketika asap mulai menghilang, sosok Kael masih terlihat bergerak dan berusaha berdiri. Tidak hanya bangkit kembali, tetapi bangkit dengan kekuatan yang bahkan lebih besar dari sebelumnya!

Mata Ega melebar, tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Tidak mungkin... Dia menyerap energi kegelapan dari bos Labyrinth?" gumamnya dengan suara bergetar.

Aura kegelapan kini menyelimuti tubuh Kael, bergelombang seperti nyala api hitam yang berdenyut dalam ritme yang tak teratur. Dengan tatapan tajam, ia mengangkat tangan kanannya, dan dalam sekejap WUSH! Pedang Tyrant yang sempat terlepas dari genggamannya bergetar, lalu melesat kembali ke tangannya!

Suara logam bergema di udara saat Kael kembali menggenggam senjatanya. Pedang besar itu kini bercahaya kehitaman, berdenyut dengan energi kegelapan yang lebih pekat dari sebelumnya.

Guntur dan Ega terpaku. Keringat dingin mengalir di pelipis mereka.

Kael mengangkat kepalanya perlahan, tatapan matanya kini penuh dengan kegelapan yang dalam dan tak terduga.

"Sepertinya pertarungan ini akan segera berakhir," ucap Kael dengan suara yang terdengar lebih dalam dan berbahaya.

Tiba-tiba—

ZZZZZTTTTT!!

Petir kembali menyambar! Guntur menyalakan kembali kekuatannya, tubuhnya bergetar dengan aliran listrik yang menggelegar. Sisa-sisa lelahnya ditepis oleh determinasi yang menguat dalam dirinya.

"Kalau begitu, ayo kita akhiri ini!"

Dengan kecepatan kilat, Guntur menerjang!

Kael mengayunkan Tyrant Sword dengan kekuatan penuh, gelombang kegelapan menerjang ke depan, menghantam Guntur yang datang dengan serangan "Kilatan Guntur: Tebasan Dewa Petir!"

BOOOOMMM!!!

Benturan dahsyat itu menciptakan ledakan energi yang menghancurkan tanah di bawah mereka, membentuk kawah besar yang memancarkan kilatan petir dan aura gelap yang bercampur di udara!

Di tengah gesekan pedang mereka, Guntur mulai merasakan sesuatu yang mengerikan. Otot-ototnya menegang, tekanan dari setiap serangan Kael semakin berat.

"Sial… Bocah ini… Kekuatan fisiknya melonjak drastis setelah menyerap energi dari mayat monster!"

Guntur menggertakkan giginya, merasa marah sekaligus terintimidasi. Dengan emosi yang meluap, dia berteriak,

"SIAPA SEBENARNYA KAU, HAH!?"

Kael tetap dengan ekspresi dinginnya, tatapannya tajam bagai pisau yang menusuk jiwa.

"Aku sudah bilang… hanya seorang Rank Ember yang akan membunuh kalian."

Saat itu juga—ZZZZZT!!—sebuah void hitam tiba-tiba muncul di antara mereka! Mata Guntur melebar, sesuatu yang besar muncul dari kegelapan!

BRUGH!!

Sebuah kapak raksasa berbalut energi kegelapan melesat keluar dari void dan menghantam tubuh Guntur dengan kekuatan luar biasa!

"GUAAHH!!"

Tubuhnya terlempar jauh, menghancurkan beberapa pilar batu di belakangnya. Puing-puing beterbangan, tanah bergetar akibat benturan dahsyat itu.

Namun, Kael tidak akan membiarkannya bernapas.

Saat Guntur berusaha bangkit dari reruntuhan, Kael melompat tinggi ke udara! Tangannya terulur, dan kapak yang menghantam Guntur bergegas kembali ke tangannya seolah ditarik oleh kekuatan tak kasat mata.

SWOOSH!!

Asap dan debu memudar. Di langit, siluet Kael melayang dengan kedua senjatanya bersinar dalam aura kegelapan!

"Tebasan Tyrant Ganda!!"

SWIINGGG!!

Dua gelombang tebasan berbentuk X yang dipenuhi energi kegelapan melesat ke arah Guntur, mencabik udara dengan suara mengerikan!

Tetapi…

"Lantunan Musik Cahaya: Cahaya Pelindung!!"

DUARRR!!!

Lingkaran perisai bercahaya muncul tepat di depan Guntur, memblokir serangan Kael. Energi gelap dan cahaya bertabrakan, menciptakan ledakan besar yang mengguncang medan pertempuran!

Kael mendarat dengan mantap di tanah. ia tidak memperdulikan serangannya yang ditahan oleh Ega, dengan tanpa ragu ia langsung menerjang Guntur yang baru saja berdiri kembali!

"Guntur! Lihat ke depan!!" Ega berteriak.

"Swooshh!"

Guntur juga melesat!

Kini, pertarungan pedang dan kapak melawan dua pedang terjadi!

CLANG!! CLANG!! CLANG!!

Bunyi logam bertabrakan memenuhi udara, percikan energi berhamburan dengan setiap benturan!

Kael bergerak seperti badai kegelapan, serangannya berat namun cepat, sementara Guntur menggunakan kecepatannya untuk menahan tebasan yang datang dari segala arah.

Namun—

SRET! SRET! SRET!

Tebasan Kael menyayat bahu, paha, dan dada Guntur!

"UGH!!"

Tubuhnya kehilangan keseimbangan, darah mulai menetes dari luka-luka yang dalam.

Kael segera mengayunkan pedangnya untuk menghabisinya!

Tapi—

"Lantunan Musik Cahaya: Cahaya Penyegel!"

"!!?"

TUBUH KAEL TERHENTI!

Cahaya emas tiba-tiba membungkus tubuhnya, menghambat gerakannya! Kael menggertakkan giginya, berusaha melepaskan diri, tetapi efeknya terlalu kuat.

"Sekarang, Guntur!"

Guntur tidak menyia-nyiakan kesempatan.

"Kilatan Guntur: Tebasan Dewa Petir!!!"

ZAAAAAPPP!!!

Pedang Guntur menyala dengan petir yang membara—lalu dalam satu tebasan dahsyat, serangan itu menghantam tubuh Kael!

''GGRARARRRR''

Suara petir menggelegar dari serangan Guntur.

"GRRRHHH!!!"

Tubuh Kael terdorong beberapa meter ke belakang, menciptakan jejak gesekan yang membelah tanah.

Guntur terkejut. Sebelumnya, serangan ini mampu menghancurkan lawan dalam sekali tebas.

Tetapi sekarang Kael masih berdiri.

Meski terkena serangan dengan telak, Kael tidak terhempas jauh seperti sebelumnya.

Perlahan, ia mengangkat kepalanya, tatapan matanya semakin kelam, dan bibirnya menyeringai tipis.

"Sentinel Support itu benar benar sangat merepotkan."

Seketika, aura kegelapan di tubuhnya membara lebih kuat dari sebelumnya!

Pertarungan belum berakhir.