Chapter 4: Kota Gikamo, Langkah Awal di Dunia Baru
Aku berjalan menyusuri jalan setapak berbatu, kaki terasa sedikit pegal setelah perjalanan panjang dari hutan. Matahari sudah tinggi, dan angin sejuk bertiup dari arah pegunungan di kejauhan. Setelah beberapa hari bertahan hidup di alam liar, akhirnya aku melihat sesuatu yang mirip peradaban.
Di depan sana, dinding batu besar menjulang, mengelilingi sebuah kota. Gerbang kayu kokoh berdiri di tengahnya, dengan beberapa penjaga berbaju zirah berdiri di pos masing-masing. Ini pasti Kota Gikamo, salah satu kota di negara Luminethia yang disebut Tamari.
Aku menarik napas panjang. Baiklah, Kosagi. Waktunya memasuki dunia baru secara resmi.
>Gerbang Kota dan Pajak Masuk
Aku melangkah mendekati gerbang. Beberapa orang lain juga terlihat masuk dan keluar, kebanyakan petualang dengan senjata di punggung mereka, pedagang yang membawa gerobak penuh barang dagangan, dan beberapa warga biasa.
Seorang penjaga dengan armor besi mengangkat tangan, menghentikanku sebelum aku melangkah lebih jauh. "Kau orang asing?"
Aku mengangguk. "Ya. Aku ingin masuk ke kota."
Penjaga itu menatap pakaianku sebentar-kemeja polos bahan amat bagus dari duniaku dan celana yang meskipun sudah kubersihkan, tetap terlihat aneh dibandingkan pakaian penduduk lain. Aku menahan diri untuk tidak menghela napas.
"Identitas?" tanyanya.
Oh, bagus. Aku bahkan tidak punya KTP di dunia ini.
"Aku baru datang dari luar wilayah. Tidak punya kartu warga," kataku jujur.
Penjaga itu mengerutkan dahi. "Kalau begitu, kau harus membayar pajak masuk. Dua koin perak."
Aku mengingat sistem keuangan yang kudengar dari Tamari. Satu koin perak setara dengan 100.000 rupiah, jadi totalnya 200.000 rupiah.
Aku merogoh sakuku dan mengeluarkan koin emas yang diberikan Tamari. Penjaga itu menatapnya sejenak sebelum mengangkat alis. "Hoh? Kau bilang dari luar wilayah, tapi bisa membawa koin emas?"
Sial. Aku malah bikin dia curiga. Aku buru-buru berkata, "Ah... itu warisan keluarga! Aku beruntung mendapat sedikit uang sebelum datang ke sini!"
Penjaga itu menatapku sebentar, lalu menghela napas. "Baiklah." Dia menerima koin emas itu, lalu menyerahkan delapan koin perak sebagai kembalian.
Aku menerima uang itu dengan lega. Oke, sukses masuk tanpa masalah besar.
>Kota Gikamo: Kehidupan Baru Dimulai
Begitu aku melangkah melewati gerbang, suasana kota langsung menyergapku.
Di sisi kiri, deretan kios berdiri di sepanjang jalan utama, para pedagang meneriakkan harga dagangan mereka. Di sisi kanan, beberapa petualang terlihat berkumpul di depan sebuah bangunan besar-mungkin Serikat Petualang.
Bangunan di kota ini terlihat lebih bersih dan teratur dari yang kubayangkan. Tidak terlalu suram seperti kota abad pertengahan yang sering kulihat di film. Jalanannya berbatu rapi, beberapa rumah memiliki atap merah khas, dan di kejauhan, terlihat menara putih yang mungkin bagian dari gere-eh, maksudku, Kuil Lirien.
Aku berjalan pelan, menikmati suasana kota sambil berpikir. Oke, prioritas utama: cari pakaian baru, lalu cari pekerjaan.
>Toko Baju: Menyesuaikan Diri
Aku menemukan sebuah toko pakaian kecil di dekat pasar. Sebuah papan kayu tergantung di depan, bertuliskan huruf yang-anehnya-bisa kubaca. Aku mendorong pintunya dan masuk.
Seorang pria tua dengan janggut panjang menyambutku dengan anggukan. "Selamat datang. Kau butuh pakaian apa?"
Aku melihat-lihat rak baju dan menemukan baju polos hitam serta celana training yang nyaman untuk bertarung. "Yang ini berapa?" tanyaku.
Pria tua itu mengelus janggutnya. "Dua koin perak."
Aku mengangguk, mengeluarkan dua koin perak, dan menyerahkannya. Setelah mengganti pakaian, aku melihat bayanganku di kaca kecil di sudut toko.
"Oke, sekarang aku tidak terlihat seperti alien di dunia ini," gumamku.
Aku mengecek kembali uangku. Sisa enam koin perak. Tidak terlalu buruk, tapi aku harus cari pemasukan secepatnya.
>Serikat Petualang: Langkah Pertama
Serikat Petualang terletak di pusat kota, sebuah bangunan besar dengan logo pedang dan tongkat sihir bersilang di depan pintunya. Begitu aku masuk, suasana langsung berubah.
Bau kayu, alkohol, dan besi memenuhi ruangan.
Aku berjalan menuju meja penerimaan. Seorang wanita berambut cokelat panjang menyapaku dengan senyum ramah. "Selamat datang di Serikat Petualang! Apa kau ingin mendaftar?"
Aku mengangguk. "Ya, aku butuh pekerjaan."
Dia mengeluarkan selembar formulir. "Silakan isi ini. Biaya pendaftaran lima koin tembaga."
Aku mengeluarkan lima koin tembaga dan mengisi formulir.
Nama: Kosagi Hara.
Umur: 17 tahun.
Kemampuan: Belum diketahui.
Wanita itu mengambil formulirku dan tersenyum. "Baik, sekarang kau resmi menjadi petualang peringkat F. Untuk misi pertamamu, kami sarankan tugas sederhana. Mau mencoba?"
Aku mengangguk. "Tentu."
Dia menyerahkan sebuah kertas. "Tugas pertama: Kirimkan paket ke toko herbal di distrik timur."
Aku menatap kertas itu dengan ekspresi datar. "Uh... ini lebih mirip pekerjaan kurir."
Wanita itu tertawa kecil. "Semua petualang pemula harus mulai dari tugas mudah."
Aku menghela napas dan menerima kertas itu. Yah, tidak ada pilihan lain.
Misi Pertama: Kurir di Dunia Lain
Distrik timur tidak terlalu jauh, hanya sekitar sepuluh menit berjalan kaki. Saat hampir sampai di tujuan, tiba-tiba-
BAM!
Seseorang menabrakku dari belakang! Aku hampir terjatuh, tapi berhasil menyeimbangkan diri. Saat aku menoleh, aku melihat seorang pria berkerudung berlari cepat sambil membawa tas seseorang.
Seorang wanita tua berteriak. "Itu tas milikku! Tolong, ambil kembali!"
Aku refleks mengejar pria itu. Dia lari melewati gang sempit, melompati beberapa kotak kayu, tapi aku terus mengejarnya. Setelah beberapa menit kejar-kejaran, aku berhasil menendang kakinya dari belakang.
"UAGH!"
Dia jatuh tersungkur, dan aku langsung merebut tas yang dia curi.
Orang-orang di sekitar mulai berkumpul, dan beberapa penjaga datang untuk menangkap pencuri itu.
Seorang penjaga menepuk bahuku. "Terima kasih, anak muda. Kau cukup cepat."
Aku menyeringai. "Yah, ini masih pemanasan."
Wanita tua itu mendekat dan mengambil tasnya kembali. "Terima kasih, Nak. Ini sedikit hadiah dariku."
Dia menyerahkan satu koin perak. Lumayan!
Aku kembali ke toko herbal dan menyerahkan paket dengan selamat. Pemilik toko tersenyum dan memberiku dua koin perak sebagai upahku. Total pendapatan hari ini: tiga koin perak.
Aku kembali ke Serikat Petualang dengan napas sedikit berat, tapi puas.
Hari pertama sebagai petualang pemula... sukses.
BERSAMBUNG...