Kemenangan

Kael berdiri di tengah badai energi, tubuhnya berdenyut dengan aura kegelapan yang semakin pekat. Cahaya emas yang seharusnya membatasi gerakannya kini pudar, seolah ditelan bulat-bulat oleh kegelapan yang ia kendalikan. Mata Ega melebar, rahangnya mengatup erat.

"D-Dia menelan cahaya teknik penyegelku!?" serunya tak percaya.

Namun, Ega tak membiarkan keterkejutannya menguasai dirinya. Dengan penuh emosi, ia segera merapal teknik baru, suaranya menggelegar di antara gemuruh pertarungan.

"LANTUNAN CAHAYA: SINAR MENTARI PENGHANCUR!!"

Sebuah bola api bersinar terang, dipenuhi energi suci, terbentuk di didepan tongkat sihirnya. Bola cahaya itu melesat dengan kecepatan tinggi, membelah udara dan menciptakan jejak bercahaya yang menyilaukan.

Di saat yang sama, Guntur melesat ke depan, pedangnya bergetar oleh aliran listrik yang mengitari bilahnya. Ia berniat mengkombinasikan serangannya dengan bola cahaya Ega.

Namun, Kael tetap tenang. Kakinya merendah, kedua tangannya bersiap dalam posisi bertahan.

Lalu kael juga melesat menerjang Guntur dan bola cahaya.

Clang! Clang! Clang!

Dentang senjata menggema ketika pedang Guntur bertemu dengan kapak dan pedang Kael. Percikan energi beterbangan, menerangi medan pertarungan yang porak-poranda. Namun, dengan satu gerakan cepat, Guntur berhasil menepis kapak dan pedang Kael, membuatnya terlepas dari genggaman.

"Sekarang kau tak bersenjata!" seru Guntur, merasa mendapat keunggulan.

Tapi seulas senyum dingin tersungging di wajah Kael.

"Itu yang kau pikirkan?"

Alih-alih mundur, Kael justru menerjang maju, langsung mengarah ke bola cahaya Ega yang semakin dekat.

"Sial! Dia mengincar serangan Ega lebih dulu!" Guntur sadar terlambat.

Sebelum bola cahaya itu bisa mengenai tubuhnya, Kael mengangkat tangan kirinya dan membuka telapak tangannya lebar-lebar.

"DARKNESS MANIFEST!"

Energi kegelapan berputar seperti pusaran badai, menyelimuti bola cahaya itu. Cahaya terang mulai meredup, perlahan menghilang, tergantikan oleh energi hitam yang meliuk-liuk ganas.

Kael mengeratkan kuda-kudanya, kaki kirinya menggeser tanah saat ia menahan dorongan energi dahsyat. Tangannya mengepal, cahaya redup dari teknik Light Glove bercampur dengan Darkness Control, menciptakan aura kelam yang berdenyut intens.

"Kau yang pertama!!"

Tangan Kael meninju bola energi hitam itu sekuat tenaga, menciptakan gelombang dahsyat yang menggetarkan tanah dan menghempaskan Guntur ke belakang.

Dari tinju itu, sebuah kepalan tangan raksasa yang bercampur cahaya dan kegelapan melesat ganas, mengarah langsung ke Ega.

"EGA, MENGHINDAR!!" Guntur berteriak dari kejauhan.

Ega segera merapal teknik pelindungnya, membentuk lingkaran energi cahaya di depannya.

"Lantunan Musik Cahaya: Cahaya Pel—"

BOOM!

Sebuah bola api menyambar dari samping, menghantam tangan Ega yang memegang tongkat sihirnya!

"KRRANGG!!"

Lingkaran cahaya pelindungnya hancur seketika! Tekniknya terhenti!

Dari balik bayangan, seorang wanita muncul dengan senyum sinis.

Mala.

Setelah bersembunyi memperhatikan peetarungan mereka, ia akhirnya menyerang di momen paling krusial.

"Sialan kau, wanita jal—"

BOOOOMMM!!!

Serangan Kael menghantam tubuh Ega secara langsung!

Tubuhnya terpental dan terseret jauh, menabrak pilar pilar batu menuju area hutan hutan dan menghantam beberapa pohon besar.

Dan...

DUAAAR!!

Ledakan energi mengguncang tanah, menimbulkan kepulan asap yang membubung tinggi. Dari kejauhan, cahaya dan kegelapan meledak bersamaan, menerangi langit senja yang mulai gelap seperti pertanda kehancuran.

Di tengah riak energi yang mulai mereda, Kael berdiri tegak. Ia menghela napas panjang, matanya menatap tajam ke depan.

"Fiuhhh… Satu musuh tumbang."

Dari arah belakang dengan suara napas berat bercampur dengan amarah, terdengar suara langkah cepat yang menginjak tanah dengan keras.

"SIALANNN KAUUU!!"

Guntur, dengan sisa kekuatannya, kembali menerjang. Wajahnya dipenuhi amarah, matanya menyala dengan tekad membara.

Namun, Kael sudah siap.

Tanpa sedikit pun ragu, ia menjulurkan tangannya ke depan, energi kegelapan berputar liar di sekelilingnya.

SWOOSH!

Kedua senjatanya—pedang dan kapak—yang terjatuh sebelumnya kini melesat kembali ke tangannya. Namun, sebelum sampai di genggamannya, pedang Kael terlebih dahulu menembus tubuh Guntur dari belakang.

"GUAHHH!!"

Tubuh Guntur menegang. Matanya membelalak, darah segar muncrat dari mulutnya.

"G-Grahh... p-pedang... ini..."

Tangan Guntur gemetar, menggenggam bilah pedang yang menembus dadanya. Napasnya memburu, tubuhnya mulai melemah.

Namun, ini belum selesai.

Kael menggertakkan gigi dan bersiap menerima senjata yang kembali kearahnya.

SWOOSH!!

Kapaknya yang kembali ke genggamannya langsung ia angkat tinggi-tinggi.

Dengan satu gerakan cepat, ia menerjang ke depan.

''Huaeaaaaahhh...''

SREEEENGG!!!

Suara logam yang tajam memotong daging terdengar jelas.

Sekejap kemudian—

BYUUURR!!!

Darah menyembur deras dari tubuh Guntur!

Tubuhnya terbelah miring!

Bagian atas tubuhnya melayang sejenak di udara sebelum jatuh ke tanah, sedangkan bagian bawahnya masih berdiri, diam, sebelum akhirnya roboh dengan suara thud yang berat.

Kael mendarat dengan mantap, kini berdiri membelakangi tubuh Sentinel Guntur yang telah terbelah.

Perlahan, ia berbalik. Tatapannya dingin. Aura kegelapan masih menyelimuti tubuhnya, berdenyut liar, memancarkan rasa dingin yang luar biasa.

"Pergilah ke neraka."

Suara Kael terdengar datar, penuh ketegasan.

Tak lama kemudian, tubuh Guntur sudah tidak bergerak lagi.

Pertempuran telah usai.

Kael, dengan aura mengerikannya, kini berdiri di atas kemenangan mutlak.

Hologram Sentra kembali muncul, cahayanya memantulkan sinar kehijauan di tengah kegelapan yang masih menyelimuti arena pertempuran.

"Selamat, Tuan. Anda telah mengalahkan Sentinel Rank Celestial dan Sentinel Radiant. Anda mendapatkan banyak Exp sekaligus dan akan mengalami kenaikan level yang drastis."

Kael, yang masih terengah-engah, mengangkat kepalanya. Wajahnya masih dipenuhi sisa adrenalin dari pertempuran tadi.

"Celestial?" Kael mengernyit. "Bukannya mereka berdua Sentinel Radiant?"

Sentra segera menanggapi.

"Sentinel dengan kemampuan penyembuhan itu memang berada di Rank Radiant. Akan tetapi, Sentinel dengan dua pedang itu sebenarnya berada di Rank Celestial. Sepertinya sudah lama sejak terakhir kali dia melakukan pengecekan Ascension Rank miliknya. Kekuatan alaminya terus meningkat seiring dengan latihan dan ekspedisi yang dia lakukan, meskipun kekuatannya hanya setara dengan Sentinel Celestial yang pertama kali dibangkitkan."

Kael terdiam sejenak, mencerna informasi itu.

"Woah... Pantesan si Petir itu kuat banget!" Kael berseru, matanya membelalak. "Jadi dia memang di tingkat yang berbeda dibandingkan sentinel Rank Radiant yang pernah aku lihat saat insiden Void Merah... Tapi.. kalau aku melakukan pengecekan Ascension Rank ulang, aku berada di Rank apa sekarang?"

Kael menatap kedua tangannya. Aura gelap dan terang masih berputar di sekelilingnya, bercampur seperti pusaran energi yang liar. Ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya.

Namun, sebelum ia bisa menyelami pikirannya lebih dalam—

"BUKKK!!"

Tiba-tiba, sebuah tubuh melesat dan menabraknya dengan keras.

"Kaelindra..."

Kael tersentak. Mala berlari ke arahnya, air matanya mengalir deras, dan tanpa ragu, ia langsung memeluk Kael erat.

Tubuh Mala bergetar, bahunya naik-turun seiring dengan isak tangisnya.

Kael, yang awalnya terkejut, akhirnya menghela napas dan tersenyum kecil. Dengan lembut, ia mengusap kepala Mala.

"Sekarang sudah berakhir..."

Suaranya pelan, penuh kehangatan.

Namun, tatapannya berubah sedikit suram saat ia melihat area bekas pertempuran yang hancur.

"Aku minta maaf soal kedua orang itu..."

Mala terdiam, masih menyembunyikan wajahnya di dada Kael. Ia tahu, Sentinel bertombak dan berpedang telah dibunuh oleh Guntur dan Ega sebelum Kael tiba.

Tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan untuk mereka.

Kael menghela napas dalam. Ia melepaskan pelukan Mala perlahan dan berdiri tegak.

"Sekarang, ayo kita keluar dari Labyrinth ini."

Mala mengangguk pelan, menyeka air matanya.

Tanpa melihat ke belakang lagi, mereka berdua berjalan menuju Voidrift, portal berwarna gelap yang berputar di tengah hutan. cukup jauh mereka berjalan kembali ke titik awal saat mereka datang ke Labyrinth ini.

Di belakang mereka, mayat para Sentinel masih tergeletak di tanah.

Delapan orang seharusnya keluar dari tempat ini bersama-sama.

Namun kini, hanya dua yang tersisa.

Keheningan menyelimuti Labyrinth yang telah menyaksikan pertarungan luar biasa ini.