"Yang Mulia... Yang Mulia..."
"Yang Mulia!"
"Yang Mulia, kau adalah harapan seluruh rakyat..."
"Harapan seluruh rakyat..."
"Yang Mulia, bawa kami pergi dari sini..."
Pemandangan kejam di depan Xuan Ji pecah. Belum sempat ia sadar, saat berikutnya, ia sudah berada di sebuah stasiun pos. Masih sudut pandang roh pedang, tuan kecil yang diparasitinya tampaknya sudah sedikit lebih besar, pandangannya sedikit lebih tinggi beberapa sentimeter.
Jiwa Xuan Ji baru saja masuk ke dalam tubuh kecil ini, belum sempat mengamati dengan jelas apa yang ada di sekitarnya, ia merasakan pukulan penggaris di punggungnya. Kekuatannya tidak sampai melukai, tetapi anak kecil mudah kehilangan keseimbangan. Mendapat pukulan tiba-tiba seperti itu, Sheng Lingyuan kecil terhuyung dan hampir jatuh.
Xuan Ji ikut terkejut bersamanya, tanpa sadar mengeluarkan umpatan, "Persetan dengan..."
"Berdiri tegak!" Suara wanita dingin terdengar dari belakang. Sheng Lingyuan kecil tersentak dan secara refleks menegakkan punggungnya.
Terdengar suara gemerisik kain gaun dari belakang. Leher belakang anak laki-laki itu terasa kaku setelah dipukul, tanpa sadar ia melirik ke samping dengan sudut matanya mengikuti suara.
Ia belum melihat orangnya, penggaris sudah mendarat lebih dulu.
"Sebagai seorang penguasa, hendaknya bertingkah laku terhormat dan tidak melirik ke sana kemari," kata suara dingin itu, "Jika ingin melihat, berbaliklah dan lihat dengan sopan. Bola mata yang bergerak-gerak tidak enak dipandang!"
Sambil berbicara, pemilik suara perlahan berjalan ke depan Sheng Lingyuan. Xuan Ji akhirnya melihat orangnya dengan jelas.
Itu adalah seorang wanita yang tinggi kurus—atau mungkin tidak terlalu tinggi, hanya saja terbatas oleh sudut pandang anak laki-laki itu, ia merasa wanita ini seperti gunung yang berdiri di depannya, penuh tekanan... gunung tandus.
"Gunung tandus" bukan berarti ia tua. Wanita itu bertubuh tegap, kulitnya halus dan bersih. Meskipun mengenakan pakaian sederhana, auranya tetap mulia dan memukau, sama sekali tidak terlihat tua. Namun, entah kenapa, seluruh tubuhnya tidak memiliki sedikit pun vitalitas, seluruh dirinya seperti mumi berkualitas tinggi.
Melihat lebih ke atas, terlihat wajah persegi panjang yang tegas, riasannya tebal, alis runcing yang bersih dan tajam mengarah ke pelipis, di bawahnya sepasang mata sipit panjang yang bisa membuat orang merasa sangat malu—ke mana pun pandangannya tertuju, semuanya tampak seperti sampah.
Suasana hati Xuan Ji belum pulih dari jalan pelarian yang mengerikan, emosi negatifnya meledak. Ia berpikir, "Dari mana datangnya biarawati kejam ini?"
Roh pedang kecil sehati dengannya, mengumpat di lautan kesadarannya, "Nenek sihir tua!"
Sheng Lingyuan dengan jarang mengabaikan roh pedang. Anak laki-laki itu dengan cepat menundukkan kepalanya, dengan hormat berkata, "Ya, Ibu Suri."
Xuan Ji: "..."
Tunggu, ini... Permaisuri Chen yang merupakan istri sah Kaisar Ping yang legendaris? Yang kemudian dikurung oleh Kaisar Wu hingga mati?
Ia tanpa sadar melihat wanita itu dengan lebih saksama. Wajah itu tampak seperti tidak pernah tersenyum seumur hidupnya, sangat fotogenik, sekali jepret bisa menjadi serangkaian foto pemakaman. Dari bentuk wajah, aura, struktur tulang hingga garis wajah, ibu dan anak ini sama sekali tidak memiliki kemiripan. Jangankan hubungan darah, sekilas pun tidak terlihat seperti spesies yang sama.
Jika ini ibu kandungnya, lalu sekuat apa gen Kaisar Ping?
Permaisuri Chen memegang penggaris dan berdiri di depan Sheng Lingyuan, "Putra Mahkota, tahukah kau kesalahanmu?"
"Ananda..." Baru saja Sheng Lingyuan mengeluarkan suara, penggaris dingin itu sudah menghantam bahunya yang sedikit terangkat, mengenai pipi lembut anak laki-laki itu, langsung memerah.
*Disini dia pakai er chen (儿臣) untuk bahasain dirinya sendiri.
"Mengangkat bahu apa! Kau ini siapa, bagaimana bisa memiliki sikap selemah itu!"
Sheng Lingyuan buru-buru menurunkan bahunya yang tadi terangkat karena gugup. Xuan Ji merasakan setiap otot di tubuhnya menegang, dalam keadaan siaga untuk dipukul kapan saja, seperti anak kucing yang gemetar.
Ia jelas-jelas gemetar ketakutan, namun tetap berusaha keras agar suaranya tidak bergetar, mengucapkan kata-kata dengan jelas dan benar, "Ananda seharusnya tahu bahwa kakak sulung sedang sakit, namun tetap mengganggu istirahat kakak..."
"Omong kosong!" Roh pedang membantah keras di lautan kesadarannya, "Justru Pangeran Ning sendiri yang bilang merasa sesak di dalam kamar, makanya kami membawa catur liubo untuk menjenguknya!"
Namun, teriakan roh pedang hanya bisa didengar oleh Sheng Lingyuan dan Xuan Ji sebagai pengamat. Sheng Lingyuan kecil tanpa ekspresi mengabaikannya lagi dan melanjutkan, "Lalu karena terlalu asyik bermain hingga menunda pelajaran, ananda tahu salah, mohon Ibu Suri menghukum ananda."
Roh pedang menjerit marah, "Itu permintaan Pangeran Ning! Kenapa kau mengakui kesalahan! Lingyuan bau, kau membuatku marah!"
Permaisuri Chen membentak, "Berlutut!"
Roh pedang: "Tidak mau!"
Sheng Lingyuan tidak mengeluarkan suara sedikit pun, mengangkat ujung pakaiannya, dan berlutut tegak di lantai yang dingin dan keras.
Permaisuri Chen menatapnya, perlahan-lahan mendesak bertanya, "Bermain catur liubo, siapa yang punya ide?"
"Pangeran Ning!" Roh pedang berteriak sekuat tenaga, seolah-olah dengan begitu ia bisa menembus tubuh kecil Sheng Lingyuan dan membuat semua orang mendengar.
Sheng Lingyuan berkata dengan tenang, "Itu ide ananda."
"Pangeran Ning! Pangeran Ning!" Roh pedang melihat Sheng Lingyuan mengabaikannya, berteriak dengan nada menangis, "Memang Pangeran Ning!"
Xuan Ji kurang lebih mengerti apa yang terjadi, merasa sedikit aneh dalam hatinya, selalu merasa sikap yang terlalu patuh ini tidak seperti karakter iblis tua itu... bahkan versi mudanya pun seharusnya tidak seperti ini.
Terdengar Permaisuri Chen berkata "oh" dengan nada penuh arti, "Bukankah itu hasutan dari roh pedangmu?"
Roh pedang kecil yang menangis tersendat, Sheng Lingyuan kecil tersentak, tiba-tiba mengangkat kepalanya menatap Permaisuri Chen.
Xuan Ji yang bersembunyi di mata anak laki-laki itu bertemu pandangan Permaisuri Chen, tanpa sadar mengerutkan kening—ia tidak tahu apakah Sheng Lingyuan kecil bisa merasakannya, tetapi sebagai orang dewasa, Xuan Ji merasa tatapan Permaisuri Chen sangat aneh.
Itu jelas bukan tatapan ibu yang tegas namun kecewa melihat anaknya yang tidak berguna... bahkan tidak seperti tatapan ibu tiri melihat anak tiri.
Di dalam tatapannya tersimpan kebencian, dan kejahatan yang tak terkatakan, terutama ketika menyebut roh pedang. Tatapannya pada Sheng Lingyuan seperti ular berbisa yang mengunci mangsanya.
"Ibu..."
"Roh pedangmu itu, memang hanyalah setengah jadi, lagi pula hasil pemurnian makhluk iblis, sulit dijinakkan," ular berbisa itu mendesis, "Sudah aku katakan pada Dan Li sejak lama, seharusnya pedang iblis itu disegel. Kapan kau bisa mencabut pedangnya, baru tidak terlambat untuk melepaskannya."
"Ibu," kepalan tangan Sheng Lingyuan yang tersembunyi di balik lengan bajunya diam-diam mengepal, namun ia berusaha keras untuk bersikap biasa saja, "Ananda merasa roh pedang bodoh, ingin bermain liubo tidak punya teman, baru mencari kakak sulung, ini tidak ada hubungannya dengannya, ananda bersedia menerima..."
Sebuah tangan dingin dengan lembut diletakkan di rambutnya, seluruh tubuh Sheng Lingyuan menegang.
Jari itu perlahan meraba dahinya ke bawah, jatuh di antara alisnya. Kuku runcing wanita itu tampak kebiruan, menekan dahi lembut anak itu, seolah ingin memaksa roh pedang kecil yang bersembunyi di lautan kesadarannya keluar.
Roh pedang yang dimanjakan oleh Sheng Lingyuan sangat marah, berteriak, "Segel, biarkan dia punya kemampuan untuk menyegel kakek! Nenek sihir tua ini!"
Dalam kepanikannya, Sheng Lingyuan kecil secara naluriah meraih tangan Permaisuri Chen, tetapi terdengar bunyi retak, jarinya dipukul penggaris, "Ibu!"
Permaisuri Chen menggunakan penggaris untuk mengangkat dagunya, menatapnya dari atas sejenak, "Kemarilah—"
Beberapa ahli sihir berpakaian hitam yang tampak seperti pengawal entah dari mana muncul, tanpa mengucapkan sepatah kata pun menarik Sheng Lingyuan, sebuah jimat spiritual langsung menembus lautan kesadaran anak laki-laki itu. Pandangan Xuan Ji menjadi gelap. Kemudian, ia tiba-tiba memiliki ilusi dirinya memiliki tubuh fisik, tubuh itu dengan kasar diremas menjadi bola dan dimasukkan ke dalam kotak kecil yang tertutup rapat. Semua indranya seketika terenggut, ia tidak bisa bergerak sama sekali.
Hati Xuan Ji mencelos—ini bahkan lebih mengerikan daripada siksaan "deprivasi sensorik" pada Perang Dunia II, lagipula deprivasi sensorik pada manusia nyata tidak bisa sesempurna ini.
Dan ini adalah penyegelan kesadaran spiritual secara langsung, sementara roh pedang masihlah anak kecil yang belum dewasa.
Benar saja, roh pedang awalnya mengumpat keras, tetapi tidak lama kemudian ia tidak mampu lagi mengumpat. Kengerian dalam keheningan dengan cepat menelannya. Xuan Ji awalnya mendengar ia menangis dan meminta tolong, lalu perlahan mulai berbicara omong kosong. Ingatan ini mulai kabur, kegelapan dipenuhi halusinasi, setelah itu gambar dan suara kacau balau memenuhi sekeliling secara terputus-putus. Bahkan Xuan Ji sebagai orang luar mulai kehilangan rasa waktu, sulit membedakan apakah gambar-gambar itu halusinasi atau apa.
Ketika roh pedang kembali memiliki kemampuan kognitif, memungkinkan Xuan Ji untuk "membaca" ingatan ini, tampaknya sudah setengah tahun kemudian—melalui sudut pandang Sheng Lingyuan, Xuan Ji memperkirakan pangeran kecil itu telah tumbuh lebih tinggi lebih dari satu inci.
Xuan Ji dengan cepat mengumpulkan informasi-informasi kecil di sekitarnya dan segera mengetahui bahwa roh pedang sebenarnya hanya dikurung selama tiga hari, lalu dibebaskan oleh Dan Li yang kembali. Dan Li biasanya tampak seperti patung dewa duniawi yang tidak suka maupun tidak sedih. Untuk pertama kalinya ia sangat marah, bahkan membawa sekelompok ahli spiritual tingkat tinggi dengan pedang memaksa masuk ke istana.
Dua kelompok orang saling berhadapan di luar. Dan Li dan Permaisuri Chen berbicara secara rahasia selama dua jam. Tidak diketahui perjanjian apa yang mereka capai. Pada akhirnya, pangeran muda dibawa pergi oleh Dan Li, berpisah jalan dengan Permaisuri Chen, masing-masing mengumpulkan kembali pasukan lama umat manusia.
Setelah roh pedang yang disegel selama tiga hari itu keluar, ia tidak berbicara dan tidak bergerak, benar-benar "bisu" selama hampir setengah tahun, seolah-olah sudah mati. Selama setengah tahun itu, Sheng Lingyuan tidak tidur semalam pun, setiap malam ia mati-matian melatih kesadaran spiritualnya, menghangatkan roh pedang yang tidak lagi menjawabnya.
Ketika roh pedang akhirnya "bangun" dan dengan lembut memanggil namanya "Lingyuan", Sheng Lingyuan sedang berada di atas kuda dan tidak sempat menjawab pada saat pertama. Mendengar suara lemah itu, Sheng Lingyuan kecil tertegun beberapa detik dengan tidak percaya. Setelah mendengar panggilan kedua roh pedang "Lingyuan", ia jatuh pingsan dari kuda. Ia terlalu tegang hingga hampir patah.
Pelajaran ini mengajarkan Sheng Lingyuan untuk tidak menunjukkan kegembiraan atau kemarahan, dan tidak membiarkan emosi terlihat di wajahnya. Sejak saat itu, kecuali roh pedang yang terhubung dengan pikirannya, ia tidak pernah lagi menunjukkan suka atau tidak sukanya—hingga ia memegang kekuasaan penuh dan mengendalikan segalanya.
Barulah terbentuk prototipe iblis tua yang dikenal Xuan Ji.
Xuan Ji mengikuti mereka, menyaksikan ingatan ini dari awal hingga akhir, dadanya terasa sesak seperti tersumbat kapas, sulit bernapas. Ia tidak tahu bagaimana melampiaskannya, juga tidak tahu kepada siapa ia harus membenci dan merasa tidak adil. Dengan bingung ia melewati ingatan yang kacau balau, ia tidak tahu ke mana harus melihat.
Ia ingin sekali melihat lagi kaisar muda yang tidak tertulis dalam sejarah itu, tetapi ia tidak tega.
Emosi roh Pedang Iblis Surgawi tampaknya sangat mengganggunya. Jika Sheng Lingyuan muncul di hadapannya saat ini, Xuan Ji merasa ia bisa dengan kecepatan cahaya melupakan pertengkaran dan kewaspadaan sebelumnya, dan langsung memeluk orang itu.
Dengan gelisah ia menjambak rambutnya sendiri, sebuah pertanyaan muncul di antara pikiran-pikirannya yang kacau—ada apa dengan Permaisuri Chen ini?
Sheng Lingyuan tampak bukan seperti putra kandungnya, melainkan seperti musuh yang membunuh seluruh keluarganya.
Dan jika ia begitu membenci, mengapa ia bersama Dan Li mengangkatnya menjadi kaisar?
Virus langka jenis apa yang menyebabkan penyakit jiwa ini?
Begitu pikiran itu muncul, Xuan Ji merasakan kakinya kosong. Cahaya dan bayangan di depannya berubah, dan dalam sekejap ia berada di adegan lain.
Udara dingin menerpa wajahnya. Xuan Ji tersentak dan mengenali kompleks bangunan kuno yang megah di depannya sebagai Istana Duling.
Kemudian, ia melihat Sheng Lingyuan dewasa memimpin sekelompok pengawal bersenjata lengkap, berjalan maju dengan langkah besar. Xuan Ji, yang baru pertama kali melihat versi dewasa orang itu, belum terbiasa dan seperti roh di belakangnya, tanpa sadar terseret oleh Yang Mulia.
Istana Duling dibangun setelah mengalahkan Raja Iblis dan umat manusia bersatu. Saat itu, Pedang Iblis Surgawi sudah patah, tetapi roh pedang entah kenapa tidak mati. Tampaknya dalam keadaan "hantu" yang tidak bisa dilihat siapa pun, ia selalu mengikuti Kaisar Manusia. Agak mirip dengan keadaan Zhichun... tetapi Zhichun memiliki banyak tubuh senjata karena kebetulan. Apakah Pedang Iblis Surgawi yang "lahir" dalam situasi yang begitu istimewa juga bisa memiliki banyak tubuh senjata?
Xuan Ji belum sempat merapikan pikirannya, ia sudah tanpa menginjak tanah ditarik oleh Sheng Lingyuan ke dalam sebuah istana.
Jubah Yang Mulia berkibar-kibar, aura kejamnya hampir meluap. Ke mana pun ia lewat, tidak ada yang berani mendongak menatap wajah suci. Sedikit pun tidak ada jejak anak kecil malang di masa lalu.
Xuan Ji hanya sempat melirik papan nama istana dengan cepat, terlihat tiga karakter besar tertulis di atasnya "Istana Changming."
Changming... tempat apa ini?
Belum sempat ia mencari-cari informasi dari pengetahuan sejarahnya yang terbatas, seorang wanita tua tergopoh-gopoh merangkak ke kaki Sheng Lingyuan, kedua tangannya terulur, seolah berusaha menghalangi, "Yang Mulia, mohon berhenti. Janda Permaisuri sedang berganti pakaian, tidak pantas untuk bertemu..."
"Minggir." Sheng Lingyuan tanpa menoleh mengibaskan lengan bajunya. Wanita tua itu terlempar beberapa langkah jauhnya dan menabrak pilar aula.
Kabut hitam mengepul dari bawah kaki Sheng Lingyuan. Batu bata aula berbunyi "krak" saat ia menginjaknya. Tanpa menoleh, ia memberi isyarat kepada para pengawal di belakangnya, "Cari."
Wanita tua yang jatuh ke tanah itu bersujud dan berteriak keras, "Ini adalah kamar tidur Janda Permaisuri, bagaimana mungkin kalian bertindak begitu semena-mena! Yang Mulia, apakah kau ingin membunuh keluarga sendiri?!"
Benar!
Xuan Ji teringat, "Istana Changming" adalah tempat Permaisuri Chen dikurung setelah kehilangan kekuasaan!
Xuan Ji tiba-tiba membelalakkan matanya, menyadari bahwa ia mungkin akan segera melihat kebenaran "Pembantaian Keluarga Kerajaan oleh Kaisar Wu" yang telah diperdebatkan para sejarawan selama ribuan tahun.
Xuan Ji tidak tahu apa yang dicari Sheng Lingyuan, tetapi jelas bahwa saat ini hubungan ibu dan anak itu seharusnya sudah hancur. Perlakuan terhadap Permaisuri Chen tidak jauh lebih baik daripada tahanan. Atas perintah Sheng Lingyuan, para pengawalnya menggeledah kamar tidur Janda Permaisuri tanpa berkedip.
"Yang Mulia, paviliun samping kosong."
"Yang Mulia, kamar tidur utama kosong."
"Ruang belajar juga kosong."
Wajah Sheng Lingyuan gelap seperti air, pandangannya menyapu aula sejenak, lalu jatuh pada ubin lantai, dan ia mengucapkan dua kata, "Pergi ke Istana Es."
Para pengawal tertegun. Suara wanita tua yang kepalanya berdarah itu seketika berubah nada, "Sheng Xiao, kau berani!"
Sheng Lingyuan meliriknya, sudut bibirnya tiba-tiba menyunggingkan senyum dingin, "Apa yang tidak berani Yang Mulia ini lakukan?"
Wanita tua itu berteriak sekuat tenaga, "Kau binatang macam apa? Mungkinkah kau benar-benar Iblis yang turun ke dunia, tidak punya hati nurani?! Sheng Xiao! Di Istana Es tersimpan..."
"Yang Mulia ini bilang cari," Sheng Lingyuan tidak repot-repot melihatnya lagi, memimpin berjalan menuju Istana Es, "Berisik sekali, suruh dia diam."
Xuan Ji belum sempat bereaksi apa maksudnya, ia melihat seorang pengawal bersenjata maju selangkah, membekap mulut wanita tua itu, dan dengan cepat menggorok lehernya.
Pembunuh itu begitu cekatan hingga membuat Xuan Ji tercengang. Anak laki-laki yang baru saja membuatnya merasa iba hingga gelisah dalam sekejap berubah menjadi iblis, dengan enteng membuka tirai berdarah di Istana Changming—Istana Es dingin menusuk tulang, para pengawal di Istana Changming mendengar keributan dan semua berkumpul di sini, membentuk tembok manusia. Satu kalimat Sheng Lingyuan "Siapa pun yang menghalangi akan mati," mengubah kamar tidur Janda Permaisuri yang sunyi menjadi medan pembantaian.
Xuan Ji menggigil hebat, pandangan dunianya hancur berantakan.
Kemudian, ia melihat dengan jelas tata letak Istana Es. Tampak di dalamnya ditata seperti ruang duka, di tengah-tengah terbaring sebuah peti mati, di atasnya tergantung papan arwah—Sheng Wei, Pangeran Ning.
Xuan Ji: "..."
Apa-apaan ini? Permaisuri Chen menyimpan peti mati putra sulungnya di ruang bawah tanah istananya!
Pandangan dunianya yang baru saja hancur berantakan belum sempat diperbaiki, tangannya gemetar dan menjatuhkannya lagi.
Di Istana Duling yang begitu luas, adakah orang normal dengan kondisi mental yang sehat?
Seorang wanita tua berpakaian mewah membungkuk, berdiri di depan peti mati. Mendengar suara, ia perlahan berbalik, "Sheng Xiao, apa yang kau lakukan?"
Xuan Ji sekilas tidak mengenalinya. Baru saja ia merasa wajah kuda itu agak familiar, ia mendengar Sheng Lingyuan tersenyum, "Mohon Ibu Suri tenang."
Ini ternyata Permaisuri Chen!
Permaisuri Chen saat ini tampak seperti sudah dikeringkan oleh dunia fana ini, menjadi spesimen yang bisa berbicara dan bergerak, kehilangan wujud manusia. Hanya kebencian kejam di matanya yang abadi.
Sheng Lingyuan mengulurkan tangan padanya, "Yang Mulia ini mendengar Ibu Suri membawa anak itu ke Istana Changming? Anak kecil berisik, ananda khawatir mengganggu ketenangan Ibu Suri, jadi segera datang menjemput—di mana anak itu?"
Permaisuri Chen tampaknya terlalu lama berada di ruang bawah tanah, wajahnya membeku, menunjukkan senyum dingin yang kaku dan kebiruan, "Benih terkutuk itu? Sudah mati."
"Yang Mulia," seorang pengawal berlari mendekat dan berbisik, "Istana Es kosong."
Sheng Lingyuan bahkan tidak mengangkat kelopak matanya, "Cari lagi—Aku meneteskan setetes darah jantung pada anak itu, tidak mudah untuk memindahkannya."
"Yang Mulia, Ibu Suri..."
Saat itu, Xuan Ji tiba-tiba menangkap sedikit aura familiar. Belum sempat ia mencermatinya, ekspresi Sheng Lingyuan berubah, ia maju selangkah dan tiba di samping peti mati itu.
Permaisuri Chen membentak, "Sheng Xiao, apa yang ingin kau lakukan? Ini adalah tubuh suci kakak sulungmu! Berani kau tidak menghormati orang mati!"
"Sebenarnya siapa yang tidak menghormati orang mati? Kau di depan peti matinya mencelakai darah dagingnya," Sheng Lingyuan tersenyum tanpa berkurang, "Jika ia tahu di alam baka, menurutmu siapa yang ingin ia cekik sampai mati?"
Setelah selesai berbicara, para pengawal di sisinya langsung menangkap Janda Permaisuri. Sheng Lingyuan tanpa ragu-ragu, benar-benar mengulurkan tangan dan "mengundang" mayat Pangeran Ning keluar. Terlihat di bawah bantal mayat ada mekanisme kecil. Setelah diputar, peti mati terbuka dari tengah, memperlihatkan lorong rahasia di bawahnya. Udara panas langsung menyembur keluar, bercampur dengan tangisan anak kecil yang menyedihkan.
Sheng Lingyuan pertama mundur selangkah, lalu langsung menerobos masuk.
Kabut hitam melilitnya seperti baju zirah, dilalap lidah api lalu tumbuh kembali. Warna api itu hampir putih, dan di tengahnya terpanggang seorang bayi.
Tubuh bayi itu terbungkus lapisan pelindung, yang hampir dijilat habis oleh lidah api. Sheng Lingyuan langsung menggendongnya. Ruangan rahasia itu mengamplifikasi jeritan Permaisuri Chen berkali-kali lipat, "Benih terkutuk! Dia sama terkutuknya denganmu! Kalian semua yang mencemari garis keturunan manusia, jika tidak musnah, api Chiyuan tidak akan pernah padam!"
Xuan Ji hanya merasa otaknya hampir kelebihan muatan oleh informasi dalam kalimat itu—apa maksudnya memaki putranya sendiri "mencemari garis keturunan manusia"?
Apakah dia berselingkuh dari Kaisar Ping?
Siapa bayi kecil yang dipanggang di atas api ini?
"Manusia," Sheng Lingyuan tertawa rendah. Lidah api mengambil kesempatan untuk menerkamnya, langsung menghamburkan kabut hitam di sekelilingnya.
Xuan Ji menonton dengan cemas, tanpa sadar berseru, "Hati-hati!"
Sheng Lingyuan mengangkat lengan bajunya, melindungi bayi di pelukannya dengan lengannya. Api membara meninggalkan luka bakar yang mengerikan di punggung tangannya. Tanpa melihat luka itu, ia dengan kasar membuka tutup peti mati. Percikan api menyembur keluar dari lorong rahasia bersamanya, membakar mayat di dalam peti mati.
Permaisuri Chen mengeluarkan jeritan serak yang mengerikan, berusaha menerkam, tetapi ditahan oleh beberapa pengawal bersamaan.
Sheng Lingyuan menepis percikan api dari tubuhnya, menunduk menatap mayat yang terbakar bersama peti mati, "Berani bertanya pada Ibu Suri, di mana letak kemuliaan bangsa manusia?"
Xuan Ji tertegun, tanpa sadar melihat para pengawal yang dibawa Sheng Lingyuan. Entah seberapa setia para pengawal ini, mendengar kata-kata yang begitu menghujat, mereka semua tampak tidak terpengaruh.
Tunggu... tidak benar.
Xuan Ji tanpa sadar melihat lebih saksama, dan tiba-tiba menyadari bahwa para pengawal ini kurang lebih memiliki garis keturunan non-manusia.
"Setelah selesai terbakar, kumpulkan abu Pangeran Ning, kuburkan dengan layak, tidak boleh tidak hormat." Tangisan bayi bergema di ruang duka yang aneh. Sheng Lingyuan memeriksa bayi kecil itu dari ujung kepala hingga ujung kaki, melihat tidak ada luka yang berarti, lalu menggendongnya dengan satu tangan, membiarkan bayi itu menangis meraung-raung tanpa menghiburnya, dan berpesan kepada para pengawal, "Ia hidup tanpa martabat dan kebebasan, jangan biarkan ia mati pun tidak tenang."
Permaisuri Chen tanpa berpikir panjang berkata, "Dia anakku! Dia milikku!"
"Dia kau lahirkan," Sheng Lingyuan melirik Permaisuri Chen dari atas, "bukan milikmu."
"Sheng Xiao! Kau..."
Istana Es gelap dan dingin sepanjang tahun, sangat menyeramkan. Peti mati yang terbakar menguapkan air, uap itu samar-samar jatuh di wajah Kaisar, mewarnai wajahnya menjadi pucat seperti orang mati. Senyumnya mengandung kekejaman yang aneh, "Ibu Suri, apakah kau benar-benar menganggap Pangeran Ning... hanya seorang putra?"
Permaisuri Chen menatapnya tajam, "Apa maksudmu?"
"Tidak ada maksud apa-apa. Saat ia hidup, kau memanggilnya beberapa kali sehari, tidak bertemu sehari saja kau sangat marah. Sekarang ia tiada, kau menyuruh orang mencuri peti matinya dan meletakkannya di ruang bawah tanah istanamu. Kenapa, tidak rela ia dimakamkan bersama iparku?"
"Iparmu masih hidup sehat, hanya... terperdaya oleh sisa-sisa kaum penyihir..."
"Ipar? Maksudmu yang di kediaman Pangeran Ning? Aku sampai lupa, maaf, Ibu Suri, mohon jangan salahkan aku, aku selalu tidak bisa mengingatnya. Kadang-kadang melihatnya samar-samar, aku bahkan mengira dia adalah boneka kayu yang kau ukir menyerupai dirimu sendiri." Tatapan Sheng Lingyuan padanya sama seperti tatapan wanita kejam bertahun-tahun lalu pada anak laki-laki tak berdaya. Peran keduanya tiba-tiba terbalik.
Ia merendahkan suaranya, mengucapkan setiap kata dengan jelas, "Aku juga dengar, kakakku dan mendiang Kaisar seperti pinang dibelah dua. Kau menyembunyikan peti mati di sini, ini namanya apa? Hidup tidak bisa bersama, mati harus satu liang lahat?"
Permaisuri Chen terdiam sejenak, baru menyadari omong kosong apa yang dikatakannya. Tatapan malu dan tidak percaya tertuju padanya, "Apa katamu? Kau makhluk hina, kau..."
Sheng Lingyuan menyunggingkan sudut bibirnya, lalu tertawa rendah dengan gugup.
Ia berjalan sambil tertawa, tidak bisa berhenti, seolah-olah baru saja menonton komedi duniawi yang menarik.
Tawa itu membuat Xuan Ji yang beberapa langkah jauhnya merasa merinding.
"Tentu saja bangsa manusia mulia," Permaisuri Chen tidak bisa menegakkan punggungnya, namun dalam posisi terhina seperti itu, ekspresinya masih bisa sangat angkuh, "Kami adalah satu-satunya ras di dunia ini yang bisa tumbuh dan berkembang secara alami tanpa bergantung pada apa pun. Para iblis harus bergantung pada garis keturunan bawaan, harus bergantung pada harta karun alam untuk berkultivasi. Para pengecut dari kaum penyihir bersembunyi di bawah perlindungan pegunungan. Hanya bangsa manusia, gunung, sungai, matahari, bulan, dan semua makhluk hidup, semuanya tidak bisa masuk ke tujuh lubang tubuh. Tetapi bangsa manusia kami memiliki ahli kultivasi yang menentang langit, memiliki rune yang memanfaatkan keadaan, bahkan para petani desa yang membajak dan menanam, juga hidup dengan tangan mereka sendiri! Sekarang aura spiritual di benua ini menipis, ras-ras rendahan yang bergantung padanya untuk hidup memang seharusnya musnah. Bangsa manusia adalah pilihan para dewa langit dan bumi. Bukan kami yang menginginkan aura iblis Chiyuan, dan peperangan di Jiuzhou juga bukan bangsa kami yang memicu!"
Permaisuri Chen, sebagai mantan politikus wanita, meskipun di usia senjanya tampak gila, dasar-dasar pidato dadakannya tidak hilang. Mendengar bagian awal, Xuan Ji hampir terbawa olehnya, hampir mengangguk setuju, hingga kalimat terakhir, ia baru merasa wanita itu mengarang cerita—peperangan di Jiuzhou dipicu oleh Kaisar Ping, semua orang tahu itu, bangsa manusia sendiri pun mengakuinya, kalau tidak, bagaimana mungkin ia mendapatkan gelar anumerta yang begitu sial setelah kematiannya?
Meskipun bukan gelar kaisar lalim terkenal seperti "You" (幽) atau "Li" (厉), tetapi mengingat yang naik takhta adalah putranya, dan dalam konteks "anak tidak membicarakan kesalahan ayahnya", memasukkan kata "Ping" (平 - datar, biasa) yang ambigu dalam gelar anumertanya pada dasarnya berarti "kau tahu maksudnya".
"Ibumu yang hina itu, bukannya menjadi putri ras iblis, malah menyusup ke istana mendiang Kaisar, mengacaukan pemerintahan, menipu dan memikat penguasa, memprovokasi konflik antar dua ras, dengan begitu, para iblis itu bisa dengan sah melintasi Chiyuan!" Suara Permaisuri Chen hampir memecahkan es di dalam aula, "Lepaskan aku! Kalian semua anak haram! Tahu kenapa dia ingin melindungi kalian? Karena dia sendiri juga anak haram!"
Sheng Lingyuan melambai kepada seorang pengawal, menyerahkan bayi kecil di pelukannya kepadanya, dan berkata dengan jijik, "Jangan biarkan dia menangis lagi, ini tidak ada habisnya."
Setelah selesai berbicara, ia berjalan ke depan Permaisuri Chen, melambaikan tangan kepada beberapa pengawal di sampingnya, memberi isyarat agar mereka mundur. Kemudian ia berlutut setengah, membantu wanita yang terbaring tersungkur dengan menyedihkan itu berdiri, dan bertanya dengan lembut, "Bukankah ibu kandungku adalah Ibu Suri?"
"Kau pantas mendapatkannya!" Permaisuri Chen meludahinya. Sheng Lingyuan memiringkan kepalanya untuk menghindar, ekspresinya menjadi dingin.
Permaisuri Chen menatapnya tajam, seolah ingin mencungkil dagingnya dengan tatapannya, "Kau adalah benih terkutuk yang dimasukkan ke dalam perutku oleh iblis betina itu dengan sihir iblis! Sejak kau lahir aku sudah tahu, kau persis sama dengan iblis betina itu!"
Xuan Ji: "..."
Ada juga operasi seperti ini!