"Ahk bang sakit, slow down jangan kasar dong, rambut ku sakit" Ekohafiz tak begitu peduli dengan protes wanita sewaan itu, dia merobek gaun seksi merah yang perempuan itu pakai, hingga bra hitam dan dalaman yang membungkus tubuh itu jadi terlihat jelas.
"Ahk sakit...." Ekohafiz menjambak rambut panjang itu hingga dia mendongak dari belakang, hingga dia bisa meremasi kedua bukit kembar itu dengan kasar memilin kedua puncak nya itu hingga merah dan lecet karena tangan Ekohafiz terus bekerja, lalu melanjutkan melepas semua kain di tubuh wanita itu yang meringis menahan sakit di rambut nya ketika tubuh nya sudah tak memakai apapun masih juga di perlakukan kasar.
"Aku bayar 10 juta buat kamu, sekarang puaskan aku dulu dengan tubuh seksi bohay ini" Ujar Ekohafiz pelan dan membuat wanita itu meremang.
"Ah~ iya bang, aku mau, don't worry" mendengar nominal uang yang besar itu wanita itu tersenyum lalu mencium bibir Ekohafiz dengan menggebu, dan akan melepas kemeja yang lelaki itu pakai.
"Jangan di lepas pakaian ku, jangan cium bibir ku, paham?!" Ketus Ekohafiz karena dia paling anti sembarangan telanjang di depan cewek asing, dan berciuman sembarangan, dia membalik tubuh wanita itu untuk membelakangi dan memukul keras paha putih itu sampai wanita yang dia sewa memekik kesakitan.
"Ahh, sakit! Bang pelan dong!"
"Diam gak usah protes! aku ingin main dengan puas" Bisik Ekohafiz kejam dan dingin.
"Iya bang....."
"Servis aku dengan baik dan jangan sok menolak" wanita jalang itu mengangguk patuh, bibir Ekohafiz menyeringai mengejek.
"Perempuan penghibur tetap saja mata duitan, dasar cewek murahan, jika lihat uang pasti apa saja mau dia lakukan?" Ujar Ekohafiz mengejek pelan dan mulai membebaskan kejantanan nya lalu memasang pengaman agar dia tak kena sakit kelamin karena main seks sembarangan.
Ekohafiz memukul keras lagi paha mulus perempuan itu hingga dia menjerit kesakitan, lalu menarik salah satu kaki mulus itu ke atas yang masih memakai high heels merah hingga posisi nya menungging membelakangi, dengan salah satu kaki nya naik di atas sofa, dia mendesah keenakan ketika benda panjang dan besar itu masuk dari belakang ke dalam milik nya.
"Ah~~ enak.....bangg eeerrgh." Desah wanita itu mulai menggoyangkan seksi pinggul nya.
"Damn it sialan!" Ekohafiz meringis ketika mulai mendorongkan penis nya dari belakang, makin cepat dan kasar gerakan nya, membuat wanita itu menjerit nikmat karena kejantanan besar nya.
Ekohafiz melakukan seks tadi dengan kasar sampai wanita itu menjerit protes ketika tubuh nya di pukul dan di sakiti hingga memar-memar di pantat, paha dan juga pinggang nya, meskipun dia juga mendesah keenakan, karena milik lelaki yang besar dan tegak itu menusuk dengan dalam miliknya.
"Ahh~ aku sampai bang~ aaaahh" Tubuh seksi wanita itu meliuk keras, Ekohafiz masih terus mendorong kejantanan nya lebih cepat, beberapa menit lagi dia akan sampai juga, dia memukul keras lagi paha putih itu beberapa kali yang sudah memar dan merah karena ulah tangan nya.
"Uhuk~ ahh bang aduh jangan di pukul, lepaskan, argh sakit!" Jerit wanita penghibur itu panik ketika tangan pelanggan nya juga mencekik leher nya dan terus mendorong dengan keras tanpa belas kasihan.
*
*
Setelah melempar wanita penghibur itu keluar dari kamar dan memberikan uang yang dia janjikan tadi Ekohafiz sekarang sendirian di kamar room ini, dia duduk di sofa menatap TV yang menyala namun fokus pikiran nya malah kemana-mana.
"Tuan muda soal masalah non Veynara sudah beres, kontrak perjanjian sudah dia teken tadi dan surat itu aman di dalam brankas kantor pak Adrian" Ekohafiz tersenyum puas setelah membaca pesan dari Daniel, pengawal nya ini memang jika bekerja tak pernah mengecewakan.
"Besok pagi saja aku kesana, setelah mencancel semua jadwal kerjaan ku, suruh sekarang dia istirahat dan minum obat dari dokter Dinda tadi, jangan lupa kamu belikan semua kebutuhan nya, minta Harris saja yang menyiapkan semua.....dia sudah paham kok"
"Baik tuan muda, beres itu" Balas Daniel dan Ekohafiz memijit dahi nya, seperti nya dia agak mabuk, Harris sekretaris nya terpaksa dia beritahu semua ini besok pagi jika Daniel meminta semua barang tetek bengek untuk kebutuhan Veynara nanti nya.
"Cih tadi siang sok menolak sampai menghina ku segala sekarang menyerah juga dia?" Ekohafiz bergumam kesal teringat wajah cantik gadis itu yang dia perkirakan umur nya masih muda, dia menggeleng kesal ketika ingat lagi sudah di tolak tadi.
"Selama ini nggak ada perempuan yang bisa menolak ku? Hanya kamu yang berani?" Ekohafiz menatap foto yang di kirim oleh Daniel tadi melaporkan jika gadis itu sedang makan malam di temani bibik, meski gadis itu tak dandan sama sekali dan hanya memakai gaun piyama entah kenapa dia sungguh terlihat cantik, Ekohafiz sampai geleng-geleng kesal dengan fantasi mesum nya saat melihat bibir merah itu yang tengah tersenyum menikmati makan malam.
"Mas elo suruh penghulu nya besok pagi berangkat ke vila gue, masalah tadi sudah beres" Ekohafiz mengirim pesan pada Dimas di aplikasi chat.
"Serius loh Fiz?"
"Yoi....."
"Oke deh, besok aku minta ustad Arifin berangkat ke puncak, suruh bang Denny jemput dia ya"
"Yoi makasih..."
Tanpa sadar lelaki itu tersenyum memasukkan ponsel nya dalam saku celana nya lagi, malam ini Ekohafiz berpikir akan balik di puncak saja daripada tidur sendirian di klub malam ini.
"Gue balik dulu, makasih bro..."
"Lho kok buru-buru Fiz? Memang nya servis si Dela kurang memuaskan ya?" Emir yang baru mengembalikan kartu black card teman nya heran namun Ekohafiz hanya menggeleng. "Aku ada urusan lebih penting, yok bro gue balik, kapan-kapan gue kesini lagi" Lelaki ganteng itu hanya melambai dan berjalan keluar di tengah keramaian club malam yang makin ramai malam ini.
*
*
Ekohafiz sampai di vila hampir jam dua malam, tentu saja pintu depan vila di bukakan bik Sumi meskipun tuan muda nya sampai di sini selarut ini. "Dimana perempuan itu?" Tanya Ekohafiz yang sudah tahu nama perempuan itu tapi malas menyebut namanya
"Non Vey sudah tidur di kamar nya, apa tuan muda butuh sesuatu?"
"Nggak bik makasih, aku ke kamar saja langsung, sampai besok pagi....."
"Silahkan tuan muda...." wanita tua itu mengangguk membiarkan Ekohafiz naik ke lantai dua menuju kamar nya, dia ke dapur berinisiatif membuatkan minuman susu hangat untuk majikannya.
*
*
"Bik, tolong bawakan kopi ku kesini!" Pagi ini setelah mandi dan berpenampilan rapi Ekohafiz tiba-tiba sudah duduk di ruang makan ini, tepat di depan Veynara yang juga tengah sarapan, wajah gadis itu kaget dan memerah karena bik Sumi tak bilang jika lelaki itu juga ada di sini.
"Selama pagi tuan muda...." Sapa ART itu dengan sopan membawakan kopi untuk majikan nya.
Wajah lelaki itu sudah segar, penampilan nya juga sudah rapi dengan kemeja putih dan jas hitam yang dia taruh di kursi sebelah nya, rambut hitam nya yang di tata menutupi dahi membuat lelaki itu terlihat makin tampan, namun sayang ekspresi nya selalu dingin dan datar.
"Kenapa menatap ku seperti itu?" Veynara menggeleng lalu langsung fokus menghabiskan nasi goreng nya, dia memilih menunduk terus daripada menatap wajah lelaki ganteng yang jutek dan menyebalkan itu.
"Dia ganteng tapi jutek parah, ya ampun om ini berapa sih umurnya?" Batin nya dengan kepo.
Silahkan sarapan nya tuan muda" bik Sumi juga membawakan majikannya sarapan dan langsung pergi dari ruangan makan ini membiarkan mereka hanya berdua saja.
"Bang Denny bilang kamu yatim Piatu ?" Veynara mengangguk lirih.
"Iya sejak bayi saya sudah tak punya orang tua"
"Lalu ibu mu yang menjual kamu apa hubungan nya sama kamu" Tanya Ekohafiz heran.
"Dia hanya Ibu angkat, tapi dia tidak sudi di sebut keluarga saya, jadi sejak kecil saya merasa seperti yatim piatu, hanya almarhum ayah saya yang sayang dan baik pada saya" Ekohafiz terdiam dan sedikit iba, karena infomasi kemarin dari Denny jika gadis itu sudah yatim piatu, dan itu jadi sedikit lebih mudah membuat Veynara terikat kontrak kerja aneh ini karena tak perlu minta ijin pada kedua orang tua nya meskipun dia masih baru berumur dua puluh dua tahun.
"Lalu berapa umurmu?" Ekohafiz yang memang belum tahu usia Veynara bertanya lagi.
"Dua puluh dua tahun saat bulan Agustus nanti...."
"Heh apa? Jadi masih dua bulan lagi kamu baru dua puluh dua tahun?" Ekohafiz menganga nyaris saja tersedak kopi yang hampir dia minum. "Kamu? Kamu masih dua puluh dua tahun, tapi kenapa bisa jatuh ke tangan rentenir dan jadi pelacur?" Heran lelaki itu tak habis pikir.
"Karena sejak kecil saya bekerja di manapun untuk menyambung hidup, dari kerja di warung setelah pulang sekolah, sampai jadi cleaning service, begitu lah hidup saya, seperti saat ini saya juga bisa ada di sini, hidup saya penuh dengan kemalangan..." Gadis itu bicara pelan belum melihat lagi wajah lawan bicara nya yang masih shock dan tak percaya, juga sedikit iba, hanya sedikit.
"Apa kamu juga kuliah?"
"Tidak, setelah baru lulus SMU tiga tahun lalu saya langsung bekerja apapun sampai sempat kerja di Klub malam"
"Lalu kamu kerja apa di club malam itu?"
"Saya kerja jadi cleaning service di sana saat malam, pagi nya saya kerja di toko kelontong dekat situ lumayan gaji nya bisa saya tabung untuk biaya kuliah nanti, saya ingin sekali kuliah desain, tapi ibu angkat saya melarang keras saya kuliah dan harus terus cari uang "
"Lalu?"
"Jika saya menolak dan membangkang ibuk saya akan menghajar dan mengurung saya di kamar dan tak di beri makan seharian, dia terus memaksa saya bekerja agar bisa menghasilkan uang" Ekohafiz termangu iba, bukan lagi sedikit kasihan tapi dia merasa sangat kasihan, dia tak menyangka sama sekali jika hidup Veynara miris sekali, dia pikir perempuan itu bekerja jadiw wanita penghibur yang menemani tamu minum, ternyata dia malah hanya tukang bersih-bersih dan sering di siksa ibu angkat nya sendiri.
"Jadi kamu ingin kuliah? Dimana?" Mata Veynara berbinar saat mengangguk, dia meremas tangannya. "Iya ingin sekali, sejak lama saya ingin kuliah di UI, saat akan lulus SMU guru saya bilang jika saya pasti bisa masuk di sana dengan mudah, dia juga mengajukan agar saya bisa dapat beasiswa, sayang nya ibuk melarang keras saya kuliah karena gak ada uang, jadilah saya gagal kuliah" Cerita Veynara dengan sedih dan melanjutkan lagi makannya dengan mata Ekohafiz yang terus menatap nya.
"Argh~ dasar mereka berdua? Mereka Kenapa bisa bawa bocah kesini?" Ekohafiz membatin kesal pada dua Pengawal nya.
"Bagaimana bisa masih bocah begini mereka bawa padaku, ya ampun dia belum dua puluh dua tahun? mana mungkin dia ada pengalaman seks kalau tadinya hanya kerja jadi tukang bersih bersih, aish pasti merepotkan aku nanti?" Ekohafiz hanya membatin sambil mengusek rambutnya kesal pada dua pengawal nya.
"Tuan muda maaf jika saya sudah berani cerita soal hidup saya" Ujar Veynara Ketika melihat raut keruh dari tuan muda itu.
"Jangan terlalu formal saat mengobrol dengan ku, nanti juga kita akan menikah, kamu akan jadi istri ku setidaknya sampai keinginan ku terlaksana, kita jalani saja dengan baik peran masing-masing" Ekohafiz bersuara lagi lalu menatap wajah gadis itu, cantik~.....dia mengakuinya untuk gadis seperti Veynara yang hanya tukang bersih-bersih di klub malam dia sungguh cantik, meskipun dia tak memakai riasan apapun, bahkan saat ini dia hanya baju piyama pink rumahan.
"Apa pengacara ku sudah menjelaskan apa saja pekerjaan mu dan tugasmu selama menjadi istri kontrak ku?" Veynara baru menatap Ekohafiz dengan mata tajam. "Sudah, dan saya paham semua nya....."
"Baguslah, nanti setelah kita menikah kamu bisa mulai bekerja"
"Kerja?"Veynara melotot lebar, jadi pernikahan kontrak ini bisa di sebut kerja, iya juga karena dia dapat gaji bulanan dari lelaki itu.
"Iyalah, selama jadi istri ku nanti kamu dapat gaji, itu bisa disebut kerja, Aku suka perempuan dengan penampilan bersih dan wangi jadi jangan jorok dan jarang mandi, meskipun jadi istri ku kamu tidak boleh tidur di kamar ku, jika kamu melakukan tugas baru kamu boleh masuk ke kamar aku" Lelaki itu bicara dengan enteng padahal membuat Veynara susah payah menelan makanan nya.