Rendi Pikir Dia Halusinasi
Malam sudah larut, Rendi baru saja selesai mandi dan mau tidur.
Dia masih kepikiran kejadian tadi sore.
Amara beneran ngerjain dia habis-habisan.
Gue gak akan bisa lupa seumur hidup.
Dia menarik selimutnya, berusaha tidur lebih cepat.
Tapi tiba-tiba...
"Rendi... Gue tidur sini, ya."
BRAK!
Rendi hampir jatuh dari kasurnya!
Di ambang pintu, Amara berdiri dengan piyama longgar dan rambut berantakan.
Mukanya kelihatan ngantuk, tapi senyumnya lebar banget.
Rendi Langsung Panik
"L-Lo ngapain di sini?!"
Amara masuk tanpa izin, langsung naik kekasur Rendi.
"Gue mau tidur di sini."
Rendi langsung panik.
"GAK BOLEH! Ini kamar cowok, Amara! Balik ke kamar lo!"
Amara malah menggeliat di kasur, ngambil bantal Rendi, terus meluk bantal guling.
"Gak mau. Gue takut tidur sendiri."
Rendi mengerutkan kening.
"…Lo takut apaan?"
Amara mengerjap malas.
"Barusan gue nonton video serem di TikTok."
GUBRAK.
Rendi langsung pengen jitak kepalanya sendiri.
"SERIOUSLY?! CUMA KARENA ITU?!"
Amara mengangguk polos.
"Tapi serius, Rendi. Gue takut. Barusan gue denger suara aneh dikamar gue."
Rendi mengerutkan kening.
"…Suara aneh gimana?"
"Kayak ada yang 'dug dug dug' gitu dari bawah kasur."
Rendi langsung buang napas panjang.
"Itu pasti suara mesin cuci dari lantai bawah."
"Tapi gue takut tetep aja."
Amara Nyolong Tempat
Rendi ngelus wajahnya sendiri, nyerah.
"Oke, tapi lo tidur di bawah. Gue gak mau tidur sekasur sama lo."
Tapi Amara malah makin menggeliat kedalam kasur, nyuri tempat Rendi.
"Gak ah. Kasur lo empuk banget. Gue mau tidur di sini."
Rendi langsung melotot.
"GUE YANG TIDUR SINI! INI KAMAR GUE!"
Amara senyum jail.
"Tapi sekarang udah jadi kamar kita, hehehe."
Malam yang Canggung
Akhirnya, mereka tidur sekasur.
TAPI DENGAN BATASAN KETAT.
Rendi menumpuk bantal di tengah sebagai pemisah.
"Lo gak boleh nyebrang," katanya tegas.
Amara cuma cengar-cengir.
"Terserah lo."
Tapi setelah beberapa menit, Amara mulai bergerak.
Dia gak bisa diem.
Rendi mulai curiga.
"…Amara, lo ngapain?"
"Gak ngapa-ngapain."
Tapi kakinya udah mulai nyelonong ke sisi Rendi.
Dan tiba-tiba...
Amara nyelonong ke sisi Rendi, langsung peluk dia dari belakang!
Rendi langsung kaku kayak patung.
"…AMARA?!"
"Hmm… Hangat…" gumam Amara setengah sadar.
Rendi gak bisa napas.
DAN SEKARANG DIA GAK BISA TIDUR.
Rendi Mati Kutu
Rendi masih kaku kayak patung.
Amara barusan meluk dia dari belakang?!
DAN DIA MASIH TIDUR PULES?!
Gila, ini gak bener.
Jantung Rendi berdebar kencang.
Dia melirik Amara yang masih nyaman banget dipunggungnya.
Wajahnya lembut dalam tidur.
Nafasnya stabil.
Tapi...
KENAPA DIA HARUS PELUK GUE?!
Rendi gak berani gerak.
Kalo dia bergerak dikit aja, bisa-bisa mereka malah tambah nempel.
"…Amara?" bisik Rendi pelan.
Tapi Amara gak jawab.
Dia malah makin erat meluk Rendi, kakinya juga naik ke pinggang Rendi.
Rendi membeku.
INI BUKAN TIDUR BIASA. INI KAYAK GULINGAN BARANG HIDUP!!!
Rendi Nyoba Lepas, Tapi…
Perlahan, Rendi mencoba ngelepas tangan Amara.
Pelan-pelan…
Dia berhasil mengendurkan pelukan itu sedikit.
TAPI…
Amara tiba-tiba menggeliat… dan malah narik Rendi lebih dekat!
"Hmm… Jangan pergi…"
Rendi langsung berhenti napas.
MATI GUE.
Amara meluk makin erat, kepalanya nempel di punggung Rendi.
Napasnya terasa hangat di lehernya.
Rendi nyaris kehilangan akal sehatnya.
INI UJIAN HIDUP!
Rendi Pasrah
Akhirnya, Rendi menyerah.
Dia cuma bisa pasrah, berharap waktu cepat berlalu.
Malam itu…
Dia gak tidur sama sekali.
Bukan karena takut…
Tapi karena jantungnya keburu KO.
Rendi Gak Bisa Napas
Jantung Rendi udah kayak drum konser.
DUG-DUG-DUG!
Dia masih beku di tempat.
Amara makin meluk erat, bahkan sekarang kepalanya nempel di bahu Rendi.
"Hmm... Wangi..." gumam Amara pelan dalam tidur.
BRAK!
Rendi langsung kejang-kejang didalam hati.
W-WAIT?! DIA BILANG APA?!
Dia nyoba nengok kebelakang, tapi takut malah bikin mereka tambah deket.
Harus gimana ini?!
Mission: Lepas dari Pelukan Amara!
Rendi mulai berpikir keras.
Gak bisa gini terus. Dia harus keluar!
Rencana 1: Dorong Amara pelan-pelan.
Dia mulai dorong tangan Amara...
Tapi tiba-tiba…
"Jangan pergi…" gumam Amara setengah sadar, malah narik Rendi lebih erat!
"Ugh—"
Rencana gagal.
Rencana 2: Geser badannya pelan-pelan.
Dia mulai gerakin badannya dikit-dikit…
TAPI AMARA IKUT NGIKUTIN!
Kayak magnet yang gak bisa lepas.
"ARGH!!!"
Rendi nyaris nangis didalam hati.
INI ANAK KENAPA?!
Pagi yang Bikin Syok
Akhirnya, karena gak ada cara lain, Rendi cuma bisa pasrah.
Dia berbaring kaku sepanjang malam, nunggu pagi datang.
Sampai akhirnya...
"AAAAAHHHH!!!"
Sebuah teriakan bikin Rendi langsung loncat dari kasur.
Dia nengok kesamping...
Amara baru bangun dan nyadar dia meluk Rendi.
Mata mereka saling tatap.
Hening.
Lalu…
"AAAAAAAAAAAAAHHHHHHHH!!!"
"GILAAAAA!!! LO NGAPAIN DI KASUR GUE?!" Amara teriak panik.
Rendi langsung ngamuk balik.
"HELLO?! INI KAMAR GUE! LO YANG MASUK SEMALAM!!!"
Amara langsung bengong.
…Oh.
Dia baru inget.
Dan sekarang... mukanya merah kayak kepiting rebus.
"...Gue gak sengaja," gumamnya pelan, ngelirik kearah lain.
Rendi ngelus wajahnya, nyoba buat gak ngamuk.
"Amara…"
Amara nengok malu-malu.
"Ya?"
"GUE GAK BAKAL BIARIN LO MASUK
KAMAR GUE LAGI SEUMUR HIDUP!!!"
Dan begitulah, pagi itu dimulai dengan kejar-kejaran keliling rumah.
Amara Kena Getahnya
Setelah insiden semalam, Amara lari sekencang mungkin kekamarnya.
Rendi?
Dia masih duduk di kasurnya, ngelus wajahnya sendiri.
"Kenapa hidup gue makin absurd?"
Sementara itu, Amara di kamarnya lagi panik sendiri.
"Ya Tuhan… Kenapa gue bisa tidur sekasur sama Rendi?!"
Dia inget jelas gimana dia peluk Rendi semaleman.
Dan... dia bahkan bilang 'wangi' dalam tidur?!
"MATI GUE!"
Dia ngelipet bantal dan nutupin mukanya, berharap bisa teleport ke planet lain.
TAPI MASALAHNYA...
Mereka harus sarapan bareng.
Ketemu di Meja Makan
Amara berjalan ke meja makan dengan kepala nunduk.Rendi udah duduk duluan, mukanya lempeng.
Tapi begitu Amara duduk...
DUP DAP DUP DAP
Jantungnya berisik banget.
Mereka sama-sama diem.
Tante Mirna yang duduk di tengah, ngeliat mereka berdua curiga.
"Kenapa kalian diem-dieman gitu?" tanyanya.
Amara dan Rendi langsung kaget.
"Gak ada apa-apa, Ma!"
"Beneran gak ada apa-apa, Tan!"
Jawaban mereka berbarengan.
Tante Rina makin melihat mereka dengan tatapan penuh selidik.
"Kenapa kayak orang yang abis ngelakuin kesalahan?"
Rendi nyaris keselek nasinya.
Amara langsung batuk-batuk panik.
"G-Gak! Gak ada apa-apa!"
Tante Mirna masih ngetuk-ngetuk meja, matanya menyipit.
"Hmm... Curiga Mama."
Amara Malu Seharian
Sepanjang hari itu, Amara gak berani ketemu Rendi.
Setiap Rendi lewat, dia langsung ngumpet.
Setiap mereka ketemu dilorong, Amara kabur duluan.
Rendi cuma bisa ngelus dada.
"Gak usah segitunya kali..."
Tapi dalam hati...
Dia juga masih kepikiran insiden semalam.
Dan sekarang...
Mereka berdua resmi jadi orang yang gak bisa saling tatap tanpa salah tingkah.