Bertemu Lagi

Selepas menelepon bareng Putri...

“Pah, apa Putri benar-benar sudah maafin Mama, ya?” tanya Arisa pada sang suami.

Mereka baru saja selesai menunaikan salat Subuh. Damian yang menaruh peci dan sajadah segera menghampiri Arisa dan duduk di sebelahnya.

“Tenang, Mah. Anak sulung kita itu sangat menyayangimu, loh. Papa yakin sekali, Putri pasti sudah memaafkanmu,” ucap Damian sambil tersenyum dan mengelus pelan tangan sang istri.

Arisa mengangguk pelan, perlahan mulai tenang mendengar apa yang dikatakan suaminya. Kesalahpahaman yang terjadi dalam hubungan mereka dulu akhirnya telah terselesaikan seminggu yang lalu.

Dia sungguh menyesal karena selama ini begitu jahat pada anak kandungnya sendiri.

“Papa juga minta maaf, Mah. Coba dari dulu Papa jelaskan semuanya pada Mama, mungkin keluarga kita nggak akan jadi begini. Papa menyesal sekali, ternyata Anissa sengaja membalikkan fakta begitu…”

Rahang Damian mengeras, seakan menahan emosi. Sungguh, jika dulu dia menjelaskan semuanya pada Arisa, mungkin rasa benci itu takkan pernah ada—dan Putri tidak menjadi korban dari ego mereka berdua.

“Hem... Mama udah maafin Papa, kok. Mama lega ternyata Papa nggak beneran selingkuh. Aku sayang kamu, Kak Damian...” ujar Arisa lembut sambil menyenderkan kepalanya di bahu sang suami.

Damian terkekeh mendengar panggilan sang istri, lalu menoleh menatap pasangan hidupnya itu.

“Hmm? Sudah lama ya aku nggak dengar kamu manggil gitu, Dek. Jadi berasa waktu kita pacaran dulu, ya?” goda Damian sambil mengelus pipi mulus Arisa yang mulai memerah malu.

“Duh, Papa mulai deh jahilnya!” Meski berkata dengan nada merajuk, wajah Arisa yang memerah jelas tak bisa menutupi kenyataan bahwa hatinya sedang berbunga-bunga.

Cup...

“Cantiknya istri Papa kalau lagi manyun gini, uhh... makin gemes. Hehee. Yaudah, ayo latihan jalan dulu, ya, sayang? Nanti abis itu kita siapin bahan dagangan.”

Arisa semakin tersenyum lebar dan mengangguk. Pagi ini dia akan mulai latihan berjalan lagi supaya otot-otot kakinya mulai terbiasa sebelum ikut membantu Damian menyiapkan dagangan mereka nanti.

-----

Jake POV

Itu jelas Putri tadi! Sial sekali, aku malah dikerumuni sekarang.

“Saya lelah dan ingin segera kembali. Terima kasih.”

Aku berkata demikian untuk menyudahi pertanyaan wartawan lebih lanjut, lalu terburu-buru melangkah menuju ruang ganti. Aku bahkan tidak peduli dengan seruan kekecewaan mereka.

Brak!

“Han, cepat bereskan peralatanku!”

Dengan cepat aku masuk ke kamar mandi sambil membawa pakaian ganti.

“Hei, Jake! Mau ke mana, terburu-buru begitu?!”

Aku memandang Han dengan tajam saat baru saja keluar dengan keadaan yang lebih segar.

“Putri ada di sini,” ujarku singkat sambil segera menuju pintu ruangan, meninggalkan Han. Biar saja nanti dia bisa menyusul!

Aku sedikit menurunkan topi yang kukenakan sambil memandang kerumunan di luar venue. Mataku menelisik tajam ke sekeliling area, mencari sosok Putri. Dia pasti belum jauh!

Sambil berjalan menerobos kerumunan, aku berusaha memperhatikan satu per satu orang-orang yang kulewati, berharap salah satunya adalah Putri.

Aku sebenarnya kaget mendapati dirinya saat di kerumunan wawancara tadi. Apa mungkin Putri juga melihat pertarunganku tadi? Aku jelas sekali melihat sosok Putri, dan itu tidak mungkin salah.

'Ckk, susah sekali mau bertemu saja!'

"Putri, ke mana aja sih?! Kenapa malah pergi tadi? Ahh... sayang sekali, tadi Jake mandang ke kita, loh..."

Aku segera memalingkan pandangan ke asal suara tersebut. Dan benar, itu Putri, bersama seorang perempuan, sedang berjalan tak jauh dariku. Dengan senyum senang, aku berniat menghampirinya sebelum dia pergi. Namun...

Brugh!

“Ahh! Hei, siapa sih?! Astaga, Jake, apa yang kau lakukan di sini?!”

Aku tidak sengaja menabrak seorang fans wanita dan langsung dikerumuni lagi karena pekikan hebohnya itu. Damn it!

Aku merasa sedikit pusing karena terjebak di antara kerumunan wanita, dan mataku terus menatap ke arah kepergian Putri yang menghilang di balik mobil yang mulai menjauh.

Aku berusaha melepaskan diri karena risih dengan tatapan berbinar para wanita yang mengerumuniku sekarang.

Tep!

“Maaf semuanya, Jake harus segera pulang sekarang. Selamat malam!”

Itu suara Han Sora, dibantu beberapa bodyguard yang mulai membuka jalan agar aku bisa masuk ke dalam mobil.

“Kutebak, pasti kau kehilangan jejak dia, bukan?”

Tebakan Han telak mengenai perasaanku. Ia melihat raut wajahku yang semakin tajam—emosi entah karena kecewa, rindu, atau frustasi.

“Ckk, diamlah! Lebih baik kau fokus saja menyetir!” kataku dongkol, lalu memilih menatap keluar jendela.

Jake POV END

-----

Beberapa hari kemudian...

Putri POV

Aku kembali lagi ke NYPL untuk menyelesaikan beberapa materi yang kubutuhkan untuk pengerjaan esai nanti. Sesekali pikiranku melayang, mengingat kejadian beberapa hari lalu di MSG.

“Ckk, bisa nggak sih nggak usah memerah gini?!”

Wajahku memang terasa panas saat mengingatnya. Aku segera menepuk kedua pipiku untuk menenangkan diri dan kembali lanjut belajar.

Cukup lama aku berada di perpustakaan ini. Saat melirik jam, ternyata sudah hampir setengah enam sore. Aku memutuskan menyudahi kegiatanku dan bersiap pulang.

"Apa singgah belanja dulu ya? Di apartement udah nggak ada apa-apa sih, cuma air putih sama roti tawar... hmm..."

Setelah berpikir sejenak, aku akhirnya memasuki salah satu supermarket terdekat yang tak jauh dari gedung perpustakaan tadi.

Aku menarik salah satu troli sedang dan mulai mengitari supermarket ini. Hari ini entah kenapa aku rindu masakan Indonesia, jadi memutuskan mengambil beberapa bahan sayuran, daging, dan rempah-rempah khas Indonesia untuk kupakai memasak nanti.

“Jesshh, kenapa sih harus selalu taruh di rak paling atas?!”

Keluhku pelan karena kesusahan mengambil barang yang kuinginkan di atas rak. Mataku menoleh ke sana kemari untuk mencari tangga atau semacamnya. Aku melihat tangga di lorong sebelah dan mengambilnya. Dengan pelan, aku mulai naik ke tangga yang cukup tinggi dan sedikit gemetaran.

'Duh, apa turun aja ya? Ngeri, uhh...'

Mataku menatap ke arah bawah dan sontak aku merasa pusing! Perlahan aku mulai merangkak turun kembali dari tangga itu.

Eh?!

Kyahhh....

Tubuhku seakan melayang saat diangkat seseorang dengan mudahnya.

“Hai, pendek! Sudah kubilang, lain kali minta tolong, bukan? Bagaimana kalau kau jatuh tadi, hmm?!”

Saat tubuhku diturunkan ke lantai, tiba-tiba kakiku seperti jelly dan aku nyaris ambruk ke bawah.

“Hei, kau tak apa-apa? Putri, katakan padaku, apa ada yang terluka? Putri?!”

Aku mengangkat wajah dan melihat Jake yang berdiri sambil memegang erat tanganku, menopangku agar tidak jatuh menyosor ke lantai.

Wajahku sontak memerah karena wajah tampan Jake terlalu dekat padaku—apalagi raut cemasnya itu.

Eh? Tunggu... apa Jake baru saja khawatir padaku?!

“Umm... Hai?” sapaku pelan.

Jake memandangku intens, dan dadaku sedikit berdebar keras saat ditatap demikian.

“Apa aku... benaran jatuh cinta padamu, huh?”

Mataku sontak membulat terkejut! Apa yang Jake bilang barusan?!

Putri POV END