Chapter 5 – Task Force Berserker

Ke-esokan harinya Roy pergi untuk menemui Snow di markasnya yang berada di seberang kota tepatnya di sebuah desa kecil bernama Augustein yang berjarak dekat dan bersebelahan dengan pangkalan militer yang ia tuju.

Dari dalam taksinya itu ia memandang langit biru yang amat cerah, padang rumput hijau dari peternakan, juga ladang jagung yang besar di sepanjang perjalannannya.

Pemandangan yang asri dari sebuah desa kecil. Namun Roy tidak terfokuskan dengan pemandangan itu. Ia hanya melamun, pikirannya terus berputar pada kapten muda itu...

Roy: "Divisi 66 ya..."

Divisi 66 itu sangat tak asing di kepalanya... Itulah divisi pasukan khusus yang mengerikan dan tidak kenal takut itu cukup terkenal di telinga warga Lyonia.

Pasukan itu terkenal dengan reputasi mereka yang berhasil menhentikan sindikat perdagangan manusia oleh sekelompok keluarga Mafia dari kota Sindura.

Ia seringkali mendengar gosip tentang kapten dengan julukan red eyed demon yang memimpin pasukan itu.

Rumor mengatakan bahwa sang red eyed demon adalah sosok yang sangat kejam dengan mata merah menyala yang memberi mimpi buruk bagi musuhnya, bahkan juga para saksi yang melihat aksi dari kebrutalan sang kapten.

Entah benar atau tidak... namun ia mendapati julukkan dari rumor itu kedengarannya sama sekali tidak tepat, melihat kapten yang datang menghampiri dirinya hanyalah seorang gadis muda yang lemah lembut.

Ia akhirnya sampai di pangkalan militer yang ia tuju dan kemudian menuju ke depan pos penjagaan.

Penjaga: "Siapa kau? ini markas latihan militer! Ada keperluan apa kau kemari?"

Roy: "Uhh, anu... Aku Roy, dari departemen kepolisian Lyonia. Kapten Snow mengundangku kemari, apa dia ada di dalam?"

Penjaga: "Atas dasar apa kapten Snow mengundangmu kemari?"

Roy: "Entahlah, dia hanya memintaku kesini."

Penjaga: "Mohon tunjukkan surat perintah atau bukti! kami tidak bisa membiarkan sembarangan orang untuk bisa masuk!"

lelaki misterius: "Tenanglah, prajurit! Dia ada di pihak kita."

seorang lelaki berseragam militer dengan rambut klimis tiba-tiba datang menghampiri Roy, ia terlihat mengenakan emblem sersan dan simbol 66, menandakan ia juga merupakan anggota unit dari pasukan 66.

Prajurit: "Sersan Reed! [prajurit itu memberikan hormat] Apa kau mengenal pria ini?"

Marcus: "Iya, kapten Scarlett menyuruhku untuk menunggu dan menjemputnya di gerbang. Ternyata dia sudah datang ya... Apakah kau Roy Schofield?"

Roy: "Iya, benar."

Reed: "Aku Marcus Reed, kau boleh memanggilku Marcus. Ayo masuk! Snow sudah menunggumu di dalam."

Roy pun masuk ke dalam, diantar oleh Marcus menuju markas dari pasukan 66. Sambil berjalan ke sana ia memperhatikan sekitar dan berbincang-bincang dengannya.

Marcus: "Maafkan soal yang tadi, kami meminta beberapa prajurit di depan untuk memperketat penjagaan setelah insiden kemarin."

Roy: "Ah, tidak apa-apa... Aku baru pertama kali masuk ke dalam markas militer. Kukira markas militer itu luas, tapi ternyata sekecil ini... Tak seperti yang aku bayangkan."

Marcus: "Yah... lumayan, markas ini memang tidak begitu besar dibandingkan dengan markas lain. Tapi setidaknya cukup bisa dipakai untuk keperluan kita."

Roy: "Markas ini juga kelihatan sepi... Memang biasanya markas ini dipergunakan untuk apa?"

Marcus: "Hmmm... Biasnya sih untuk latihan pasukan tingkat rendah, pengujian senjata, dan kegiatan unit 66 saja. tapi penyeleksian anggota baru juga kadang dilakukan di sini."

Roy: "Begitu ya... omong-omong kau kan anggota dari divisi 66... Bagaimana caramu bisa masuk? Apakah kau melalui beberapa tahap seleksi yang sangat sulit?"

Marcus: "Ah, tidak... Kebanyakan dari kita yang masuk ke divisi 66 adalah orang-orang yang dipilih langsung oleh kapten Snow dan dengan persetujuan dari komandan Hanz."

Roy: "Kenapa begitu?"

Marcus: "Entahlah, dia cuma bilang kita adalah orang-orang dengan potensi yang luar biasa."

Roy: "Memangnya bisa asal tunjuk begitu?"

Marcus: "Aku juga tidak tahu. Tapi aku juga tidak bisa mengerti penilaiannya terhadap orang lain... Itu berlaku juga pada dirimu, Roy. Mungkin dia juga melihat sesuatu dalam dirimu."

Roy: "Huh? Apa maksudmu?"

Mereka sampai di depan sebuah pintu. Marcus berhenti di depannya—menatap Roy dan tersenyum sambil memegang gagang pintu, bersiap untuk membukanya.

Di balik pintu itu terdapat sesuatu yang menanti Roy dan segala potensi dirinya untuk dibiarkan terbuka.

Marcus: "Kau bagian dari militer sekarang."

Marcus kemudian membuka pintu itu perlahan.

Saat pintu itu sudah terbuka dan suara dari pintu itu sudah berhenti sepenuhnya, semua pandangan tertuju serentak ke arah diri Roy membuat dirinya gugup dan canggung.

Ia hanya melihat empat orang di dalam ruangan itu sedang melakukan kesibukan mereka masing-masing.

Pertama, seorang wanita berambut hijau gelap yang sedang membersihkan senapan laras panjangnya memandang Roy dengan tatapan dingin. Roy pun sedikit terkejut melihat spesialis senjata api, apalagi seorang penembak jitu di berada sana.

Di era sekarang ini memang sudah sangat sedikit terlihat spesialis pengguna senjata api, lantaran perkembangan sihir praktis yang berkembang begitu pesat dan efisien.

Kedua, seorang pria dengan rambut diikat kecil duduk di sebelah wanita itu sambil bermain dengan pisaunya. Ia menatap Roy dengan rasa penasaran kemudian tersenyum menyeringai.

Ketiga, seorang pria paruh baya dengan postur tubuh yang tinggi besar dan kekar. Ia hanya melirik Roy sambil mengangkat dumbell 100 kilogram di kedua tangannya.

Ke-empat, seorang wanita berkulit gelap yang sedikit lebih pendek dari Snow sedang duduk di meja dengan kaki yang menggantung. Ia terlihat bersemangat dan bahagia akan kedatangan Roy, bahkan tersenyum dengan manis kepada dirinya.

Tak ada tanda-tanda keberadaan dari Snow disana. Namun Roy juga merasa keheranan, mengapa pasukan khusus yang katanya mengerikan itu hanya beranggotakan enam orang saja?

Roy: "Aku tidak melihat Kapten Snow disini... kemana dia?"

Marcus: "Huh... Tadi dia ada disini. Tunggu sebentar! Biar kucari dia. Untuk sementara cobalah berkenalan dengan rekan-rekan barumu!"

Marcus pergi meninggalkan Roy untuk mencari keberadaan Kapten Snow. Ia hanya berdiri dan bingung harus melakukan apa... Kemudian wanita berkulit gelap itu menghampiri dirinya dari belakang.

Eli: "Hei, Orang baru! Aku Eliane!"

Roy: "H–Hai juga, Eli..ane? Hanya Eliane?"

Eli: "Yap, benar! kau juga bisa panggil aku Eli saja! Selamat bergabung ke dalam Task Force Berserker!"

Roy: "Uhuh... Aku Roy... Senang berkenalan denganmu Eli–"

Tiba-tiba saja Eli meletakkan kedua tangannya ke pipi Roy dan menatap dirinya mata ke mata dengan serius, membuat Roy kebingungan dan sedikit ketakutan.

Dari dekat kedua mata Eli terlihat begitu besar... Semakin lama Roy menatapnya, wajahnya lama-kelamaan jadi memerah karena dirinya yang begitu lemah akan godaan dari wanita.

Roy: "E–Eli? Bisa kau lepaskan tanganmu?"

Eli: "Hmmm... Tunggu sebentar..."

Setelah itu Eli hanya tersenyum kepada Roy. ia mengangkat bibirnya sedikit untu mengatakan beberapa bait kata.

namun sebelum satu kata pun dapat keluar dari mulutnya, seorang lelaki dengan rambut yang diikat tadi menghampiri mereka dan memotong Eli.

Jack: "Astaga Eli, Kau melakukannya lagi... Hentikan itu! Kau membuat dia malu tau!"

Eli: "Apasih kau ini!! Bisanya cuma menggangu saja!" [Ia menunjukkan wajah cemberut kepada lelaki itu kemudian meninggalkan mereka.]

Jack: "Ada apa sih sebenarnya dengan gadis itu... Maafkan saja, dia memang sedikit aneh. Saat aku pertama kali datang kesini dia juga melakukan hal yang sama kepadaku. Kau sih masih mending... Saat itu dia malah menampar dan meneriakiku pria mesum!"

Roy: "eh... hehe..." [Ia hanya tertawa kecil dengan rasa canggung.]

Jack: "Kau Roy, bukan? Aku Jack Roland. Salam kenal bro!" [sambil meninju bahu Roy.]

Roy: "Oke... mohon kerjasamanya! Tadi kalau tak salah kudengar dia membicarakan nama Task Force Berserker? Kukira ini divisi 66?"

Jack: "Ohya, benar Itu nama lain tim kita, Task Force 66 atau Berserker. Dibentuk atas inisiatif kapten scarlett, dan dibawah pengawasan komandan Hanz Mordra dari pasukan khusus divisi 66."

Roy: "Begitu rupanya..."

Jack: "Kau sudah bertemu Eli tadi, biar kuperkenalkan kepada yang lainnya."

Ia merangkul Roy dan menunjukkan jarinya kepada pria tua berotot kemudian dilanjut ke wanita penembak jitu itu.

Jack: "Pria tua yang disana itu Henry, julukannya adalah Tank, dia adalah garda depan kita. Nah yang satu lagi itu Violet, Seorang spesialis dan penembak jitu. Biarkan saja dia, dia tidak suka bicara dan hanya mengikuti perintah. [berbisik kepada Roy] Katanya sih dia mantan pembunuh bayaran..."

Roy: "Apa benar? Kau bilang dia spesialis? Spesialis apa?"

Jack: "Kapten bilang untuk minta dan dia akan melakukannya. Tidak semua sih... Mungkin dalam pertempuran atau logistik saja... Sekali aku pernah meminta sesuatu kepadanya, dia malah menendang selangkangan ku."

Roy: [berbicara dalam hatinya] "pasti berhubungan dengan hal yang mesum..."

Jack: "Eli, Snow, dan Marcus biasanya menjadi penyerang utama. Kalau aku di bagian riset dan alkemis, yang menyiapkan obat atau ramuan untuk membantu pertarungan kalian."

Roy: "Kalian kedengaran seperti tim yang kompak... Kira-kira posisiku ditempatkan di mana nanti?"

Jack: "Sebelum komandan memutuskan posisi mu, aku tidak bisa memastikannya..."

Pintu di dekat podium terbuka, dari sana muncul Marcus, Snow, dan satu pria berwibawa dan berawakan tinggi dengan tutup mata di bagian kanan matanya, sepertinya merupakan komandan Hanz yang dibicarakan.

Pria itu menaiki podium, diikuti Marcus dan Snow yang berdiri tegap di belakangnya. Snow melihat ke arah Roy dan mengangguk kepadanya.

Hanz: "Selamat sore, Task Force 66! Terima kasih sudah datang... Pertama, aku ucapkan selamat datang Roy Schofield ke dalam klub ini atas rekomendasi dari kapten Snow Scarlett... Aku tak bisa membantah penilaiannya terhadapmu, melihat kemampuan luar biasa dari orang-orang yang bekerja dengan kapten Snow sebelumnya..."

Roy hanya diam mendengar komentar dari komandan Hanz. Ia pun tidak yakin apa kualitas dirinya yang membuat Kapten Snow merekrutnya masuk kedalam tim ini.

Hanz: "selanjutnya, kalian mungkin sudah mengetahui apa tujuan dikumpulkannya kembali kalian ke tempat ini. Sebuah serangan dari teroris telah mengacak-acak kota suci tercinta kita Lyonia... Kalian ditugaskan melacak orang-orang sialan ini, dan menghentikan serangan lanjutan yang kemungkinan bisa terjadi. untuk detail berikutnya dari intelejen akan disampaikan oleh Kapten Snow."

Komandan Hanz turun dari podium itu, kemudian lanjut digantikan oleh kapten Snow.

Snow: "Baiklah, regu Task Force Berserker! Mari kita mulai berdiskusi!"

...