jebakan dalam kegelapan

Suasana di ruang bawah tanah Sokolov dipenuhi ketegangan. Lampu-lampu yang baru saja padam kini kembali menyala, menyoroti sosok yang berdiri di tengah ruangan. Dante Reaper, sosok yang selama ini ditakuti, kini telah berada di tempat yang paling dijaga di Blackridge. Namun kali ini, dia tidak sendirian.

Di sekelilingnya, puluhan pengawal bersenjata lengkap mulai mengambil posisi. Semua pintu dan jendela terkunci rapat, memerangkap Dante di dalam ruang yang penuh dengan jebakan. Vladimir Sokolov, yang kini duduk di atas singgasana kayu mewah, menyeringai penuh percaya diri.

"Saya tahu Anda akan datang, Dante," kata Sokolov, suara seraknya bergema di ruangan. "Tapi saya lebih pintar dari yang Anda kira. Tidak ada yang bisa menyelamatkan Anda sekarang."

Dante memandang sekitar ruangan, matanya berkilat penuh perhitungan. "Kau pikir aku takut dengan permainan kotormu?" jawabnya tenang, suaranya dipenuhi kemarahan yang terpendam.

Vladimir tertawa pelan. "Ini bukan tentang takut, Dante. Ini tentang siapa yang bisa bertahan lebih lama." Dia melambaikan tangan, dan seketika sejumlah layar holografik muncul, memperlihatkan gambar-gambar berbagai senjata dan bahan peledak tersembunyi di seluruh gedung. "Semua pintu terkunci. Semua jalur keluar telah disekat. Jika Anda mencoba melawan, saya akan pastikan Anda tidak akan keluar hidup-hidup."

Namun, sebelum Vladimir bisa melanjutkan kata-katanya, dia melihat Dante bergerak. Cepat. Tanpa peringatan. Pria itu melompat ke arah pengawal pertama yang mencoba menembaknya, memanfaatkan kecepatan yang luar biasa untuk menghindari peluru yang meluncur kearahnya. Dalam sekejap, tubuh pengawal itu terjatuh ke lantai, dan senjata mereka dirampas dengan gerakan yang begitu tajam.

Dante menyapu ruang itu dengan kekuatan yang tak terbayangkan. Tubuh-tubuh pengawal yang terjatuh memenuhi lantai, sementara suara ledakan dari bom yang disiapkan di ruangan itu terdengar begitu kencang. Setiap langkahnya adalah kematian, setiap gerakannya adalah keputusan yang telah dipikirkan matang-matang.

"Ini lebih dari sekadar permainan," bisik Dante kepada dirinya sendiri, sambil melangkah lebih dalam ke dalam kegelapan yang sudah dikenalnya. "Ini adalah keadilan."

---

Sementara itu, di tempat lain.

Di markas bawah tanah yang sama, Elijah dan kelompoknya tengah memantau dengan cermat perkembangan pertempuran yang sedang berlangsung. Mereka sudah lama memperkirakan bahwa pertempuran ini tidak akan mudah, tetapi mereka tak menyangka Dante akan bertindak secepat ini. Bahkan mereka sempat meragukan apakah mereka bisa bergabung dengan pria yang begitu brutal dan tak terduga.

"Elijah," kata salah satu anggotanya, suara gemetar, "kita perlu ikut turun tangan. Dia akan menghancurkan semuanya kalau kita tidak cepat."

Elijah menatap layar dengan tajam. "Kita tidak bisa tergesa-gesa. Dante punya caranya sendiri. Kita harus menunggu kesempatan yang tepat."

Namun, saat itulah mereka melihatnya. Seorang anggota mereka, yang baru saja memasuki gedung untuk membantu Dante, ditangkap dan disiksa oleh beberapa orang yang bekerja untuk Sokolov. Keputusan pun diambil dalam sekejap.

"Kita tidak bisa mundur," kata Elijah dengan tegas. "Kita akan ikut berperang, bersama Dante."

---

Kembali ke Vladimir Sokolov.

Vladimir mulai merasa cemas saat melihat pengawal-pengawalnya jatuh satu per satu. Kepercayaan dirinya mulai goyah, namun dia masih memiliki kartu terakhir yang ia simpan untuk momen seperti ini—sebuah senjata yang sangat mematikan. Dengan gemetar, Vladimir memerintahkan orang-orangnya untuk mengaktifkan sistem pertahanan terakhir: sebuah drone pembunuh yang dilengkapi dengan senjata canggih.

"Ini waktunya," kata Vladimir dengan suara rendah, sambil menekan tombol pada kendali jarak jauh. Drone besar, seukuran mobil, melesat keluar dari ruang bawah tanah, siap membombardir Dante.

Namun, Dante tidak terpaku pada ancaman itu. Dengan ketenangan yang menakutkan, dia menatap drone yang semakin mendekat. Tiba-tiba, suara dentuman keras terdengar. Drone itu hancur dalam sekejap.

Vladimir terkejut. "Apa... apa yang terjadi?"

Dante berdiri di tengah ruangan, tatapannya lebih tajam dari sebelumnya. "Kau berpikir aku akan terjebak dalam permainanmu?" katanya, matanya yang dingin menatap Sokolov yang sekarang terpojok. "Kau hanya sekadar pion."

Vladimir berusaha untuk bangkit, namun tubuhnya gemetar, keringat dingin mengalir di dahinya. "Aku—aku bisa memberimu apa saja! Uang, kekuasaan! Apa yang kau inginkan, Dante?!"

Dante mendekat dengan langkah pasti. "Keadilan, Sokolov. Itu yang aku inginkan."

Dengan satu gerakan cepat, Dante menarik sebuah pisau besar dari balik jaketnya, menghampiri Vladimir, yang sudah tak berdaya.

"Dan ini adalah keadilan yang akan kau terima."

☠️ DOR! ☠️

---

Keesokan harinya.

Kota Blackridge masih terperangkap dalam ketegangan yang tak terucapkan. Kematian Vladimir Sokolov dan jatuhnya jaringan kekuasaan yang telah lama berdiri tegak mengguncang kota. Nama Dante Reaper semakin dikenal, tidak hanya di dunia bawah tanah, tetapi juga oleh mereka yang memimpin di balik layar. Keberadaan kelompok yang dipimpin oleh Elijah, yang turut mendukung misi Dante, mulai menjadi ancaman bagi mereka yang berada di puncak.

Namun, di tengah semua ini, satu pertanyaan tetap ada di benak Dante: Apakah ini benar-benar keadilan yang dia inginkan?