Kota Awal dan Permulaan yang Gila

Langit mulai memerah saat Joni berjalan menuju gerbang kota pertama. Kota itu dikelilingi tembok batu yang kokoh dengan penjaga bersenjata tombak berdiri di pintu masuk. Dari kejauhan, terlihat player dan NPC berlalu-lalang, beberapa menjual barang di lapak darurat sementara yang lain masih kebingungan menghadapi kenyataan dunia baru ini.

Joni menghela napas panjang. Tubuhnya masih terasa sedikit berat akibat efek samping potion, tapi senyum lebarnya tidak hilang sejak pertarungan sebelumnya.

"HAHAHAHA! DUNIA INI BENAR-BENAR SERU!!" serunya sambil melangkah masuk, matanya berbinar penuh antusiasme.

---

Begitu melewati gerbang, suasana kota terasa ramai dan penuh hiruk-pikuk. Player berkerumun di depan papan pengumuman, membaca informasi terbaru dari sistem dunia.

"Dilarang bertarung di dalam kota!"

"Pelanggaran akan dihukum oleh penjaga kota!"

"Quest Pembersihan Goblin - Hadiah: 100 Gold!"

Joni hanya melirik sekilas sebelum berjalan menuju bangunan besar yang tampak seperti pusat informasi. Di depan pintu, papan besar bertuliskan:

[GUILD ADVENTURER - PUSAT INFORMASI & PENERIMAAN QUEST]

Tanpa pikir panjang, Joni mendorong pintu itu dengan keras.

BRAK!

Suara ribut seketika terhenti. Para player dan NPC di dalam ruangan menoleh ke arah Joni dengan ekspresi terkejut.

"HAI! ADA YANG KUAT DI SINI!?" teriak Joni tanpa basa-basi, matanya berkilat penuh gairah bertarung.

Para player saling berpandangan, sebagian mengangkat alis, sementara yang lain menghela napas seolah sudah paham tipikal orang gila seperti ini.

"Oi, siapa bocah ini?"

"Kayaknya dia yang ngalahin Dire Wolf sendirian tadi."

"Serius? Yang benar aja..."

Beberapa anggota guild tampak tidak percaya. Salah satu pria bertubuh kekar dengan armor berat maju mendekati Joni, melipat tangan di depan dada.

"Hei, bocah. Kau pikir guild ini tempat buat pamer? Kalau mau cari ribut, cari tempat lain."

Joni malah menyeringai, merasa tertantang.

"OH? JADI KAU KUAT!? AYO BERTARUNG DENGANKU!! AHAHAHAHA!!"

"Gila! Aku bilang pergi!" bentak pria itu, tetapi Joni tidak bergeming, malah tertawa lebih keras.

"APA!? TAKUT!? DASAR PECUNDANG!! AYO, SATU KALI SAJA! AKU JANJI NGGAK BIKINMU BABAK BELUR... TERLALU PARAH!! AHAHAHAHA!!"

Melihat ketegangan meningkat, seorang gadis berambut pirang—mengenakan armor ringan dan membawa rapier—melangkah maju. Ekspresinya serius, tapi matanya menunjukkan rasa ingin tahu.

"Namamu Joni, kan?" tanyanya tegas.

"HAH? IYA! KAU KUAT!? AYO DUEL! CEPATAN!!" Joni langsung menantang, wajahnya penuh antusias.

Gadis itu menghela napas, sepertinya sudah mendengar rumor tentang Joni sebelumnya.

"Aku Asuna, anggota tim Sword Dancer dari guild ini. Kalau kau cuma bikin kekacauan, penjaga akan menyeretmu keluar."

"OH? PENJAGA JUGA IKUTAN? BAGUS! BANYAK LAWAN SEMAKIN SERU!! AHAHAHAHA!!"

Asuna mengangkat alis, tampak kesal.

"Kau ini tidak tahu aturan, ya? Kalau mau duel, lakukan di arena resmi."

"HAH? ADA ARENA!? SERIUS!? DI MANA ITU!? CEPAT TUNJUKIN!!" tanya Joni penuh semangat, matanya bersinar seperti anak kecil melihat mainan baru.

"Dasar idiot," gumam Asuna sebelum menunjuk papan pengumuman di sudut ruangan.

"Kalau mau duel resmi, daftarkan diri di sana. Tapi jangan harap semua orang mau meladeni tantangan gilamu."

Joni langsung menghampiri papan itu tanpa ragu, tidak peduli dengan tatapan aneh orang lain. Setelah mendaftar, ia melihat daftar tantangan yang ada.

"TANTANG SEMUA ORANG!!"

Sistem langsung memproses dan mengumumkan dengan suara keras:

[Pemain Joni telah menantang semua anggota guild untuk duel resmi!]

Semua orang langsung gaduh.

"Hei, ini bocah serius!?"

"Dia gila, ya?"

"Hah! Kalau cuma pamer doang, bakal dihajar habis-habisan!"

Namun, ketika beberapa anggota mencoba menerima tantangan, nama Joni langsung berubah status:

[Status: Tidak Bisa Buff]

"Eh? Tidak bisa buff?"

"Apa dia idiot atau pemberani?"

"Kok bisa ada orang tolol macam itu?"

Asuna yang mendengar itu hanya melipat tangan sambil menatap Joni dengan bingung.

"Dasar bodoh... Tanpa buff, melawan anggota guild ini sama saja bunuh diri."

Namun, Joni hanya menyeringai lebar.

"TIDAK ADA BUFF!? JUSTRU ITU YANG PALING SERU!! AHAHAHAHA!!"

Tepat saat itu, seorang pemuda kurus dengan armor kulit muncul di hadapan Joni, tampak penasaran.

"Aku menerima tantanganmu. Namaku Zed."

Joni langsung menyeringai lebih lebar.

"OH? BAGUS! JANGAN MATI CEPAT, YA!!"

---

Di Arena Duel

Arena terbuka penuh dengan player yang berkerumun. Joni dan Zed berdiri berhadapan, dengan penjaga arena mengawasi.

"Peraturan duel resmi: Tidak ada pembunuhan. Pingsan dianggap kalah!" teriak penjaga.

"MULAI!"

Zed langsung mengaktifkan buff kecepatan, tubuhnya bergerak cepat dan menyerang dari samping.

"HAH!"

Namun—

SWOOSH!

Joni dengan santai mengganti Greatsword menjadi Dagger dan melompat mundur, menghindari serangan pertama.

Zed yang kaget langsung melancarkan serangan kedua—tapi Joni lagi-lagi menghindar dengan gerakan ringan.

"TERLALU LAMBAT!!" gumam Joni, tertawa kecil.

"APA!?"

Sebelum Zed bisa bereaksi, Joni menghilang dari pandangannya.

"DI BELAKANGMU!! AHAHAHAHA!!"

"APA—"

SLASH!

Satu tebasan cepat menghantam punggung Zed, membuatnya tersungkur.

Penjaga arena langsung mengumumkan hasil:

"Pemenang: Joni!"

Kerumunan langsung riuh.

"Serius?!"

"Tanpa buff sama sekali?! Monster!"

Asuna memperhatikan dari pinggir arena dengan ekspresi serius.

"Orang itu... tidak bisa menggunakan buff, tapi kecepatan reaksinya terlalu gila."

Sementara itu, Joni hanya berdiri di tengah arena, menyeringai puas.

"HEI! ADA LAGI YANG MAU MELAWAN!? AYO!! JANGAN CUMA NGOMONG!!"

Namun, semua orang hanya terdiam, terintimidasi oleh duel brutal tadi.

Chapter 4 – Duel, Duel, Duel Lagi!

Arena kota masih dipenuhi player yang berkerumun, tercengang dengan hasil duel barusan. Zed terkapar tak berdaya, sementara Joni masih berdiri tegap dengan senyum lebar di wajahnya.

"AHAHAHAHA! INI KEREN BANGET!! SIAPA LAGI YANG MAU BERTARUNG!?" teriak Joni dengan mata berbinar penuh kegilaan.

Para player yang tadinya merasa percaya diri langsung mundur beberapa langkah. Tidak ada yang menyangka bahwa pemuda tanpa buff itu bisa mengalahkan Zed dengan mudah.

"Gila... Bocah itu monster."

"Seriusan, tanpa buff sama sekali?"

"Apa dia itu semacam veteran hardcore?"

Asuna yang menyaksikan dari tepi arena hanya bisa menghela napas.

"Orang bodoh. Kalau terus seperti itu, dia bisa menarik perhatian guild besar."

Namun, Joni tidak peduli dengan keributan di sekitarnya. Dia masih menantang semua orang dengan antusias.

"HEI!! JANGAN CUMA DIAM!! MAJU SATU-SATU ATAU SEKALIGUS JUGA BOLEH!! AHAHAHAHA!!"

Tiba-tiba, seorang pria berbadan besar dengan armor baja berat berjalan mendekat. Wajahnya penuh bekas luka, dan kapak besar tergantung di punggungnya.

"Hm. Aku suka anak yang penuh semangat," katanya dengan suara berat.

"Namaku Borg. Aku akan meladenimu, bocah."

Joni langsung menyeringai lebar, nyaris melonjak kegirangan.

"OH!? KAU TERLIHAT KUAT! AYO, CEPAT KITA MULAI!! AHAHAHAHA!!"

Borg hanya mengangguk santai sambil menuju arena. Suasana mendadak berubah tegang. Beberapa player mulai berbisik-bisik.

"Itu Borg... salah satu petarung terkuat di guild."

"Dia bahkan mengalahkan banyak player veteran tanpa terluka."

"Apa bocah gila itu bisa menang?"

---

Di Arena Duel

Penjaga arena melihat kedua petarung sudah siap, lalu mengangkat tangan.

"Pertarungan resmi dimulai! Tidak ada pembunuhan, pingsan dianggap kalah!"

"MULAI!"

Borg langsung mengaktifkan buff kekuatan, otot-ototnya membengkak dan aura merah menyelimuti tubuhnya.

[Buff: Rage Amplifier - Attack +50%, Defense -20%]

"URAAA!!"

Kapak besar itu meluncur dengan kekuatan dahsyat, menghantam tanah dengan suara gemuruh.

"OH! SERANGAN YANG BAGUS!!" Joni menghindar dengan satu langkah cepat ke samping, tapi debu dan pecahan batu tetap menerpa wajahnya.

"GAK BISA DIHINDARI BEGITU SAJA!!"

Borg berputar cepat, menghantam dengan ayunan samping.

"WAAA!!"

Joni melompat ke belakang, tapi ujung kapak itu masih menghantam lengannya.

"GUAH!!"

Rasa sakit menusuk langsung menjalar, membuat lengannya berdenyut hebat. Darah menetes dari luka menganga.

"HAHAHAHA!! INI BARU SERANGAN!!" Joni tetap tertawa meski darah bercucuran.

"Kau masih bisa ketawa!? Gila!"

Tidak memberi celah, Borg kembali menyerang dengan serangkaian tebasan brutal. Joni hanya bisa menghindar sambil menahan rasa nyeri di lengannya.

"AHAHAHAHA!! CEPATAN!! LEBIH KUAT LAGI!!"

Borg menggeram dan melompat tinggi, mengayunkan kapaknya ke bawah.

"MATI KAU!!"

"GAK BISA! BELUM CUKUP KUAT!!"

Joni mengganti Dagger-nya dengan Greatsword dan menahan kapak itu dengan kedua tangan.

CLANG!!!

Benturan itu membuat tangan Joni bergetar hebat, tubuhnya terdorong ke tanah. Lututnya nyaris roboh, tapi ia tetap tertawa.

"HAHAHAHA!! BAGUS!! TAPI MASIH KURANG!!"

Melihat Joni masih bertahan, Borg langsung mengaktifkan buff kedua.

[Buff: Steel Body - Defense +30%, Movement Speed -20%]

"MAMPUS!!"

Satu hantaman keras menghantam bahu Joni, membuatnya terlempar ke belakang dan menghantam tembok arena.

"GUAAH!!"

Darah segar mengalir dari mulutnya, sementara pandangannya mulai kabur.

"Oi, bocah itu mati, ya?"

"Nggak mungkin... Borg ngaktifin dua buff sekaligus!"

Namun, di tengah rasa sakit yang menyiksa, Joni hanya terkekeh pelan.

"HAHA... HAHAHAHA!!! INI KEREN BANGET!!"

Borg mendekat dengan wajah kesal.

"Kau benar-benar gila... Tapi kali ini, habis sudah!"

Saat kapak itu terayun untuk serangan terakhir—

"TIDAK SEMUDAH ITU!!"

Joni mengganti Greatsword dengan Tombak dan menangkis serangan itu dengan sudut miring, membuat kapak meleset ke samping.

"APA—!?"

Tanpa memberi waktu, Joni menusukkan tombaknya ke perut Borg.

"MAKAN INI!!"

"URGH!!"

Tombak itu menembus armor baja, menggores perut Borg dan membuat darah mengucur deras.

"BELUM SELESAI!!!"

Joni mencabut tombak dan menusukkan lagi dari sisi lain. Borg mencoba memukulnya, tapi Joni mengganti senjata lagi menjadi Dagger dan melompat ke belakang.

"HAHAHAHA!! RASANYA ASYIK BANGET!!"

Borg terhuyung-huyung, buff-nya mulai habis dan tubuhnya melemah. Joni menyeringai liar, mengganti Dagger dengan Longsword.

"INI SERANGAN TERAKHIR!!"

Dengan lompatan cepat, Joni menghantam kepala Borg dengan satu tebasan brutal.

SLASH!!

Kapak Borg terjatuh ke tanah, sementara tubuhnya ambruk tak sadarkan diri.

Penjaga arena langsung mengumumkan hasil:

"Pemenang: Joni!"

---

Kerumunan langsung heboh.

"Borg kalah!?"

"Dia ngelawan buff gila kayak gitu dan menang!?"

"Apa bocah itu monster!?"

Asuna yang menyaksikan hanya bisa terdiam.

"Orang itu... sudah babak belur tapi masih tertawa..."

Joni terhuyung-huyung, darah mengucur deras dari lengannya. Namun, ia masih menyeringai lebar.

"AHAHAHAHA!! BANGSAT!! ITU SERU BANGET!!"

Tanpa memedulikan luka-lukanya, Joni keluar dari arena dengan langkah berat, masih tertawa puas.

---

Bersambung