5

Setelah dua jam bekerja membersihkan ayam mutan, Lin Ya menghela napas lega. Prosesnya lebih lama dari yang diduga, tetapi akhirnya selesai juga.

Saat bekerja, dia mulai merasa lebih akrab dengan tetangganya. Meskipun awalnya sempat waspada dan takut kalau pria itu punya niat lain, ternyata dia tidak menunjukkan tanda-tanda mencurigakan.

Lin Ya merasa sedikit malu karena sempat berpikir buruk tentangnya. Dalam hati, dia memberi pria itu "kartu orang baik."

Setelah semuanya selesai, tetangganya menepati janji dan memberikan beberapa potong daging ayam mutan kepadanya.

"Terima kasih," kata Lin Ya sambil menerima daging itu.

Tetangganya hanya mengangguk tanpa banyak bicara.

Keluar dari unit apartemen, Lin Ya merasa sedikit lega. Pada saat yang sama, dia bergegas kembali ke kamarnya.

Begitu sampai, dia langsung menyiapkan sup daging mutan. Proses memasaknya tidak memakan waktu lama, dan aroma gurih segera memenuhi ruangan.

Lin Ya membawa mangkuk sup hangat itu ke tempat tidur sahabatnya, yang masih tertidur dengan wajah memerah karena demam.

Sahabat Lin Ya adalah seorang wanita cantik dengan rambut panjang berwarna putih lembut. Wajahnya biasanya tenang dan elegan, tetapi saat ini terlihat lemah, dengan keringat dingin di dahinya dan tubuhnya yang sedikit menggigil.

Mendengar suara pintu yang terbuka dan mencium aroma makanan, wanita itu perlahan membuka matanya. Pandangannya masih sedikit kabur saat melihat Lin Ya yang membawa semangkuk sup dengan ekspresi penuh perhatian.

Namun, begitu kesadarannya mulai kembali, pikirannya dipenuhi oleh pertanyaan.

Sebelumnya, mereka sama sekali tidak pernah memasak, jadi tidak punya kebiasaan menyimpan daging di rumah. Dan dengan kondisi dunia yang kacau karena bencana kabut, seharusnya Lin Ya tidak mungkin keluar untuk membeli makanan.

Pikiran-pikiran aneh mulai muncul di kepalanya. Saat dia menatap Lin Ya, imajinasi liar berputar di benaknya—plot aneh yang menghubungkannya dengan Lin Ya mulai terbentuk.

Perasaan bersalah muncul di hatinya. Dia menatap Lin Ya dan berkata dengan suara lemah, "Kau tidak perlu melakukan ini… Aku akan baik-baik saja…"

Lin Ya yang awalnya masih bersikap lembut langsung berkerut kening.

"Kau berpikir yang aneh-aneh, bukan?" Lin Ya langsung menebak.

Sahabatnya terdiam.

Lin Ya mendengus kesal. "Ini daging ayam mutan yang aku dapat dari tetangga. Aku bahkan membersihkannya sendiri! Aku tidak akan membiarkanmu kelaparan dalam keadaan sakit, mengerti?"

Mendengar itu, sahabatnya merasa lega sekaligus malu karena sempat menuduh Lin Ya macam-macam.

"Aku mengerti…" katanya pelan, sebelum akhirnya menerima mangkuk sup dari tangan Lin Ya.

Begitu suapan pertama masuk ke mulutnya, kehangatan langsung menyebar ke seluruh tubuhnya. Rasanya jauh lebih nikmat dari yang dia bayangkan, dan sensasi hangat itu seolah mengurangi rasa sakit di tubuhnya.

Lin Ya juga mulai makan, menikmati hasil jerih payahnya.

Su Rong masih berbaring di tempat tidurnya, menikmati rasa hangat dari sup daging mutan yang baru saja ia makan. Namun, setelah beberapa suapan, dia mulai menyadari sesuatu—tubuhnya terasa sedikit lebih ringan, dan rasa sakit yang sebelumnya menyiksa mulai berkurang dengan cepat.

Dia mengangkat tangan, menggenggam dan meremasnya perlahan, merasakan energi yang sebelumnya tidak ada. Ini jelas bukan efek dari makanan biasa.

Dengan ragu, Su Rong menatap Lin Ya dan bertanya, "Lin Ya… sebenarnya daging macam apa yang diberikan tetanggamu?"

Lin Ya, yang sedang menyesap supnya, terdiam sejenak sebelum meletakkan sendoknya.

"Itu daging ayam mutan," jawabnya dengan nada tenang.

Su Rong mengerutkan kening. "Ayam mutan?"

Lin Ya mengangguk. "Zhao Feng—tetangga kita—dia turun ke bawah kabut dan berburu makhluk-makhluk mutan. Ayam yang kita makan ini bukan ayam biasa. Tingginya setara dengan anak usia tujuh tahun, dan dia memburunya sendiri."

Su Rong membelalakkan mata. "Tunggu… kau bilang dia turun ke bawah kabut?"

Lin Ya mengangguk lagi. "Ya. Dia benar-benar pergi ke luar dan memburu mereka sendiri. Aku juga tidak tahu bagaimana dia bisa melakukannya, tapi itu kenyataan."

Mendengar itu, Su Rong merasa sedikit tidak enak. Jika daging ini berasal dari makhluk mutan, apakah itu benar-benar aman untuk dikonsumsi? Bagaimana jika ada efek samping?

Dia meletakkan sendoknya, menatap mangkuk supnya dengan ragu. Namun, setelah beberapa saat mengamati tubuhnya sendiri, dia sadar bahwa tidak ada efek buruk yang muncul.

Sebaliknya, tubuhnya justru terasa jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya.

Dengan lega, Su Rong menghela napas. "Untunglah… aku sempat berpikir kalau aku akan keracunan."

Lin Ya tersenyum kecil. "Kalau itu terjadi, aku juga pasti sudah keracunan duluan."

Su Rong tertawa kecil, tetapi pikirannya masih dipenuhi pertanyaan.

Setelah beberapa saat, dia menatap Lin Ya dengan serius dan bertanya, "Kalau dia bisa turun ke bawah dan berburu makhluk-makhluk seperti itu, berarti… Zhao Feng memiliki kekuatan yang luar biasa, bukan?"

Lin Ya terdiam sejenak sebelum menggelengkan kepala.

"Aku tidak tahu," jawabnya jujur. "Aku hanya melihat bangkai ayam mutan itu ketika aku datang ke apartemennya. Aku tidak melihatnya berburu, jadi aku tidak tahu seberapa kuat dia sebenarnya."

Su Rong menatap Lin Ya dengan penuh pemikiran, lalu kembali melihat mangkuk supnya.

Jika Zhao Feng benar-benar bisa memburu makhluk seperti itu, berarti dia bukan orang biasa.

Pertanyaannya sekarang adalah… seberapa kuat dia sebenarnya?