Gak Sengaja, Otak Lhu pheang...

Awal Masalah: Pintu yang Lupa Dikunci

Hari itu, Amara baru selesai olahraga di halaman belakang rumah.

Badan lengket, keringetan, dan sumpek.

Tanpa pikir panjang, dia langsung masuk ke kamar mandi yang ada dilantai dua.

Karena buru-buru, dia langsung buka shower tanpa ngecek pintu.

Alias… lupa dikunci!

Sementara itu, di luar kamar mandi…

Rendi lagi nyari Amara.

Tantenya barusan minta tolong buat ngasih tahu Amara kalau ada paket buatnya.

Makanya, tanpa curiga, Rendi menuju kamar Amara.

"Amara, lo didalam?" Rendi mengetuk pintu pelan.

Gak ada jawaban.

Pintu tidak dikunci.

Jadi, dengan santai…

Dia buka pintu dan masuk.

Saat itu, dia gak sadar kalau suara air mengalir dari kamar mandi.

Sampai akhirnya…

BRAK!

Pintu kamar mandi terbuka!

Dan…

MATANYA LANGSUNG MEMBESAR.

Dunia Rendi Berhenti Sejenak

Di depan matanya…

Amara.

Tanpa sehelai benang pun.

Air mengalir di bahunya.

Kulitnya yang putih bersih terlihat jelas.

Rendi langsung membeku.

Otaknya mendadak kosong.

Matanya seketika melebar.

Jantungnya… hampir copot!

Dan sebelum dia bisa berpikir lebih jauh…

Tiba-tiba ada jeritan kencang yang menusuk telinga!

"KYAAAAAAAAA!!!"

Amara Panik, Rendi Makin Kacau

Amara langsung menjerit histeris sambil menutupi tubuhnya dengan kedua tangan.

Mukanya merah padam.

Matanya membelalak marah.

"RENDI!!! KELUAR!!!"

Rendi langsung refleks menutup matanya.

"T-Tunggu! Gue nggak sengaja! Gue beneran nggak tau lo di sini!"

PLAK!

Sebuah botol sampo melayang dan mendarat tepat dikepala Rendi!

"AWW!!!"

"Tutup mata lo!!!"

"Udah ketutup!!!"

"KELUAR!!!"

"T-Tapi—"

"KELUAAARRR!!!"

Amara melempar gayung.

BAM!

Rendi langsung kabur keluar kamar mandi dengan panik.

Pintu langsung dibanting dari dalam.

Di Luar Kamar Mandi: Rendi Kena Mental

Rendi bersandar di dinding luar kamar Amara.

Tangannya masih menutupi mukanya, jantungnya berdetak gila-gilaan.

Barusan gue liat apa?

Gue harus hapus ingatan ini!

HARUS!

Sementara di dalam kamar mandi, Amara masih megap-megap.

Wajahnya merah seperti tomat.

MALU BANGET!!!

RASANYA PENGEN NGEBOR KEDALAM TANAH!!!

Tapi di balik malunya…

Ada sesuatu yang bikin hatinya berdebar.

Kenapa gue malah kepikiran ekspresi Rendi tadi?!

Rendi Masih Kena Mental

Rendi masih berdiri di luar kamar mandi, bersandar di dinding dengan napas tidak beraturan.

Jantungnya masih berdetak cepat.

Otaknya masih berusaha memproses kejadian barusan.

Dan yang paling parah... dia gak bisa menghapus gambar itu dari pikirannya!

"Astaga… gue harus cuci otak."

Dia mengusap wajahnya sendiri, mencoba mengusir rasa bersalah.

Gue gak sengaja. Gue beneran gak sengaja.

Tapi tetap saja...

Gue lihat sesuatu yang seharusnya gak gue lihat.

Amara Masih di Kamar Mandi, Kena Mental Juga

Di dalam kamar mandi, Amara masih berdiri mematung.

Dia sudah selesai membilas tubuhnya, tapi otaknya masih belum bisa move on.

Rendi liat gue telanjang.

Rendi liat gue. TELANJANG.

TELANJANG.

TELANJANG!

"KYAAAAAAAAAAAAAAA!!!"

Dia langsung mengguncang rambutnya sendiri, frustrasi setengah mati.

Wajahnya memerah parah.

"MALU BANGET, ASTAGAAAA!!!"

Dia menggigit bibirnya, lalu buru-buru menyelesaikan mandinya.

Begitu selesai, dia membungkus dirinya dengan handuk dan keluar dari kamar mandi.

Di Kamar: Momen yang Canggung

Saat Amara keluar dari kamar mandi, dia langsung melihat Rendi yang masih berdiri di luar kamar.

Mata mereka saling bertemu.

DEG!

DUA-DUANYA LANGSUNG REFLEKS BALIK BADAN!

Amara mengerang pelan, sementara Rendi menutup mukanya dengan tangan.

"G-Gue… Gue gak sengaja," kata Rendi dengan suara kaku.

Amara menggigit bibirnya, pipinya masih panas.

"…Lo udah lihat semuanya, ya?"

Rendi langsung panik.

"G-GUE TADI CUMA LIMA DETIK! CUMA LIMA DETIK, AMARA! SUMPAH GUE GAK NIAT!!!"

Amara mengerucutkan bibir.

"…Lima detik cukup buat nginget semuanya, kan?"

GUBRAK.

Rendi nyaris jatuh saking paniknya.

"NGGAK, NGGAK! GUE LUPA! BENERAN! GUE UDAH LUPA SEMUANYA!!!"

Amara menyipitkan mata, menatapnya curiga.

"…Serius lo udah lupa?"

Rendi menelan ludah.

"Y-Ya…!"

Amara mendekat, menatapnya tajam.

Rendi langsung mundur dengan gugup.

"Lo beneran gak inget apa-apa?"

"B-Beneran!"

"Lo yakin?"

"SUMPAH!"

Amara mengangkat alis.

"…Terus kenapa lo gak berani natap gue?"

MATI GUE.

Rendi langsung menutup mukanya lagi.

Sementara Amara berdiri di depan pintu kamarnya, wajahnya masih merah.

Mereka berdua sama-sama gak tahu harus ngapain sekarang.

Satu hal yang pasti…

KEJADIAN HARI INI GAK BAKAL TERLUPAKAN.

Amara Kesal, Rendi Mati Kutu

Amara masih berdiri di depan pintu kamarnya dengan handuk membalut tubuhnya.

Sementara itu, Rendi berdiri canggung di seberangnya, mukanya merah seperti tomat.

Suasana jadi super canggung.

Rendi mencoba mencuri pandang, tapi langsung menoleh ke samping lagi.

Dia gak berani menatap Amara langsung.

Amara memelototinya.

"Lo masih inget, ya?"

"G-GUE UDAH LUPA!" Rendi buru-buru menjawab, tapi suaranya malah terdengar sangat panik.

Amara menyipitkan mata. "Beneran?"

Rendi angguk cepat-cepat.

"Iya, sumpah! Gue gak inget apa-apa. Demi apa pun!"

Dia ngomong terlalu cepat, terlalu panik.

Dan itu bikin Amara tambah curiga.

"Hmm…"

Amara melipat tangan di dada,baru sadar kalau itu bikin handuknya turun sedikit.

Rendi langsung membelalak dan menoleh kedinding.

"ASTAGA, AMARA, TUTUP ITU!!!"

Amara tersentak, buru-buru menarik handuknya lebih erat.

Dan sekarang, dia malah makin kesel!

"LO SIAPA NGATUR-NGATUR GUE?!"

"GUE JUGA GAK MAU LIAT, OKE?!" Rendi buru-buru memalingkan wajah.

Amara memerah karena malu dan kesal.

Otaknya masih terngiang kejadian di kamar mandi tadi.

Gila, dia beneran liat gue telanjang…

DAN GUE LEBIH MALU KARENA DIA PANIK BANGET!!!

Kenapa reaksi Rendi malah lebih heboh dari dia?!

Kenapa kelihatan kayak dia yang lebih trauma?!

Balas Dendam Amara

Amara menarik napas dalam-dalam.

Baiklah, kalau dia gak bisa ngelupain ini…

MENDINGAN GUE BIKIN DIA MAKIN TERSIKSA!

Senyum licik muncul di wajahnya.

Dia mendekati Rendi dan berbisik pelan.

"Lo suka, ya?"

Rendi langsung kaku seperti patung.

"…Hah?"

Amara mencondongkan tubuhnya sedikit, mendekat ketelinga Rendi.

"Lo masih keinget kan? Gimana bentuknya? Hehehe."

Rendi langsung melompat mundur!

"G-GILA LO?! NGOMONG APAAN?!"

Mukanya langsung merah padam.

Amara tertawa puas.

"HAHAHA! Mampus lo, Rendi!"

Dia masuk ke kamar dan membanting pintu, masih cekikikan puas.

Sementara itu, Rendi berdiri di luar kamar, napasnya memburu.

Jantungnya masih berdetak cepat.

Dan parahnya…

Sekarang dia malah beneran kepikiran lagi!

"ASTAGA, AMARA, LO SETAN!!!"

Rendi Kena Mental

Setelah insiden tadi, Rendi gak bisa tenang.

Dia mondar-mandir di kamarnya, gelisah.

Pikirannya terus dipenuhi bayangan Amara.

"Sial… Gue harus lupa. Gue harus lupa!"

Tapi semakin dia berusaha melupakan, semakin jelas gambarnya.

"Argh!!!"

Dia mengacak-acak rambutnya sendiri.

Sementara itu, di kamar sebelah yang berhadapan arah, Amara lagi ketawa sendiri.

Dia tiduran dikasurnya, mengingat ekspresi panik Rendi tadi.

Lucu banget!

Dia gak nyangka Rendi bakal segitunya.

Biasanya cowok lain sok cool, sok nakal.

Tapi Rendi?

Mukanya merah kayak kepiting rebus!

Dia lebih malu daripada gue sendiri!

Amara menggigit bibirnya.

Entah kenapa, dadanya jadi hangat.

Rendi itu beda.

Makan Malam yang Canggung

Saat jam makan malam, mereka duduk berhadapan di meja.

Tante Mirna,duduk disamping Amara, gak sadar ada ketegangan diantara mereka.

Rendi sibuk menunduk, fokus ke makanannya.

Amara justru senyum-senyum sendiri sambil melirik Rendi.

Tiba-tiba…

"Kenapa kalian diem aja?" tanya Tante Mirna.

Rendi nyaris tersedak.

Amara langsung pura-pura serius.

"Oh, gak ada apa-apa, Ma," katanya santai.

Lalu dia melirik Rendi yang masih pucat.

Dan tiba-tiba, Amara sengaja berkata dengan nada menggoda.

"Oh iya, Bang Rendi tadi abis liat sesuatu yang menarik, lho."

BRAK!

Rendi menjatuhkan sendoknya.

Mukanya langsung pucat, lalu merah.

Dia buru-buru melotot ke Amara, memberi kode buat diem.

Tante Rina mengernyit.

"Lihat apa?"

Amara sok pura-pura mikir.

"Oh… Gimana ya, Ma?" katanya sambil menahan tawa.

Rendi panik setengah mati.

"Amara!" bisiknya marah.

Tapi Amara malah semakin tertawa.

Tante Rina melihat mereka berdua dengan curiga.

"Udah ah, makan aja," kata Rendi buru-buru, mulai keringetan.

Amara tertawa kecil, puas melihat Rendi yang tersiksa.

Malam itu, Rendi tahu satu hal…

Amara gak akan membiarkannya melupakan kejadian ini dengan mudah.