Bab 1: Tanda-Tanda Kehancuran

Langit tampak muram. Awan hitam tebal menyelimuti atmosfer, menandakan bencana yang segera tiba. Gemuruh guntur terdengar di kejauhan, menggetarkan tanah yang mulai retak-retak. Lautan semakin ganas, menelan daratan sedikit demi sedikit. Udara dipenuhi bau terbakar, membuat siapa saja yang menghirupnya merasa sesak.

Di tengah kekacauan itu, Arya berdiri di atap gedung tinggi, memandang cakrawala yang dipenuhi warna merah menyala. Matahari, yang seharusnya memberi kehidupan, kini berubah menjadi bola api raksasa yang mengancam kelangsungan umat manusia.

"Arya!" suara tegas Nadia, adik perempuannya, memecah lamunannya. "Ayah bilang kita harus segera pergi. Galaxy Ark sudah siap."

Arya mengangguk pelan, namun matanya masih terpaku pada pemandangan mengerikan di hadapannya. Ia tahu, ini adalah terakhir kalinya ia melihat Bumi yang telah menjadi rumahnya sejak lahir. Rumah yang kini berada di ambang kehancuran.

"Mari kita pergi," gumam Arya dengan suara berat, mencoba menyembunyikan kegelisahan yang merayap di hatinya.

Mereka bergegas turun dan bertemu dengan Dika dan Raka, dua sahabat Arya yang sudah menunggu di kendaraan lapis baja. Mereka adalah tim yang tak terpisahkan, sahabat sejak kecil yang kini menjadi bagian penting dari misi penyelamatan umat manusia.

"Berita terbaru menyebutkan gempa besar akan menghantam dalam beberapa jam ke depan. Kita harus sampai ke Galaxy Ark sebelum itu terjadi," ucap Dika sambil mengemudikan kendaraan dengan kecepatan penuh.

Arya hanya bisa diam, pikirannya terpecah antara rasa takut dan tanggung jawab besar yang harus ia emban. Galaxy Ark bukan sekadar kapal luar angkasa. Itu adalah harapan terakhir bagi manusia untuk menemukan tempat tinggal baru. Tempat di mana kehidupan bisa dimulai kembali.

Mereka tiba di pusat peluncuran yang dijaga ketat oleh militer. Di sana berdiri Galaxy Ark, kapal luar angkasa raksasa yang bersinar megah di bawah kilatan petir yang menyambar langit. Bentuknya futuristik dengan sayap lebar dan mesin bertenaga nuklir yang mampu menjelajah galaksi jauh.

"Aku tak percaya kita benar-benar akan meninggalkan Bumi," ujar Nadia dengan suara bergetar.

"Aku juga... tapi kita tidak punya pilihan lain," jawab Arya, mencoba menguatkan adiknya. "Kita harus bertahan hidup. Untuk itu, kita harus berani pergi."

Namun, saat mereka bersiap naik ke kapal, alarm darurat tiba-tiba berbunyi keras. Di layar monitor raksasa, muncul peringatan: "Anomali Gravitasi Terdeteksi! Lubang Hitam Mendekat!"

Mata Arya membelalak. Itu bukan sekadar peringatan biasa. Lubang hitam adalah ancaman yang bisa menyedot seluruh planet ke dalam kegelapan abadi.

"Cepat! Semua orang masuk ke Galaxy Ark sekarang!" teriak Komandan Harris, pemimpin operasi evakuasi.

Namun sebelum mereka sempat bergerak, tanah di sekitar mereka mulai retak. Gempa besar mengguncang area peluncuran, meruntuhkan bangunan di sekitarnya. Kepingan beton beterbangan di udara, menambah kekacauan yang sudah mencekam.

Nadia tersandung dan hampir jatuh ke dalam celah yang menganga lebar. "A-Arya! Tolong!" jeritnya ketakutan.

Tanpa berpikir panjang, Arya melompat dan meraih tangan adiknya dengan sekuat tenaga. "Aku tidak akan membiarkanmu jatuh! Bertahanlah, Nadia!"

Namun celah itu semakin melebar, menarik mereka berdua ke dalam kegelapan. Galaxy Ark hanya beberapa meter di depan mata mereka, namun terasa begitu jauh. Waktu seolah melambat saat Arya berjuang keras menyelamatkan adiknya.

Apakah mereka akan berhasil mencapai Galaxy Ark sebelum semuanya terlambat? Ataukah takdir Bumi akan menelan mereka dalam kehancuran abadi?

Bersambung...

Vote dan dukung terus ceritanya ya, guys! Supaya mimin cepat update kelanjutan kisah epik ini!